Kalimat Bahasa Indonesia

D. Kalimat Bahasa Indonesia

Kalimat dalam setiap ujaran dipisahkan hanya karena nyatanya setiap kalimat merupakan bentuk bahasa yang mandiri, tidak diselipkan dalam bentuk bahasa yang lebih besar dengan konstruksi gramatikal. Dengan demikian, kalimat adalah suatu bentuk bahasa yang bebas, yang oleh karena konstruksi gramatika tidak termasuk dalam bentuk bahasa yang lebih besar (Bloomfield dalam Syafruddin, 2012). Definisi ini secara singkat dapat diartikan bahwa kalimat adalah satuan deskripsi bahasa yang paling besar. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Lyons dalam (2012), kalimat adalah satuan gramatikal yang di antara bagian-bagian konstituennya dapat ditetapkan pembatasan dan keterikatan distribusi, tetapi yang tidak dapat dimasukkan sendiri ke dalam suatu kelas distribusi.

Kalimat merupakan serangkaian kata yang tersusun secara bersistem sesuai dengan kaidah yang berlaku untuk mengungkapkan gagasan, pikiran atau perasaan yang relatif lengkap. Kesatuan dalam bahasa tulis, dimulai dari penggunaan huruf besar pada awal kalimat dan diakhiri dengan penggunaan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru pada akhir kalimat.

Dalam karya ilmiah digunakan bahasa Indonesia ragam resmi. Dalam penggunaan bahasa Indonesia resmi, fakta-fakta, perasaan, sikap, atau isi pikiran harus diungkapkan secara jelas dan efektif kepada para pembaca atau pendengar. Oleh karena itu, dalam penggunaan bahasa Indonesia resmi harus dituangkan dalam bentuk kalimat yang baik sehingga mereka yang membaca atau mendengarnya sanggup mengadakan penghayatan kembali sejelas dan sesegra, seperti pada waktu gagasan itu pertama muncul dalam pikiran pengarang. Kalimat seperti apa yang dimaksudkan itu dapat disebut dengan kalimat efektif.

Sebuah kalimat dikatakan efektif jika dapat mendukung fungsinya sebagai alat komunikasi yang efektif, yaitu mampu mengungkapkan seluruh gagasan, pikiran, dan perasaan penulis atau pembaca secara jelas sehingga dapat dimengerti atau dirasakan oleh pembaca atau pendengarnya sebagaimana yang diinginkan. Ciri-ciri bahasa Indonesia ragam resmi yang merujuk pada kalimat efektif dijelaskan dalam paparan berikut.

Kalimat bahasa Indonesia ragam resmi merupakan kalimat efektif harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Setiap unsur yang terjadi di dalamnya -yang pada umumnya terdiri atas kata- harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu, harus ditata menurut auran yang sudah dibiasakan, tidak boleh menyimpang, apalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.

Karateristik kalimat bahasa Indonesia ragam resmi dilihat dari segi bentuknya atau strukturnya adalah (1) gramatik, (2) bernalar, (3) serasi, (4) koheren atau padu, (5) mantap atau tidak goyah, (6) kehematan, (7) keringkasan, (8) kelogisan, (9) kebervariasian, (10) lengkap, (11) tidak rancu, (12) kecermatan, (13) kesejajaran atau paralelisme, (14) kesatuan gagasan, dan (15) penekanan.

1. Gramatik

Ciri gramatikal merujuk pada ketaatan mengikuti kaidah tata bahasa. Kegramatikalan kalimat ditunjukkan oleh kejelasan struktur, ketaatan penggunaan imbuhan, ketepatan penggunaan struktur pasif dan kelengkapan keterangan kalimat. Kalimat yang gramatik memiliki sifat kemantapan dinamis yang berupa kaidah dan aturan yang tetap, tetapi kemantapan itu cukup terbuka untuk perubahan yang bersistem khususnya pada kosakata dan peristilahan dan untuk perkembangan berjenis ragam dan gaya dalam kalimat.

Contoh kalimat yang tidak gramatik adalah sebagai berikut,

(1) Kita harus selesaikan masalah itu tepat waktu.

seharusnya,

Kita harus menyelesaikan masalah ini dengan tepat waktu. atau Harus kita selesaikan masalah ini dengan tepat waktu.

Kalimat (1) tidak gramatik karena tidak dapat menunjukkan dengan tegas tipe struktur mana yang digunakan. Pada kalimat tersebut terjadi penanggalan awalan meN- pada kata kerja selesaikan yang seharusnya tidak terjadi. Jika kata selesaikan tetap ingin dipertahankan, harus diadakan penukaran tempat unsur keterangan predikatnya. Oleh karena

itu, kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi “Kita harus menyelesaikan masalah ini dengan tepat waktu”, atau “Harus kita selesaikan masalah ini dengan tepat waktu”.

