Etika Lingkungan
6.14. Etika Lingkungan
Etika merupakan ilmu pengetahuan tentang kesusilaan (moral), berarti etika membicarakan kesusilaan (moralitas) secara ilmiah. Sekalipun demikian etika sama sekali tidak bermaksud untuk menggiring semua orang untuk bertindak sesuai dengan moralitas begitu saja. Himbauan etika untuk bertindak sesuai dengan moralitas, bukan karena keharusan untuk taat terhadap warisan nenek moyang, melainkan karena kesadaran diri bahwa suatu hal memang baik bagi dirinya.
Etika lingkungan adalah berbagai prinsip moral lingkungan. Jadi etika lingkungan merupakan petunjuk atau arah perilaku praktis manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral lingkungan. Dengan etika lingkungan kita tidak saja mengimbangi hak dengan kewajiban terhadap lingkungan, tetapi etika lingkungan juga membatasi tingkah laku dan upaya untuk mengendalikan berbagai kegiatan agar tetap berada dalam batas kelentingan lingkungan hidup kita.
Secara moral, sikap kita terhadap arah dan proses pembangunan perlu diubah dari sikap yang hanya peduli terhadap kepentingan diri sendiri, menjadi sikap yang peduli terhadap kepentingan bersama. Masalah penyikapan manusia terhadap arah dan proses pembangunan inilah yang membawa kita kepada etika lingkungan, untuk menggantikan mental frontier yang selama ini dianut oleh sebagian besar umat manusia. Dengan etika lingkungan ini diharapkan terwujud suatu pembangunan yang betul-betul melarutkan unsur lingkungan dalam prosesnya.
Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, kebebasan dan tanggung jawab merupakan kondisi dasar bagi pengambilan keputusan atau tindakan yang etis dengan menempatkan hati nurani pada posisi sentral.
Salah satu sifat ciri dari etika adalah sifatnya yang aplikatif, yakni suatu etika yang sudah dikaitkan dengan bidang ilmu tertentu. Begitu juga dengan ilmu lingkungan maka kita juga mengenal etika lingkungan yang sebenarnya tidak lain adalah bagian dari filsafat tentang lingkungan. Konsep etika lingkungan merupakan penggabungan antara konsep etika yang berasal dari lingkup filsafat umum dan konsep lingkungan.
Etika lingkungan adalah berbagai prinsip moral lingkungan. Jadi etika lingkungan merupakan petunjuk atau arah perilaku praktis manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral lingkungan. Dengan etika lingkungan kita tidak saja mengimbangi hak dengan kewajiban terhadap lingkungan, tetapi etika lingkungan juga membatasi tingkah laku dan upaya untuk mengendalikan berbagai kegiatan agar tetap berada dalam batas kelentingan lingkungan hidup kita.
Pembicaraan di kalangan masyarakat luas mengenai lingkungan hidup sampai saat ini nampaknya didominasi oleh pembicaraan mengenai segi-segi yang bersifat teknis untuk mengatasi kegiatan manusia yang bermental frontier dalam mengelola lingkungan. Hal yang dibicarakan antara lain pencarian teknologi macam apa yang diperlukan dalam mengolah sumberdaya, produk jenis apa yang dapat menghindari pencemaran lingkungan, dan sebagainya.
Padahal ada satu hal yang terpenting dan sering kita lupakan adalah moralitas apa yang patut kita tumbuhkan dalam menghadapi masalah lingkungan hidup yang semakin kompleks. Moralitas ini dapat ditumbuh kembangkan melalui budaya yang sudah berakar di masyarakat. Kebutuhan akan teknologi yang efisien dalam penggunaan sumberdaya dan yang minimal dalam produksi limbahnya memang sudah sangat didambakan banyak kalangan. Namun, sejauh mana harapan itu terpenuhi sangat besar ketergantungannya pada kemauan umat manusia untuk kembali memperhatikan keseluruhan bumi kita ini sebagai sebuah sistem. Manusia adalah bagian dari sistem itu, yang dengan potensi pikir, rasa dan karsanya mempunyai tanggung jawab moral untuk mengelolanya.
Sebagian anggota masyarakat tampaknya percaya sekali bahwa teknologi dapat mengatasi semua masalah yang kita hadapi. Sikap ini sangat berbahaya dan tidak searah dengan etika lingkungan. Teknologi yang tidak memberi cukup perlindungan terhadap lingkungan, justru bisa mengundang lebih banyak masalah dari pada pemecahannya.
