3.Pembentukan relief bumi

7. 4. 3.Pembentukan relief bumi

Permukaan bumi tidaklah rata, melainkan bervariasi, mulai dari dataran, bergelombang, berbukit hingga bergunung, bahkan banyak dijumpai adanya lembah. Semua ini merupakan bukti kongkrit bahwa ada suatu proses pembentukan permukaan bumi sehingga bentuknya seperti sekarang ini.

Beberapa teori yang menunjukan pemikiran yang berkaitan dengan pembentukan permukaan bumi, antara lain :

a. Teori Kontraksi oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852). Mereka berpendapat bahwa kulit bumi mengalami pengerutan, karena bagian dalamnya mengalami pendinginan. Dengan demikian, permukaan bumi menjadi tidak rata (keriput).

b. Teori Laurasia – Gondwana oleh Eduard Zuees (1884) dan Frank B. Taylor (1910). Mereka berpendapat bahwa di kedua kutub bumi masing–masing terdapat benua, di utara ada benua Laurasia dan di selatan ada benua Gondwana. Kedua benua tersebut bergerak ke arah ekuator secara perlahan dan berbenturan, hingga terpecah dan membentuk benua seperti sekarang ini, b. Teori Laurasia – Gondwana oleh Eduard Zuees (1884) dan Frank B. Taylor (1910). Mereka berpendapat bahwa di kedua kutub bumi masing–masing terdapat benua, di utara ada benua Laurasia dan di selatan ada benua Gondwana. Kedua benua tersebut bergerak ke arah ekuator secara perlahan dan berbenturan, hingga terpecah dan membentuk benua seperti sekarang ini,

c. Teori Pergeseran Benua oleh Alfred Wegener (1915). Dalam teorinya Wegner mengemukakan bahwa di bumi ini pada awalnya hanya ada satu benua, yaitu Pengea. Akibat gerak sentrifugal saat bumi berotasi, benua tersebut retak – retak dan retakannya makin lama makin lebar dan akhirnya pecah seperti bentuk sekarang ini.

d. Teori Konveksi oleh Harry H. Hess (1962). Dalam teorinya mengemukakan bahwa ada aliran konveksi yang merambat ke dalam kerak bumi menyebabkan batuan kerak bumi menjadi lunak dan permukaan bumi menjadi tidak rata.

e. Teori Pergeseran Dasar Laut oleh Robert Diesz. Dalam teorinya mengemukakan bahwa terjadinya pergeseran dasar laut dari arah punggungan dasar laut ke kedua sisinya, makin jauh dari punggungan dasar laut makin tua umurnya. Hal ini berarti ada gerakan yang arahnya dari punggungan dasar laut. Contohnya punggungan dasar laut tersebut adalah Mid-Atlantic Ridge.

f. Teori Lempeng Tektonik oleh Mc. Kenzie dan Robert Parker (1967). Mereka mengatakan bahwa lapisan batuan (Lithosfer) mengapung di atas lapisan astenosfer. Menimbulkan bentukan permukaan bumi yang berbeda–beda.

Gaya tektonik yang bekerja dari dalam menyebabkan pengaruh yang nyata di permukaan bumi. Secara garis besar, gaya tektonik dibedakan atas tektonik epirogenesa, bila gerakannya merupakan pengangkatan disebut epirogenesa negatif dan tektonik Orogenesa, suatu gerakan vertikal yang akan membentuk pegunungan.

Disamping gerakan–gerakan tersebut di atas, ada gerakan lainya yang disebut pelengkungan (warping), pelipatan (fold), retakan (joint) dan patahan (fault). Gerakan vertikal yang tidak merata di suatu daerah berbatuan sedimen akan menghasilkan perubahan struktur lapisan yang semula relatif horizontal menjadi melengkung ke bawah, menghasilkan bentuk cekungan (basin), yang melengkung ke atas, menghasilkan bentuk kubah (dome). Gerakan vertikal semacam ini disebut warping.

Struktur batuan akan mengalami pelipatan (fold) bila mendapat tekanan yang lemah tetapi berlangsung dalam waktu yang lama. Besarnya tekanan masih dibawah titik patah batuan, sehingga masih dapat dinetralisir oleh keplastisan batuan. Bagian puncak lipatan disebut antiklin dan bagian lembahnya disebut sinklin. Derah pegunungan lipatan yang besar biasanya masih mengalami pelipatan kecil – kecil lagi, demikian pula di bagian lembahnya. Puncak lipatan utama disebut Struktur batuan akan mengalami pelipatan (fold) bila mendapat tekanan yang lemah tetapi berlangsung dalam waktu yang lama. Besarnya tekanan masih dibawah titik patah batuan, sehingga masih dapat dinetralisir oleh keplastisan batuan. Bagian puncak lipatan disebut antiklin dan bagian lembahnya disebut sinklin. Derah pegunungan lipatan yang besar biasanya masih mengalami pelipatan kecil – kecil lagi, demikian pula di bagian lembahnya. Puncak lipatan utama disebut

Struktur yang terbentuk karena pengaruh gaya regangan, adalah batuan yang retak–retak namun bersambung. Jadi gayanya tegak lurus pada bidang permukaan retakan, mengarah ke arah yang berlawanan. Biasanya terjadi pada batuan yang rapuh, sehingga dengan tenaga kecil saja sudah membuatnya retak (joint).

Patahan (fault) terjadi karena tekanan yang kuat dan berlangsung sangat cepat serta melampaui titik patah batuan. Batuan tidak hanya retak, tetapi terpisah satu dengan yang lain. Daerah sepanjang patahan, umumnya merupakan daerah pusat gempa bumi karena selalu mengalami pergeseran batuan.

Beberapa istilah sehubungan dengan bentukan patahan antara lain :

a. Graben (slenk), berupa tanah turun yang terbentuk antara dua patahan dimana blok batuan di tengah kedua patahan mengalami penurunan.

b. Horst, berupa tanah naik yang terbentuk antara dua patahan dimana blok batuan di tengah kedua patahan mengalami pengangkatan.

c. Fault Scarp (cliff), dinding terjal yang dihasilkan oleh patahan dimana salah satu blok bergeser ke atas/bawah, menjadi lebih tinggi/rendah. Sering kali fault scarp tidak tampak lagi, karena mengalami erosi.