1. Ekosistem dan Lingkungan Hidup
6. 7. 1. Ekosistem dan Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup alam atau ekosistem terdiri atas lingkungan hidup fisik dan lingkungan hidup hayati. Dalam pengertian, lingkungan hidup alami ini juga terdapat manusia sebagai bagian dari lingkungan hidup hayati.
Pengertian lingkungan hidup menurut Soemarwoto adalah sebagai ruang yang ditempati suatu makhluk hidup secara bersama-sama dengan benda hidup dan tak hidup lainnya yang ada di dalamnya. Atau dengan kata lain lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dengan perilakunya yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan ditinjau dari segi jenis, dapat dibedakan menjadi tiga yakni :
1. Lingkungan fisik (physical environment), yaitu : segala sesuatu yang ada di sekitar kita yang berwujud benda tak hidup.
2. Lingkungan biologi (biological environment), yaitu : segala sesuatu yang ada di sekitar kita yang berwujud makhluk hidup.
3. Lingkungan sosial (social environment), yaitu : manusia di sekitar kita. Manusia merupakan penentu dalam pengelolaan lingkungan, karena faktor-faktor yang lain sangat tergantung pada faktor manusianya, dengan kepeduliannya manusia mampu menyelamatkan alam. Berkembangnya manusia pada dominasi dalam ekosistem disertai dengan kemampuannya untuk mengubah lingkungan.
Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan adalah ciri hubungan antara berbagai unsur lingkungan hidup dalam kerangka sistem hubungan yang terbentuk secara alamiah. Sistem hubungan inilah yang disebut sistem ekologi, atau lebih dikenal dengan ekosistem.
Ekosistem sebenarnya merupakan konsep dasar dalam ekologi yang menunjukkan hubungan timbal balik antar makhluk hidup dengan lingkungan tempat mereka hidup. Namun sebagai tatanan, ekosistem tidak lain adalah interaksi yang teratur dan terpola di antara berbagai Ekosistem sebenarnya merupakan konsep dasar dalam ekologi yang menunjukkan hubungan timbal balik antar makhluk hidup dengan lingkungan tempat mereka hidup. Namun sebagai tatanan, ekosistem tidak lain adalah interaksi yang teratur dan terpola di antara berbagai
Pada dasarnya konsep ekosistem merupakan satuan fungsional dasar dalam ekologi yang terdiri atas komponen biotik atau hayati dan komponen abiotik atau non hayati. Menurut Resosoedarmo, apabila ekosistem dilihat dari penyusunnya maka dapat dibedakan menjadi :
1. Bahan tak hidup (abiotik), yaitu komponen fisik dan kimia serta merupakan medium untuk berlangsungnya kehidupan.
2. Produsen, yaitu organisme autotrofik yang pada umumnya tumbuhan klorofil, yang mensintesis makanan dari bahan organik yang sederhana.
3. Konsumen, yaitu organisme heterotrofik, misalnya hewan dan manusia yang memakan organisme lain.
4. Pengurai, perombak atau dekomposer, yaitu organisme heterotrofik yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati. Konsep ekosistem, dengan demikian, tidak menempatkan unsur-unsur lingkungan hidup secara parsial, melainkan secara holistik, yakni menempatkan semua unsurnya dalam hubungan saling mendukung sekaligus saling bergantung. Di seluruh bumi kita, hubungan demikian muncul dalam bentuk gejala alam yang unik yang dikenal dengan daur makanan dan daur biogeokimia.
Daur makanan atau yang lebih dikenal dengan rantai makanan adalah rangkaian proses makan-memakan oleh makhluk hidup yang satu terhadap yang lain, baik di kalangan spesies yang sama maupun pada spesies yang berbeda. Daur makanan ini merupakan syarat mutlak bagi keseimbangan ekosistem, karena sepanjang daur makanan itulah berlangsung perpindahan materi dan aliran energi. Tanpa aliran energi ini, segala bentuk kehidupan di biosfer akan terhenti. Setiap mata rantai makanan, tidak boleh kehilangan perannya baik sebagai mangsa maupun pemangsa. Setiap organisme pada dasarnya memainkan peran ganda seperti itu sesuai dengan perilaku dan tabiat alamiah masing-masing.
Dilihat dari proses peredaran unsur-unsur kimia yang tersimpan di dalam air, tanah, atau udara dan yang tersimpan di dalam tubuh tumbuhan, hewan, atau manusia, maka daur makanan merupakan sebagian dari rangkaian perjalanan unsur-unsur kimia tersebut. Sebagian yang lain berlangsung di alam, melalui air, tanah, dan udara. Perjalanan unsur-unsur kimia melalui makhluk hidup sebagai komponen biologis inilah yang disebut daur biogeokimia.
Kini menjadi jelas bahwa komposisi kumpulan organisme yang hidup di suatu lingkungan hidup tidaklah tercipta secara kebetulan. Keberadaan mereka merupakan hasil akhir dari interaksi alamiah diantara sesama makhluk hidup dan antara makhluk hidup dengan benda-benda, keadaan, serta energi di sekitar mereka. Interaksi ini berlangsung secara terus menerus dalam suasana harmonis, sehingga tercipta ekosistem yang relatif seimbang.
Dalam suatu ekosistem terdapat suatu keseimbangan yang dinamakan homeostatis, yaitu kemampuan ekosistem untuk menahan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan. Keseimbangan itu diatur oleh berbagai faktor yang sangat rumit. Dalam mekanisme keseimbangan ini, termasuk mekanisme yang mengatur penyimpanan bahan-bahan, pelepasan hara makanan, pertumbuhan organisme dan produksi, serta dekomposisi bahan-bahan organik.
Meskipun suatu ekosistem mempunyai daya tahan yang besar sekali terhadap perubahan, tetapi biasanya batas mekanisme homeostatis, dengan mudah dapat diterobos oleh kegiatan manusia. Sebagai contoh, sebuah sungai yang dikotori oleh pembuangan sampah yang tidak terlalu banyak, sungai dapat menjernihkan dirinya sendiri secara alami. Akan tetapi, jika sampah yang masuk itu terlalu banyak, apalagi jikaa mengandung zat-zat racun, maka batas homeostatis alami sungai itu akan terlampaui sehingga sungai akan rusak secara permanen.