Banyak teknologi sekarang ini yang secara ekonomis menguntungkan, tetapi secara ekologis mengundang akibat yang sulit diterka sebelumnya. Inilah yang melatar belakangi munculnya pesan-pesan etika lingkungan agar siapa saja yang bertanggung jawab dalam Banyak teknologi sekarang ini yang secara ekonomis menguntungkan, tetapi secara ekologis mengundang akibat yang sulit diterka sebelumnya. Inilah yang melatar belakangi munculnya pesan-pesan etika lingkungan agar siapa saja yang bertanggung jawab dalam
Jadi, setiap orang hendaknya perlu menempatkan dirinya sebagai mitra bagi yang lain, sehingga dua kutub kepentingan, yakni kepentingan ekonomi demi kesejahteraan umat manusia, dan kepentingan lingkungan sebagai ruang tempat melangsungkan kehidupan dapat berjalan seimbang. Etika lingkungan adalah perekat antara keduanya.
Kehadiran etika lingkungan dalam kehidupan sehari-hari mungkin lebih penting daripada yang selama ini kita duga. Dalam menjalankan peranan kita sebagai apa saja yang berkaitan dengan tugas profesi atau kedudukan sosial kita masing-masing, jika beragam tindakan profesinonal itu dijalankan secara etis dipandang dari segi lingkungan, maka akumulasi dari seluruh tindakan itu pasti akan positif bagi peningkatan kualitas hidup kita semuanya.
Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam tindakan manusia tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sebagian perilakunya diwarnai oleh sistem nilai yang berlaku pada masyarakat budaya tersebut. Itulah sebabnya mengapa prinsip-prinsip etika lingkungan tidak terlepas sama sekali dari ciri budaya masyarakat tertentu. Menurut Chiras, etika lingkungan merupakan dasar dari keberlanjutan sekelompok masyarakat. Selanjutnya Chiras menjelaskan tentang etika lingkungan yang berkelanjutan harus menggantikan etika frontier. Etika lingkungan yang berkelanjutan bercirikan :
a. Sumber alam di bumi adalah terbatas.
b. Manusia adalah bagian dari alam.
c. Manusia harus bijaksana dan membantu alam untuk melangsungkan hidupnya. Alam dan bumi bukan untuk dikuasai. Konsep etika lingkungan yang berkelanjutan adalah pemahaman bahwa tidak selalu ada yang berlebih, dalam arti bumi adalah daya dukungnya terbatas.
Untuk mengubah mentalitas frontier yang sudah lama dianut oleh masyarakat merupakan suatu hal yang sangat sulit sekali. Karena merupakan masalah sikap dan perilaku, dan sudah tentu akan memerlukan waktu yang relatif lama. Dan, masalah ini harus melibatkan segenap pranata yang ada dalam masyarakat.
Etika lingkungan merupakan petunjuk praktis perilaku manusia dalam mengusahakan terwujudnya keseimbangan hak dan kewajiban terhadap lingkungan serta mengendalikan berbagai kegiatan agar tetap berada dalam batas toleransi lingkungan hidup kita.
Pembicaraan di masyarakat mengenai lingkungan hidup sampai saat ini masih didominasi oleh pembicaraan mengenai segi yang bersifat teknis untuk mengatasi kegiatan manusia, antara lain pencarian bentuk teknologi yang diperlukan dalam pengelolaan sumberdaya alam, jenis produk yang dihasilkan dengan meminimalisasi pencemaran terhadap lingkungan.
Ada satu hal yang sering dilupakan adalah moralitas yang patut ditumbuhkan dalam menghadapi masalah lingkungan hidup yang semakin kompleks. Moralitas ini dapat tumbuh melalui budaya yang sudah berakar di masyarakat. Kebutuhan akan teknologi yang efisien dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang minimal dalam produk limbahnya, (teknologi ramah lingkungan) sudah sangat didambakan oleh masyarakat. Sejauh mana hal tersebut dapat terpenuhi sangat tergantung pada kemauan manusia untuk kembali memperkaitkan keseluruhan bumi ini sebagai suatu sistem. Manusia adalah bagian dari sistem tersebut, dimana dengan kemampuan potensi pikir, rasa dan karsanya mempunyai tanggung jawab moral untuk mengelolanya. Sebagian anggota masyarakat percaya bahwa teknologi dapat mengatasi semua masalah yang ada. Sikap ini sangat berbahaya dan tidak sejalan dengan etika lingkungan. Teknologi yang tidak memberi cukup perlindungan terhadap lingkungan, justru akan menimbulkan masalah yang lebih banyak dari pemecahannya.
Banyak teknologi yang secara ekonomis menguntungkan tetapi secara ekologis menimbulkan dampak yang sulit diramalkan sebelumnya. Inilah yang melatar belakangi munculnya pesan – pesan etika lingkungan. Agar siapa saja yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, mengambil sikap arif dan bijaksana demi kesejahteraan berjangka panjang.
