Cara-Cara Mengutip
2. Cara-Cara Mengutip
Menurut jenisnya kutipan dapat dibedakan atas kutipan langsung dan kutipan tidak langsung (kutipan isi) (Keraf, 1989: 179). Perbedaan kedua jenis kutipan ini harus diperhatikan karena akan membawa kosekuensi yang berlainan jika dimasukkan ke dalam tulisan. Oleh karena itu, untuk mencermati perbedaan yang dimaksud maka dapat dibaca dalam uraian di bawah ini.
a. Kutipan Langsug
Yang dimaksud kutipan langsung adalah kutipan yang diambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat sesuai dengan teks aslinya (Keraf, 1989: 179-180). Kutipan langsung ini bentuknya ada yang panjang dan ada yang pendek. Apabila kutipan itu kurang dari empat baris ketikan termasuk kutipan pendek, dan bila lebih dari empat baris ketikan termasuk kutipan panjang. Kedua bentuk kutipan ini masing-masing mengikuti tata cara pengutipan berbeda. Perbedaannya dapat dilihat berikut ini.
1) Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris ketikan Sebuah kutipan langsung yang panjangnya tidak lebih dari empat baris ketikan, akan dimasukkan ke dalam teks dengan cara berikut: (a) kutipan itu diintegrasikan langsung dengan teks, (b) kutipan itu diapit dengan tanda kutip, (c) jarak antara baris dengan baris berikutnya dua spasi, dan (d) sebelum atau sesudah kutipan selesai, dicantumkan nama singkat
pengarang dan tahun terbit dan nomor halaman dalam tanda kurung atau di belakang kutipan tersebut diberi nomor urut penunjukkan setengah spasi ke atas (Keraf, 1989: 183).
Contoh,
Arti deskripsi dapat kita l ihat melalui batasan berikut : “ Deskripsi atau pemerian merupakan bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian dari objek yang sedang dibicarakan.” 1
Atau,
Arti deskripsi dapat kita lihat melalui batasan berikut: Keraf (1989:
93) “ Deskripsi atau pemerian merupakan bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian dari
objek yang sedang dibicarakan”. Atau,
Arti deskripsi dapat kita lihat melalui batasan berikut: “ Deskripsi atau pemerian merupakan bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian dari objek yang sedang
dibicarakan (Keraf, 1989 : 93)”.
2) Kutipan langsung yang lebih dari empat baris ketikan
Bila sebuah kutipan terdiri atas empat baris atau lebih maka seluruh kutipan harus diketik dengan cara berikut ini: (a) kutipan itu dipisahkan dari teks dengan jarak dua setengah spasi, (b) jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi, (c) kutipan itu dapat diapit atau tidak dengan tanda kutip, (d) seluruh kutipan dimasukkan ke dalam 5-7 ketukan, dan bila
kutipan itu dimulai dengan alinea baru, baris pertama dari kutipan itu dimasukkan lagi 5-7 ketukan, dan
(e) sebelum atau sesudah kutipan selesai, dicantumkan nama singkat pengarang dan tahun terbit dan nomor halaman dalam tanda kurung atau di belakang kutipan tersebut diberi nomor urut penunjukkan setengah spasi ke atas (Keraf, 1989: 184).
Contoh,
Bernilai tidaknya karya tulis ditentukan oleh banyak faktor. Faktor tersebut
merupakan salah satu kesatuan yang tidak dapat diabaikan oleh seorang
penulis. Hal ini oleh pendapat Keraf ( 1989: 122) sebagai berikut.
Sebuah karya tulis tidak dianggap bernilai apabila pemikirannya kabur dan ditulis tergesa-gesa, tidak memiliki gagasan senteral, tetapi hanya mengungkap pernyataan yang lepas. Apa yang dikemukakan merupakan klise-klise umum, atau pikiran dan pendapat orang lain tanpa mengemukakan hasil pikirannya sama sekali, tulisan itu tidak dikembangkan dengan baik untuk menjawab persoalan tentang topik
atau bagian-bagiannya. Di samping itu, tidak bernilai kalau susunannya
tidak teratur, tidak mengikuti aturan yang logis, dan koherensi atau kepaduannya kurang baik. Pendeknya, sebuah karangan atau tulisan tidak bernilai sama sekali kalau penulisnya tidak berusaha mencari informasi untuk meyakinkan dirinya bahwa ia mengetahui persoalan itu.
