Membangkitkan Minat Menulis

2. Membangkitkan Minat Menulis

Kenyataan menunjukkan bahwa memang masih ada orang yang belum memiliki keinginan untuk menulis, meskipun kegiatan menulis sangat dibutuhkan. Semoga tulisan ini dapat membangkitkan sekaligus meningkatkan minat menulis bagi pembaca dan calon penulis. Belum adanya minat menulis bagi seseorang merupakan tantangan mental yang bersumber dari dalam diri sendiri. Tantangan ini muncul karena dipengaruhi rasa malas untuk memulai menulis. Hal lain yang ikut memengaruhi adalah rendahnya rasa kepercayaan diri. Padahal sebenarnya pada diri kita memiliki kompetensi untuk menyusun tulisan yang baik. Hanya kita yang dihinggapi rasa malas dan tidak percaya diri dalam menulis.

Orang yang memunyai minat menulis, biasanya ada dorongan dari dalam dirinya untuk menulis. Dorongan tersebut menjadi motivasi diri yang harus dibangkitkan. Untuk membangkitkan motivasi dalam diri tidak perlu orang lain jadi motivator. Salah satu cara paling mudah membangkitkan motivasi diri adalah mengaitkannya dengan kehidupan spritual seseorang.

Uraian berikut dapat menjadi alasan untuk memotivasi diri, yaitu membangkitkan minat menulis dikaitkan dengan kehidupan keberagamaan.

a. Ilmu pengetahuan yang dikuasai dan disebarkan kepada masyarakat akan bernilai ibadah. Dengan menyebarkan ilmu pengetahuan kepada masyarakat, berarti Anda telah ikut mencerdaskan orang lain termasuk bagi bangsa dan negara sebagaimana amanat Pembukaan Undang-Undang Dasara 45. Jadi, nilai ibadah tidak hanya diperoleh melalui salat, puasa, dan zakat, tetapi juga menyebarkan ilmu pengetahuan melalui menulis kita akan memeroleh nilai ibadah. Hal ini diajarkan oleh agama bahwa sebaik-baik manusia adalah orang yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain. Dengan demikian, menulis ilmu pengetahuan berarti menyebarkan manfaat kepada orang lain karena telah memberitahukan ilmu pengetahuan.

b. Tidak menyebarkan ilmu pengetahuan (menyembunyikan) dan disertai niat merahasikan akan menimbulkan dosa karena menyampaikan ilmu pengetahuan yang kita ketahui kepada orang lain adalah wajib hukumnya. Selanjutnya, orang yang tidak menulis karena memang benar-benar tidak tahu menulis dan tidak berniat menyembunyikan pengetahuan yang ia miliki, tentu bukan perbuatan yang digolongkan menimbulkan dosa. Namun, orang yang malas menulis identik dengan orang yang tidak mau menyebarkan ilmu pengetahuan dan cenderung merahasiakannya. Dengan demikian, orang yang memiliki karakter dan berperilaku seperti ini akan sulit berkembang keilmuannya apalagi memeroleh nilai ibadah melalui kegiatan menulis. Hal seperti itu, tentu di antara para pembaca tidak menginginkannya terjadi pada diri kita. Oleh karena itu, marilah kita menulis untuk mewariskan kecerdasan kepada masyarakat dan bangsa kita.

c. Menulis adalah sesungguhnya mengajarkan ilmu pengetahuan kepada orang lain. Mengajarkan ilmu pengetahuan kepada orang lain tidak akan berkurang, tetapi justru bertambah. Oleh karena itu, untuk menambah khazanah keilmuan kita marilah melakukan kegiatan menulis. Selain itu, ilmu yang tidak dimanfaatkan biasanya mudah dilupakan. Untuk tidak melupakan ilmu pengetahuan itu perlu dituliskan karena menulis adalah mengikat ilmu pengetahuan. Di samping itu, pengetahuan yang ditulis akan menembus batas ruang dan waktu untuk mengisahkan sejarah kepada generasi selanjutnya.

d. Orang yang menyebarkan ilmu pengetahuan dengan sesungguhnya ialah orang yang membuat perwujudan rasa syukur kepada Tuhan yang Mahadaya Ilmu atas ilmu pengetahuan yang dianugerahkan kepadanya. Allah mengungkapkan dalam al-Quran Surah Ibrahim (Q.S. 14: 7) bahwa orang yang pandai bersyukur akan ditambahkan kenikmatan kepadanya. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menulis. Jadi, kalau ingin bertambah ilmu pengetahuannya segeralah menulis.

e. Menulis adalah salah satu kegiatan menyebarkan atau mewariskan ilmu pengetahuan kepada generasi berikutnya yang dapat melampaui batas ruang dan waktu. Menulis sesungguhnya adalah salah satu bentuk kegiatan mulia karena berinvestasi amal yang tidak pernah terhenti sekalipun badan sudah di kandung tanah. Hal ini sesuai hadis Nabi Muhammad Saw. bahwa apabila anak-cucu Adam meninggal dunia maka putuslah amalnya, kecuali meninggalkan tiga perkara salah satu di antaranya adalah e. Menulis adalah salah satu kegiatan menyebarkan atau mewariskan ilmu pengetahuan kepada generasi berikutnya yang dapat melampaui batas ruang dan waktu. Menulis sesungguhnya adalah salah satu bentuk kegiatan mulia karena berinvestasi amal yang tidak pernah terhenti sekalipun badan sudah di kandung tanah. Hal ini sesuai hadis Nabi Muhammad Saw. bahwa apabila anak-cucu Adam meninggal dunia maka putuslah amalnya, kecuali meninggalkan tiga perkara salah satu di antaranya adalah

f. Menulis sesungguhnya adalah kegiatan berbagi ilmu dan tidak mudah hilang. Bahkan, dapat dikembangkan oleh orang lain. Seperti bunyi pribahasa “apa yang terucap akan hilang tertiup angin, sedangkan apa yang tertulis akan abadi”. Menulis dapat

menularkan ilmu karena akan dibaca orang lain kapan dan di mana pun tidak dibatasi ruang dan waktu.

Setiap kegiatan yang dilakukan hendaknya dipertimbangkan aspek religiusnya agar dapat memberikan motivasi karena dengan motivasi akan melahirkan energi yang sangat dibutuhkan dalam menulis. Demikian kegiatan menulis ternyata banyak memberikan manfaat khususnya dalam perolehan nilai-nilai spritual. Jadi, pemahaman kita terhadap kandungan nili-nilai agama atau spritual dalam kegiatan menulis akan membangkitkan minat untuk menulis. Jika orang melaksanakan ibadahnya dengan baik, pasti akan tergugah hatinya untuk menulis karya ilmiah karena menulis berarti menyebarkan ilmu, sedangkan menyebarkan ilmu bagian dari nilai ibadah.

Uraian di atas akan menjadi motivasi diri yang bernilai spritual akan menggugah hati dan membangkitkan minat untuk menulis. Motivasi diri yang bernilai spritual pasti dimiliki oleh setiap manusia, terutama orang yang menjalankan ibadah agamanya dengan baik. Oleh karena itu, kita tidak perlu ragu, menunggu waktu, dan terlalu lama berinspirasi, tetapi mari kita mulai menulis dengan niat menyebarkan ilmu dan beribadah karena hanya dengan pemahaman demikian beban psikilogis dalam diri kita hilang dan rasa ingin menulis pun akan mengalir dalam diri kita.

Apabila motivasi diri sudah disadari maka minat menulis akan timbul dengan sendirinya. Kebangkitan motivasi diri sangat penting karena motivasi diri akan menyebabkan inspirasi mengalir untuk menghasilkan karya tulis. Untuk mendapatkan karya tulis monumental sebagai warisan intelektual, ada sejumlah pertanyaan yang ditujukan kepada diri kita untuk dapat memacu menulis, yaitu “Apakah minat menulis sudah ada?” Bila jawabannya “sudah!” maka harus diikuti pertanyaan berikut, “Kapan akan mulai menulis?”. Jawabannya harus tegas dan lugas, yaitu, “Sekarang juga!” (Wardhana & Ardi Suryo Ardianto, 2007: 16). Jadi, menulis jangan menunda waktu karena dengan menghargai waktu kita akan termotivasi menghasilkan karya tulis.