Jadi, setiap manusia perlu menempatkan dirinya sehingga kepentingan ekonomis (demi kesejahteraan manusia) dan kepentingan ekologis (sebagai ruang tempat melangsungkan kehidupan manusia) dapat berjalan seimbang dan serasi dan etika lingkungan sebagai perekat antara keduanya. Prinsip – prinsip moral yang relevan untuk lingkungan hidup:
a. Prinsip sikap hormat terhadap alam. Manusia berkewajiban menghargai hak semua mahluk hidup untuk berada, hidup, tumbuh dan berkembang secara alamiah sesuai dengan tujuan penciptanya. Sebagai perwujudan nyata penghargaan tersebut, manusia perlu memelihara, merawat, menjaga, melindungi dan melestarikan alam beserta isinya, ini berarti manusia tidak a. Prinsip sikap hormat terhadap alam. Manusia berkewajiban menghargai hak semua mahluk hidup untuk berada, hidup, tumbuh dan berkembang secara alamiah sesuai dengan tujuan penciptanya. Sebagai perwujudan nyata penghargaan tersebut, manusia perlu memelihara, merawat, menjaga, melindungi dan melestarikan alam beserta isinya, ini berarti manusia tidak
b. Prinsip tanggung jawab. Setiap manusia dituntut dan terpanggil untuk bertanggung jawab memelihara alam semesta ini sebagai milik bersama dengan rasa memiliki yang tinggi seakan merupakan milik pribadi. Alam ini tidak sekedar untuk kepentingan manusia tetapi juga untuk dirinya sendiri, maka rasa tanggung jawab akan muncul dengan sendirinya dalam diri manusia, kendati yang dihadapinya sebuah milik bersama. Tanggung jawab ini muncul sebagai perwujudan kearifan untuk menjaga dan merawat alam semesta ini sebagai rumah sendiri. Kearifan seperti itu bukan saja didasarkan pada pertimbangan bahwa dengan demikian manusia betah tinggal di dalamnya, melainkan terutama karena alam semesta ini memang perlu dirawat sebagai rumah kediaman yang bernilai pada dirinya sendiri.
c. Prinsip solidaritas kosmis. Manusia adalah bagian integral dari alam semesta, manusia mempunyai kedudukan sederajat dan setara dengan alam dan semua mahluk hidup di alam ini. Kenyataan ini membangkitkan kenyataan ini membangkitkan dalam diri manusia perasaan solider, perasaan sepenanggungan dengan alam dan dengan sesama mahluk hidup lainnya. Manusia bisa ikut merasakan apa yang dirasakan oleh mahluk hidup lain di alam semesta ini. Prinsip in mendorong manusia untuk menyelamatkan lingkungan, untuk menyelamatkan semua kehidupan di alam ini. Solidaritas ini juga mencegah manusia untuk tidak merusak dan mencari alam dan seluruh kehidupan didalamnya, sama seperti manusia tidak akan merusak kehidupannya serta merusak rumah tangganya sendiri.
d. Prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam. Sebagai sesama anggota komunitas ekologis yang setara, manusia digugah untuk mencintai, menyayangi dan peduli kepada alam dan seluruh isinya, tanpa diskriminasi dan tanpa dominasi. Kasih sayang dan kepedulian ini juga muncul dari kenyataan bahwa sebagai anggota komunitas ekologis, semua mahluk hidup mempunyai hak untuk dilindungi, dipelihara, tidak disakiti dan dirawat. Dalam mencintai alam, manusia menjadi semakin kaya dan semakin merealisasikan dirinya sebagai pribadi ekologis, manusia semakin tumbuh berkembang bersama alam, dengan segala watak dan kepribadian yang tenang, damai, penuh kasih sayang,luas wawasannya, demokratis seperti alam yang menerima dan mengakomodasi perbedaan dan keragaman. Manusia semakin terbuka bahwa ternyata bahwa ada cara pandang dan etika lain.
e. Prinsip no harm. Mengingat manusia mempunyai kewajiban moral dan tanggung jawab terhadap alam, maka manusia tidak akan mau merugikan alam secara tidak perlu. Manusia berkewajiban untuk melindungi kehidupan ini dapat melakukan bentuk berupa tidak melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam ekosistem mahluk hidup lain di alam semesta ini, sebagaimana manusia tidak dibenarkan secara moral untuk melakukan tindakan yang merugikan sesama manusia.Dalam masyarakat adat kewajiban ini biasanya di pertahankan dan dihayati melalui ”tabu”/ ”pamali”. Manusia diperkenankan untuk memanfaatkan segala isi alam semesta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini dilakukan secara bijaksana untuk menghargai hak hidup dan hanya dilakukan sejauh memenuhi kebutuhan hidup manusia yang bersifat kemewahan dan diluar batas yang wajar ditentang karena dianggap merugikan kepentingan mahluk hidup lain.
f. Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam. Krisis ekologi terjadi karena hanya melihat alam sebagai objek eksploitasi dan pemuas kepentingan hidup manusia dan gaya hidup manusia modern yang konsumtif, tamak dan rakus. Hal ini bukan berarti manusia tidak boleh memanfaatkan alam itu untuk kepentingannya kalau manusia memahami dirinya sebagai bagian integral dari alam, ia harus memanfaatkan alam itu secara secukupnya. Ada batas untuk hidup secara layak sebagai manusia. Maka prisip hidup sederhana menjadi prinsip fundamental. Manusia akan hidup seadanya sebagaimana alam itu. Ia akan mengikuti hukum alam, yaitu hidup dengan memanfaatkan alam sesuai dengan yang dibutuhkan dan berarti hidup selaras dengan tuntutan alam itu sendiri. Tidak perlu menjadi rakus, tidak perlu menimbun sehingga membuatnya mengeksploitasi alam tanpa batas.
g. Prinsip keadilan. Prinsip keadilan terutama berbicara tentang akses yang sama bagi semua kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian alam dan dalam ikut menikmati pemanfaatan sumberdaya alam. Termasuk di dalamnya prinsip bahwa semua kelompok dan anggota masyarakat harus secara proposional menanggung beban yang disebabkan oleh rusaknya alam semesta yang ada. Masyarakat adat harus mendapat perhatian ekstra, mengingat masyarakat adat sangat tidak berdaya dari segi modal, teknologi, informasi, kemampuan manajemen dan sebagainya, bila harus berhadapan dengan masyarakat modern. Ini menyebabkan kepentingan masyarakat adat, baik ekonomis maupun budaya khususnya sangat rentan dan terancam dan pada gilirannya membahayakan eksistensi mereka sebagai kelompok budaya dan sebagai manusia. Kehidupan masyarakat adat g. Prinsip keadilan. Prinsip keadilan terutama berbicara tentang akses yang sama bagi semua kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian alam dan dalam ikut menikmati pemanfaatan sumberdaya alam. Termasuk di dalamnya prinsip bahwa semua kelompok dan anggota masyarakat harus secara proposional menanggung beban yang disebabkan oleh rusaknya alam semesta yang ada. Masyarakat adat harus mendapat perhatian ekstra, mengingat masyarakat adat sangat tidak berdaya dari segi modal, teknologi, informasi, kemampuan manajemen dan sebagainya, bila harus berhadapan dengan masyarakat modern. Ini menyebabkan kepentingan masyarakat adat, baik ekonomis maupun budaya khususnya sangat rentan dan terancam dan pada gilirannya membahayakan eksistensi mereka sebagai kelompok budaya dan sebagai manusia. Kehidupan masyarakat adat
h. Prinsip Demokrasi. Isi alam semesta ini selalu beranekaragam. Keanekaragaman dan pluralitas adalah hakekat alam dan hakekat kehidupan sendiri. Demokrasi justru memberi tempat seluas – luasnya bagi perbedaan, keanekaragaman dan pluralitas. Oleh karena itu, setiap manusia yang peduli kepada lingkungan merupakan manusia yang demokratis. Kehidupan politik yang tidak demokratis dan sistem politik yang tidak menjamin adanya demokrasi akan membahayakan bagi upaya perlindungan lingkungan hidup. Demokrasi menjamin bahwa masyarakat mempunyai hak untuk berbeda pendapat dengan pemerintah, dengan menggugat setiap kebijakan publik yang berdampak merugikan lingkungan.
i. Prinsip integritas moral. Prinsip ini terutama untuk pejabat publik, yang menuntut pejabat publik agar mempunyai sikap dan perilaku moral yang terhormat serta memegang teguh prinsip – prinsip moral yang mengamankan kepentingan publik. Ia dituntut tidak menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan dirinya dan kelompoknya dengan merugikan kepentingan masyarakat. Apabila pejabat publik tidak mempunyai integritas moral, sehingga menyalahgunakan kekuasaannya kepentingan dirinya atau golongannya dengan mengorbankan kepentingan masyarakat, maka lingkungan hidup dapat diduga akan dengan mudah dirugikan. Secara kongrit, kebijakan publik yang berdampak pada rusaknya lingkungan maupun dalam kaitan dengan pemberian izin yang mempunyai dampak merugikan bagi lingkungan.