Ada beberapa hal yang terjadi dalam proses pengutipan langsung yang berkaitan dengan naskah atau teks yang akan disalin. Berkenan dengan hal tersebut maka di bawah ini akan diuraikan sebagai berikut.
(1) Biasa terjadi dalam kutipan terdapat lagi kutipan, jika hal ini terjadi cara yang dilakukan adalah (a) mempergunakan tanda kuti p ganda (“. . . ”) bagi kutipan asli dan tanda kutip tunggal („. . . ‟) bagi kutipan dalam kutipan itu atau sebaliknya dan (b) bagi kutipan asli tidak dipergunakan tanda kutip, sedangkan kutipan dalam kutipan itu mempergunakan tanda kutip ganda.
(2) Kutipan langsung sedapat mungkin tidak lebih dari separuh halaman, kecuali bila skripsi, tesis, atau disertasi adalah studi naskah yang harus mengutip teks asli secara lengkap dan membutuhkan tempat yang lebih banyak.
(3) Kutipan dari bahasa asing harus diterjemahkan dan dikomentari. Pada bagian akhir terjemahan kutipan yang berbahasa asing harus dikemukakan sumber terjemahan atau nama penerjemah kutipan (kalau menggunakan kutipan bahasa asing).
(4) Ayat-ayat al- Qur‟an dikutip dengan mengikuti ketentuan dalam penulisan mushaf rasm Usmani. Pengutipan ayat-ayat al- Qur‟an dimulai dengan Q.S. (bukan QS.) yang diikuti dengan nama surah, garis miring diikuti nomor surah, diikuti dengan titik dua. Kemudian, nomor ayat yang dikutip.
Contoh:
Firman Allah dalam Q.S. Al-Ahzab/33: 70
(5) Kutipan dari hadis-hadis Nabi Saw. Harus dari sumber primer, misalnya al-kutub al- sab’ah, al-kutub al-tis’ah, atau kitab hadis mu’tabarah lainnya. Penulisan kutipan hadis dilakukan dengan mengemukakan nama periwayat pertama (sahabat) dan mukharrij hadis yang dikemukakan pada akhir kutipan. Misalnya, hadis riwayat Imam Muslim dari Malik bin Anas. Apabila software aragrap memungkinkan maka kutipan ayat al- Qur‟an atau hadis- hadis Nabi Saw. yang kurang dari satu baris dapat dimasukkan ke dalam teks.
(6) Ayat-ayat al- Qur‟an atau hadis-hadis Nabi Muhammad Saw. yang dikutip harus diterjemahkan. Terjemahan ayat al- Qur‟an merujuk pada terjemahan al- Qur‟an versi Kementerian Agama. Penulisan terjemahan ayat-ayat al- Qur‟an, hadis-hadis Nabi Muhammad Saw., atau terjemahan teks asing lainnya pada prinsipnya sama dengan penulisan kutipan langsung sebagaimana disebutkan terdahulu, yaitu diketik 1 spasi, disetting dari menu: format|pargraph|idents and spacing|indentation: (6) Ayat-ayat al- Qur‟an atau hadis-hadis Nabi Muhammad Saw. yang dikutip harus diterjemahkan. Terjemahan ayat al- Qur‟an merujuk pada terjemahan al- Qur‟an versi Kementerian Agama. Penulisan terjemahan ayat-ayat al- Qur‟an, hadis-hadis Nabi Muhammad Saw., atau terjemahan teks asing lainnya pada prinsipnya sama dengan penulisan kutipan langsung sebagaimana disebutkan terdahulu, yaitu diketik 1 spasi, disetting dari menu: format|pargraph|idents and spacing|indentation:
(7) Apabila ayat-ayat al- Qur‟an atau hadis-hadis Nabi Muhammad Saw. yang telah dikutip akan dikomentari sehingga perlu ditulis ulang maka frase ataupun klausa yang diperlukan ditulis ulang tanpa mengemukakan sumbernya.
(8) Kutipan dari sumber naskah non-Latin (misalnya aksara Lontara, dan sejenisnya) dimasukkan ke dalam teks jika kurang dari empat baris. Jika empat baris atau lebih maka diketik terpisah dari teks dan diberi nomor catatan kaki atau sumber kutipan. Spasi dibuat menyesuaikan. Setelah kutipan teks tersebut diikuti dengan terjemahan yang ditulis terpisah.
b. Kutipan Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung berupa saduran atau paraphrase. Saduran adalah kutipan yang tidak persis sama dengan teks aslinya, terutama dalam penggunaan kata atau tanda bacanya. Kutipan tidak langsung biasa juga disebut kutipan isi. Kutipan ini merupakan pinjaman pendapat dari seorang pengarang atau penulis berupa inti tentang pendapat yang dikemukakan. Dalam kutipan tidak langsung penulis tidak mengutip secara keseluruhan kata dan kalimat yang terdapat dalam teks aslinya. Penulis hanya mengambil inti atau sari dari teks tersebut. Oleh karena itu, kutipan tidak langsung tidak perlu menggunakan tanda kutip. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kutipan tidak langsung:
0) kutipan itu diintegrasikan dengan teks,
1) jarak antara baris dengan baris dua spasi (sama dengan jarak uraian),
2) kutipan tidak diapit dengan tanda kutip,
3) sesudah kutipan selesai, dicantumkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman atau di belakang kutipan itu diberi nomor urut penunjukkan setengah spasi ke atas (Keraf, 1989: 187),
4) nomor kutipan diletakkan di akhir kutipan, setelah tanda baca (jika mmenggunakan kutipan jenis footnot).
5) angka yang menunjukkan nomor kutipan dan nomor catatan kaki dibuat lebih kecil ( superscrift), biasanya pada software computer sudah disetting default, dan
6) nomor kutipan dimulai pada awal setiap awal bab dan dibuat secara berurutan.
Contoh,
Apabila dikaji lebih jauh tentang penduduk asli Indonesia yang
tertua, kita harus kembali melihat bukti-bukti peninggalan sejarah. Pada
zaman prehistoris, penduduk asli Indonesia yang tertua memunyai bentuk dan ciri-ciri fisik yang berbeda dengan manusia sekarang. Hal ini dapat dilihat pada posil-posil dan alat-alat yang ditemukan oleh para ahli antropologi. Manusia pada zaman tersebut masih hidup secara berkelompok dan hidup berpindah-pindah (Koentjaraningrat, 1982: 3).
Dikutip dari buku (Tim Pengajaran Bahasa Indonesia Unhas, 2004: 115).
c. Kutipan atas Ucapan Lisan
Selain melalui sumber tertulis, kutipan juga dapat diperoleh melalui ucapan langsung dari seorang tokoh atau ilmuwan. Bentuk ucapan lisan yang dimaksudkan dapat diperoleh melalui ceramah, kuliah, atau wawancara. Prinsip pengutipan yang diambil dari sumber lisan ini sama dengan prinsip pengutipan yang telah disebutkan di atas (bergantung jenis kutipan yang digunakan).
Contoh,
Dalam seminar hari tanggal 28 Oktober 1992, Mattulada mengata kan a.l. ” Budaya Indonesia dewasa ini, khususnya budaya
Bugis-Makassar telah banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya asing. Masuknya budaya asing ke wilayah Indonesia telah banyak memberikan dampak negatif terhadap perkembangan budaya Indonesia ”.
Dikutip dari buku (Tim Pengajaran Bahasa Indonesia Unhas, 2004: 116).