Prinsip-Prinsip Mengutip

1. Prinsip-Prinsip Mengutip

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh penulis pada saat membuat kutipan, antara lain.

a. Jangan mengadakan perubahan

Pada waktu mengadakan kutipan langsung, pengarang tidak boleh mengubah kata-kata atau teknik dari teks aslinya. Apabila pengarang menganggap perlu mengadakan perubahan tekniknya maka ia harus menyatakan atau memberi keterangan yang jelas bahwa telah dilakukan perubahan tertentu. Misalnya, dalam naskah aslinya tidak ada kalimat atau bagian kalimat yang diletakkan dalam huruf miring (kursif) atau digaris bawahi, tetapi oleh pertimbangan penulis, kata-kata atau bagian kalimat tertentu itu diberi huruf tebal, huruf miring, atau direnggangkan. Pertimbangan untuk mengubah teknik itu dapat bermacam-macam, yaitu memberi aksentuasi (tekanan), contoh, pertentangan, dan sebagainya. Dalam hal demikian, penulis harus memberi keterangan dalam tanda kurung segi empat [ . . . ]. Hal itu akan bermakna bahwa perubahan itu dibuat sendiri oleh penulis, dan tidak ada dalam teks aslinya. Keterangan dalam tanda kurung segi empat itu, misalnya akan berbunyi sebagai berikut, huruf miring dari saya penulis.

b. Bila ada kesalahan

Kegiatan penulisan yang melibatkan proses mengutip, apabila terdapat kesalahan atau keganjilan, entah dalam masalah ketatabahasaan atau persoalan lainnya dalam naskah yang akan dikutip, penulis tidak boleh langsung memperbaiki kesalahan itu. Penulis hanya mengutip sebagaimana adanya. Demikian pula halnya kalau penulis tidak setuju dengan suatu bagian dari kutipan itu. Dalam hal ini penulis tidak boleh melakukan perubahan terhadap naskah atau kalimat yang dikutip harus Kegiatan penulisan yang melibatkan proses mengutip, apabila terdapat kesalahan atau keganjilan, entah dalam masalah ketatabahasaan atau persoalan lainnya dalam naskah yang akan dikutip, penulis tidak boleh langsung memperbaiki kesalahan itu. Penulis hanya mengutip sebagaimana adanya. Demikian pula halnya kalau penulis tidak setuju dengan suatu bagian dari kutipan itu. Dalam hal ini penulis tidak boleh melakukan perubahan terhadap naskah atau kalimat yang dikutip harus

Perbaikan dapat dilakukan terhadap kutipan dengan ketentuan, hanya penulis diperkenankan mengadakan perbaikan atau catatan terhadap kesalahan tersebut. Perbaikan atau catatan itu dapat ditempatkan sebagai catatan kaki, atau dapat pula ditempatkan dalam tanda kurung segi empat, contoh [ . . . ], seperti halnya dengan perubahan teknik yang telah dikemukakan. Catatan dalam tanda kurung segi empat itu langsung ditempatkan di belakang kata atau unsur yang hendak diperbaiki, diberi catatan, atau yang disetujui. Misalnya, kalau kita tidak setuju dengan bagian itu maka biasanya diberi catatan singkat, contoh [sic]. Kata Sic ! Yang ditempatkan dalam tanda kurung segi empat menunjukkan bahwa penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu, penulis sekedar mengutip sesuai dengan apa yang terdapat dalam naskah aslinya (Keraf, 1989: 185).

Contoh,

“Demikian juga dengan data bahasa yang lain dalam karya tulis ini selalu berusaha mencari bentuk kata yang mengandung makan [sic] sentral distribusi yang terbanyak sebagai bahan dari daftar Swadesh”.

Catatan,

Kata makan dalam kutipan di atas sebenarnya salah cetak, seharusnya makna. Namun, dalam kutipan, penulis tidak boleh langsung memperbaiki kesalahan itu. Ia harus memberi catatan bahwa ada kesalahan dan ia sekedar mengutip sesuai aslinya. Untuk karya ilmiah, penggunaan sic dalam tanda kurung segi empat yang ditempatkan langsung di belakang kata atau bagian yang bersangkutan, dianggap lebih tepat.

c. Menghilangkan Bagian Kutipan

Dalam kutipan diperkenankan juga menghilangkan bagian tertentu dengan syarat bahwa penghilangan bagian itu tidak boleh mengakibatkan perubahan makna aslinya atau makna keseluruhannya. Penghilangan bagian itu, apakah di awal atau di tengah kutipan biasanya dinyatakan dengan mempergunakan tiga titik spasi atau dalam kaidah bahasa Indonesia disebut tanda elipsis, contoh ( . . . ), jika unsur yang dihilangkan itu terdapat pada akhir sebuah kalimat, ketiga titik berspasi itu ditambah sesudah titik untuk mengakhiri kalimat itu. Bila bagian yang dihilangkan itu terdiri atas satu alinea atau lebih, biasanya dinyatakan dengan titik berspasi sepanjang satu baris halaman. Bila ada tanda kutip, titik-titik itu – baik pada awal maupun pada akhir kutipan- Dalam kutipan diperkenankan juga menghilangkan bagian tertentu dengan syarat bahwa penghilangan bagian itu tidak boleh mengakibatkan perubahan makna aslinya atau makna keseluruhannya. Penghilangan bagian itu, apakah di awal atau di tengah kutipan biasanya dinyatakan dengan mempergunakan tiga titik spasi atau dalam kaidah bahasa Indonesia disebut tanda elipsis, contoh ( . . . ), jika unsur yang dihilangkan itu terdapat pada akhir sebuah kalimat, ketiga titik berspasi itu ditambah sesudah titik untuk mengakhiri kalimat itu. Bila bagian yang dihilangkan itu terdiri atas satu alinea atau lebih, biasanya dinyatakan dengan titik berspasi sepanjang satu baris halaman. Bila ada tanda kutip, titik-titik itu – baik pada awal maupun pada akhir kutipan-

Contoh bagian kalimat yang dihilangkan,

Naskah Asli

Demikian pula nilai sosial kata harus sesuai dengan nilai-nilai yang

berlaku dalam masyarakat, antara lain apakah ada kata-kata yang

tabu, sakral, atau yang berkonotasi lain.

Kutipan

“Demikian pula nilai sosial kata harus sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, . . . ”.

Contoh bagian alinea yang dihilangkan,

Naskah asli Kaidah sosial berhubungan erat dengan persyaratan kesesuaian

pemilihan kata. Kata yang digunakan harus sesuai dengan kesempatan atau situasi yang dimasuki. Pada situasi resmi (formal) digunakan kata- kata baku, sedangkan pada situasi tidak resmi (nonformal) dapat digunakan kata-kata nonbaku. Situasi masyarakat pendengar dan pembaca yang menjadi sasaran harus diperhatikan, baik umurnya, golongannya, maupun pendidikannya.

Kutipan

“Kaidah sosial berhubungan erat dengan persyaratan kesesuaian pemilihan kata. Kata yang digunakan harus sesuai dengan kesempatan atau situasi yang dimasuki . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .