Outline atau Kerangka Karangan
E. Outline atau Kerangka Karangan
Outline adalah alat atau teknik untuk memudahkan dan melancarkan karangan. Dari outline tampak tubuh karangan secara keseluruhan. Outline merupakan miniatur karangan. Dengan memperhatikan outline akan tampak dengan jelas struktur dan sistematika karangan.
1. Tipe Susunan Outline
Ada beberap tipe susunan outline yang dapat dikemukakan. Perlu diingat bahwa tidak ada keharusan untuk mempergunakan tipe yang sama untuk seluruh bagian detail outline kecuali pada bagian yang sejajar, seperti bab I, II, III, IV dst. Beberapa macam tipe susunan outline yang lazim dipergunakan.
1. Berdasarkan uraian kronologis. Susunan outline diatur menurut susunan waktu kejadian (kronologi) peristiwa yang hendak diuraikan. Bab-bab atau pasal-pasal yang menganut susunan ini disusun menurut urutan kejadiannya. Karangan jenis narasi lazim mempergunakan urutan ini.
2. Berdasarkan urutan Lokal. Susunan outline diatur menurut susunan lokal (ruang atau tempat) dari obyek yang hendak diuraikan. Bab-bab atau pasal-pasal disusun berdasarkan lokal obyek. Misalnya, menerangkan isi dan riwayat benda-benda kuno di musium.
3. Berdasarkan urutan klimaks. Susunan outline diatur menurut jenjang kepentingannya. Dimulai dari jenjang kepentingan yang terendah menuju kepada kepentingan yang paling tinggi. Pengarang menyusun bagian atau detail pokok persoalan dalam suatu urutan yang semakin 3. Berdasarkan urutan klimaks. Susunan outline diatur menurut jenjang kepentingannya. Dimulai dari jenjang kepentingan yang terendah menuju kepada kepentingan yang paling tinggi. Pengarang menyusun bagian atau detail pokok persoalan dalam suatu urutan yang semakin
4. Berdasarkan urutan familiaritas. Susunan outline diatur menurut dikenaltidaknya bahan yang akan diuraikan. Dimulai dari sesuatu yang dikenal. Kemudian, berangsur-angsur pindah kepada sesuatu yang belum dikenal atau yang belum diketahui pembaca.
5. Berdasarkan urutan akseptabilitas. Susunan outline diatur menurut diterima tidaknya prinsip yang dikemukakan. Dimulai dengan mengemukakan hal-hal yang dapat diterima pembaca. Kemudian, menuju kepada gagasan yang mungkin ditolak. Hal-hal yang dapat diterima pembaca biasanya merupakan prinsip umum. Misalnya, “Hak memperoleh keadilan adalah sebagian dari hak asasi manusia”
6. Berdasarkan urutan kausal. Susunan outline diatur menurut hubungan kausal. Dapat dimulai dengan mengemukakan sebuah sebab. Kemudian, uraian akan menelusuri akibat-akibat yang mungkin ditimbulkannya. Dapat pula sebaliknya, dimulai dengan menguraikan beberapa akibat atau beberapa keadaan, lalu bertanya, kenapa hal itu terjadi, apa yang mengakibatkannya.
7. Berdasarkan urutan logis. Susunan outline diatur menurut aspek umum dan aspek khusus. Misalnya, dimulai dengan memperkenalkan kelompok yang paling umum. Kemudian, membicarakan kelompok yang khusus, yang merupakan bagian dari kelompok umum tadi, atau sebaliknya.
8. Berdasarkan urutan apresiatif. Susunan outline diatur menurut pemilihan buruk-baik, untung rugi, berguna tidak berguna, benar- salah, dan seterusnya. Pengarang, misalnya mengemukakan hal-hal yang baik terlebih dahulu, baru memaparkan hal-hal yang buruk pada bagian berikutnya.
2. Proses Pembuatan Outline
Secara sederhana, proses penyusunan outline umumnya melalui pentahapan sebagai berikut, Tahap I : Mencatat di atas sebuah kertas, segala gagasan yang timbul dari pikiran, atau yang dikumpulkan dari sumber-sumber yang ada hubungannya dengan topik yang ditentukan dan pokok pikiran yang dirumuskan.
Tahap II : Setelah dirasakan seluruh gagasan sudah ditulis maka mulailah gagasan diatur, diorganisir, dan disistimatisir. Hal-hal yang saling berhubungan dikelompokkan menjadi satu dan disejajarkan jika hal-hal tersebut sama kedudukannya.
Tahap III : Mengkaji sekali lagi gagasan yang telah dikelompokkan
dalam bab dan pasal-pasal. Jika ada yang terlalu sempit diperluas dan sebaliknya kalau ada hal-hal yang terlalu luas dipersempit. Bahkan, ada bab yang perlu dipertukarkan susunannya.
Tahap IV : Membuat outline yang lengkap dan terperinci yang sudah bebas dari coretan-coretan dan penyempurnaan.
a. Contoh Tahap I “Menjadi mahasiswa bukan untuk menaikkan status sosial atau untuk
tujuan lain, melainkan untuk belajar lebih banyak dan lebih intens sebagai bekal menghadapi masa depan bangsa.” Dengan pokok
pikiran ini, dimulai mencatat gagasan yang timbul di benak. Misalnya, gagasan tersebut tertuang di atas kertas di antaranya:
- nilai yang melekat pada diri mahasiswa, - Sstatus sosial mahasiswa tinggi, - mengembangkan kemampuan diri, - asal tidak menganggur setelah tamat SLTA, - dunia perguruan tinggi berbeda dengan dunia SLTA, - watak dan tradisi perguruan tinggi, - perguruan tinggi sebagai simbol peradaban bangsa, - berusaha belajar lebih baik dengan mengkesampingkan hal-
hal lain, dan - menyadari diri sebagai harapan bangsa.
b. Contoh Tahap II Topik : Bermahasiswa yang benar
Pokok Pikiran : Menjadi mahasiswa bukan untuk menaikkan status sosial atau untuk tujuan lain, melainkan untuk belajar lebih banyak dan lebih intens sebagai bekal menghadapi masa depan bangsa.
- nilai yang melekat pada diri mahasiswa, - status sosial mahasiswa tinggi, - mengembangkan kemampuan diri, - asal tidak menganggur setelah tamat SLTA, - dunia perguruan tinggi berbeda dengan dunia SLTA, - watak dan tradisi perguruan tinggi, - perguruan tinggi sebagai simbol peradaban bangsa, - berusaha belajar lebih baik dengan mengenyampingkan hal-
hal lain, dan - menyadari diri sebagai harapan bangsa.
c. Contoh Tahap III Topik : Bermahasiswa yang benar
Pokok Pikiran : Menjadi mahasiswa bukan untuk menaikkan status sosial atau untuk tujuan lain, melainkan untuk belajar lebih banyak dan lebih intens sebagai bekal menghadapi masa depan bangsa.
I. Motivasi Masuk Perguruan Tinggi
A. Untuk memperoleh status sosial yang tinggi
B. Untuk menghindari menjadi penganggur
C. Untuk mengembangkan kemampuan diri
II. Karateristik Perguruan Tinggi
A. Antara perguruan tinggi dan sekolah lanjutan
B. Perguruan tinggi sebagi simbol peradaban bangsa
III. Mahasiswa yang Ideal
A. Selalu melipatgandakan hasil studi
B. Selalu melatih diri dalam keterampilan memimpin.
d. Contoh Tahap IV
I. FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN MUTU MAHASISWA
A. Faktor Mahaiswa
1. Tentang Sikap
a. Bersikap kritis, isiatif dan teliti
b. Menghargai prestasi
c. Menyadari minat dan bakat
2. Tentang Kebiasaan
a. Membiasakan membaca buku
b. Membiasakan berdiskusi
c. Membiasakan mengembangkan penalaran
B. Faktor Dosen
1. Tentang Sistem Mengajar
2. Tentang Kemampuan Dosen
a. Menguasai bahan kuliah
b. Menguasai teknik membimbing mahasiswa
c. Menyadari waktu konsultasi
d. Sering berada di kampus
C. Faktor Lain
1. Kondisi Fakultas
a. Pelayanan terhadap mahasiswa dan dosen
b. Peratutan-peraturan yang dikeluarkan b. Peratutan-peraturan yang dikeluarkan
2. Kultur yang Berkembang di Masyarakat
II. ……………………(dan seterusnya)