Kerangka Berpikir

C. Kerangka Berpikir

Dalam penelitian kuantitatif jenis tertentu, bagian landasan teoretis diikuti kerangka berpikir dan hipotesis. Kerangka berpikir merupakan model konseptual yang menggambarkan alur berpikir penelitian atau reka pemecahan masalah. Sajiannya berbentuk bagan yang dihubungkan dengan anak panah dan berisi konstruk atau variabel-variabel penelitian. Dengan sajian berupa gambar diharapkan pembaca dapat dengan mudah mengetahui hubungan antara variabel yang digambarkan. Kerangka berpikir yang baik dapat menjelaskan variabel-variabel, menunjukkan keterkaitan antarvariabel beserta teori yang mendesainnya dan menunjukkan bentuk hubungan antara variabel.

1. Deskripsi Kerangka Pikir

Dasar penyusunan kerangka berpikir adalah tinjauan pustaka. Pada bagian kerangka berpikir peneliti diharapkan mampu menyajikan teori- teori dan konsep secara baik, terpadu, sitematis, dan relevan dengan permasalahan yang akan diteliti karena kerangka berpikir merupakan alur berpikir yang didasarkan pada teori-teori terdahulu dan juga pengalaman empiris yang berguna untuk membangun hipotesis. Jadi, kerangka berpikir sebagai dasar penyusunan hipotesis.

Kerangka berpikir biasa juga disebut sebagai kerangka konseptual yang merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir juga menjelaskan sementara terhadap gejala yang menjadi masalah (objek) penelitian. Deskripsi teori dan hasil penelitian terdahulu merupakan landasan utama untuk menyusun kerangka pikir yang pada akhirnya digunakan dalam merumuskan hipotesis. Kerangka berpikir disusun berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang relevan. Kerangka berpikir merupakan argumentasi kita di dalam merumuskan hipotesis. Untuk merumuskan hipotesis maka argumentasi kerangka berpikir menggunakan logika deduktif (untuk metode kuantitatif) yang memakai pengetahuan ilmiah sebagai premis dasarnya. Kerangka berpikir adalah buatan penulis sendiri, yaitu cara berargumentasi dalam merumuskan hipotesis. Argumentasi tersebut harus dianalisis secara sistematis dan menggunakan teori yang relevan.

Kerangka berpikir adalah sintesis dari berbagai teori dan hasil penelitian yang menunjukkan lingkup satu variabel atau lebih pada sampel atau waktu berbeda, hubungan dua variabel atau lebih pada sampel atau waktu yang berbeda, hubungan dua variabel atau lebih perbandingan pengaruh antara variabel pada sampel yang berbeda dan bentuk hubungan struktural.

Kerangka pikir yang baik akan menjelaskan secara teoretis pertautan antara variabel yang akan diteliti. Jadi, secara teoretis perlu dijelaskan hubungan antara variabel. Misalnya, variabel bebas, terikat, intervening, dan moderator. Perlu dijelaskan mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antara variabel tersebut selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu, pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka pikir. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri maka yang dilakukan peneliti adalah mendeskripsikan teoretis untuk masing-masing variabel. Selain itu, juga memberikan argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti.

Seorang peneliti harus menguasai teori ilmiah untuk menjadi dasar argumentasi dalam penyusunan kerangka pemikiran dan selanjutnya akan Seorang peneliti harus menguasai teori ilmiah untuk menjadi dasar argumentasi dalam penyusunan kerangka pemikiran dan selanjutnya akan

Berdasarkan teori yang telah dideskripsikan, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis agar menghasilkan sintesis tentang hubungan antara variabel yang diteliti. Sintesis tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.

2. Teknik Penyusunan Kerangka Berpikir

Agar kerangka berpikir dapat diterima dan dipahami oleh pembaca maka sebaiknya dibuat sendiri oleh peneliti dan bukan orang lain, yakni dengan memberikan argumentasi berdasarkan teori dan penelitian terdahulu yang memunyai relevansi dengan objek yang diteliti. Secara teknik kerangka berpikir merupakan gabungan dari konsep kerja dan dasar teori untuk kerja.

Agar sajian kerangka berpikir dapat diterima secara ilmiah maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: (1) merumuskan konsep-konsep, (2) merumuskan proposisi, (3) merumuskan variabel- variabel yang akan diteliti, (4) merelevansikan teori yang dipakai dengan objek masalah, (5) mempersiapkan rancangan hipotesis yang akan disusun, dan (6) membuat definisi operasional.

Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2011: 63)) bahwa kerangka berpikir yang baik memuat hal-hal sebagai berikut, di antaranya: (a) variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan, (b) uraian dalam kerangka pikir harus dapat menunjukkan dan

menjelaskan pertautan atau hubungan antara variabel yang diteliti dan ada teori yang mendasari,

(c) uraian juga harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antara variabel itu positif atau negatif, berbentuk simetris kausal atau interaktif (timbal balik), dan

(d) kerangka berpikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram (paradigma penelitian) sehingga pihak lain dapat memahami kerangka pikir yang dikemukakan dalam penelitian.