(2) Sikap seperti yang dikemukakan oleh pakar tersebut memang biasanya sulit mereka pahami.

seharusnya,

Sikap seperti yang dikemukakan oleh pakar tersebut memang

sulit dipahami oleh mereka.

Kalimat (2) tidak gramatik kata kerja yang berbentuk pasif seharusnya dibentuk dengan menggunakan awalan di- atau dengan menggunakan awalan persona. Namun, penggunaan di- hanya dapat dilakukan jika pelakunya orang ketiga, sedangkan penggunaan awalan persona hanya dapat dilakukan jika pelakunya orang pertama atau orang kedua. Pada kalimat tersebut, kata kerja pasifnya tidak memenuhi ketentuan itu. Kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi “Sikap seperti yang dikemukakan oleh pakar tersebut memang sulit dipahami oleh mereka ”.

(3) Melengkapi pendapat pakar di atas, kami mengusulkan adanya

penambahan bangunan pada sisi kiri bangunan utama.

seharusnya,

Untuk melengkapi pendapat pakar di atas, kami mengusulkan adanya penambahan bangunan pada sisi kiri bangunan utama.

Kalimat (3) tidak gramatik karena pengguna unsur keterangan tidak lengkap. Unsur keterangan melengkapi pendapat pakar di atas seharusnya didahului oleh kata untuk sesuai dengan tuntutan makna. Kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi “Untuk melengkapi pendapat pakar di atas, kami mengusulkan adanya penambahan bangunan pada sisi kiri bangunan utama”.

2. Bernalar

Keefektifan kalimat didukung oleh jalan pikiran yang logis. Kalimat logis (kalimat yang masuk akal) dapat dipahami dengan mudah, cepat, dan tepat, serta tidak menimbulkan salah paham. Kebernalaran merujuk pada hubungan yang masuk akal antarbagian yang hendak dihubungkan atau pengguna kata-kata yang maknanya sesuai dengan gagasan yang hendak disampaikan.

Contoh kalimat yang tidak bernalar adalah, “Terhadap pendapat Arikunto tersebut, kami merasa jelas”. Kalimat tersebut tidak bernalar

karena yang jelas itu pendapat Arikunto, atau kami yang merasa jelas. Agar kalimat ini masuk akal, kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi, “Pendapat Arikunto tadi sudah jelas sehingga kami mudah memahaminya”.

3. Serasi

Menurut Soedjito dalam Syafruddin (2012) keserasian atau kesesuaian dalam kalimat efektif adalah serasi dengan pembicara atau penulis, dan cocok dengan pendengar atau pembaca, serta serasi dengan Menurut Soedjito dalam Syafruddin (2012) keserasian atau kesesuaian dalam kalimat efektif adalah serasi dengan pembicara atau penulis, dan cocok dengan pendengar atau pembaca, serta serasi dengan

4. Koheren atau Padu Koheren atau kepaduan dalam kalimat adalah kemampuan struktur bahasa dalam mendukung gagasan ide yang dikandung dalam kalimat tersebut (Syfi‟ie, dalam Syafruddin, 2012). Kalimat yang baik harus

memiliki koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak. Artinya, ada hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu, yaitu bagaimana hubungan antara subjek dan predikat, hubungan antara predikat dan obyek, serta keterangan lain yang menjelaskan masing-masing unsur pokok dalam kalimat. Kesalahan yang sering merusak koherensi adalah menempatkan kata depan, kata penghubung yang tidak sesuai, atau tidak pada tempatnya, penempatan keterangan aspek yang tidak sesuai, dan sebagainya.

Contoh kalimat yang koherensinya tidak baik dan tidak kompak,

(1a) Dibangunnya gedung ini akan mendorong pertumbuhan daripada sektor kesenian di kabupaten Luwu.

(2a) Demi untuk mendapatkan data yang valid, peneliti mengumpulkan data secara berulang.

(3a) Agar supaya kegiatan ini berjalan lancar, rancangan kegiatan harus disusun secara sistematis

seharusnya, (1b) Dibangunnya gedung ini akan mendorong pertumbuhan sektor kesenian

di kabupaten Luwu.

(2b) Demi mendapatkan data yang valid, peneliti mengumpulkan data secara

berulang.

(3b) Agar kegiatan ini berjalan lancar, rancangan kegiatan harus disusun

5. Mantap atau Tidak Goyah Kalimat tidak goyah adalah kalimat yang jelas maknanya dan tidak menimbulkan kemenduaan makna. Kemenduaan makna sering timbul pada kelompok kata yang induknya berketerangan lebih dari satu. Selain itu, penghilangan kata depan kepada atau oleh dapat juga menimbulkan kemenduaan makna.

Contoh,

(1a) Perpustakaan yang akan diresmikan ini dilengkapi dengan buku linguistik yang baru.

seharusnya,

(1b) Perpustakaan yang akan diresmikan ini dilengkapi dengan buku yang baru tentang linguistik.

(2a) Ide-ide baru jelas maknanya jika fasilitas yang dibutuhkan sudah tersedia.

Seharusnya,

(2b) Ide-ide itu baru jelas maknanya jika fasilitas yang dibutuhkan sudah tersedia. atau

(2c) Ide-ide baru itu jelas maknanya jika fasilitas yang dibutuhkan sudah tersedia.

6. Kehematan

Penulis harus mampu menggunakan kata dengan hemat agar pikiran yang diungkapkan dalam kalimat cepat dapat dipahami maksudnya. Gagasan yang tercantum dalam kalimat sering tidak tersampaikan karena penggunaan kata yang boros.

Contoh,

Surat kabar Harian Pedoman Rakyat menyediakan ruangan untuk mengisi tulisan yang membicarakan tentang kesenian. (boros kata)

seharusnya, Harian Pedoman Rakyat menyediakan ruangan untuk tulisan tentang kesenian.

a. Beberapa penggunaan frasa dapat dihemat

Contoh,

jika ........., maka .....

seharusnya

jika ...., .....atau .... maka ..

tidak sama

seharusnya

berbeda

memunyai hak

seharusnya

berhak

pengangkut udara

seharusnya

maskapai

tidak jadi

seharusnya

batal

Contoh, Jika nama penumpang berbeda dengan tiket, maskapai berhak

menolak keberangkatannya.

seharusnya,

Nama penumpang berbeda dengan tiket maka maskapai berhak menolak keberangkatannya.

b. Hindari pengulangan subjek

Contoh,

Jika penumpang berbeda namanya dengan tiket, penumpang batal berangkat.

seharusnya

Jika berbeda namanya dengan tiket, penumpang batal berangkat.

c. Hindari pemakaian superordinat pada hiponimi kata

Contoh,

Pada hari Kamis tanggal 25 Januari 2015 Direktur PT Pelangi Renata Jaya yang berbendera warna merah, kuning, dan hijau

meresmikan berdirinya perusahaan yang memproduksi lampu

neon.

seharusnya,

Pada Kamis, 25 Januari 2015 Direktur PT Pelangi Renata Jaya yang berbendera merah, kuning, dan hijau meresmikan berdirinya

perusahaan yang memproduksi neon.

d. Hindari dua kata yang bersinonim digunakan dalam sebuah kalimat

Contoh,

Menurut hasil penelitian seputar manajemen waktu mengemukakan bahwa menerima panggilan telepon saat mengendarai mobil adalah merupakan gangguan yang dapat membuyarkan konsentrasi sehingga dengan demikian akhirnya

akan menurunkan produktivitas kerja.

seharusnya,

Menurut hasil penelitian seputar manajemen waktu, menerima panggilan telepon saat mengendarai mobil merupakan gangguan yang dapat membuyarkan konsentrasi sehingga akan menurunkan

produktivitas kerja.

7. Keringkasan

Beberapa hasil tulisan ditemukan pemkaian kata dan kelompok kata yang sebenarnya memiliki makna yang sama. Dalam hal ini kelompok kata merupakan bentuk panjang, sedangkan kata merupakan bentuk ringkas atau pendek.

Contoh,

Kami mengadakan penelitian anak jalanan di kota Palopo. (bentuk panjang)

seharusnya,

Kami meneliti anak jalanan di kota Palopo. (bentuk pendek)

Catatan: tidak semua bentuk ringkas tepat menggantikan bentuk panjang

8. Kelogian

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kalimat yang logis, yaitu.

a) pemahaman kata secara cermat, dan

b) penempatan kata secara tepat dalam struktur kalimat.

Contoh,

Waktu dan tempat kami persilakan. (tidak logis, karena waktu dan tempat bukan subjek yang dapat dipaki untuk menjawab pertanyaan siapa)

seharusnya,

Bapak Rektor dipersilakan. (logis atau efektif) silah = duduk melipat kaki

9. Kebervariasian

Variasi adalah upaya yang bertolak belakang dengan repetisi. Repetisi digunakan untuk memeroleh efek penekanan, lebih menekankan kesamaan bentuk, tetapi pemakaian bentuk yang sama secara berlebihan akan menghambarkan selera pembaca. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya untuk menganekaragamkan bentuk-bentuk bahasa dan menghindari kekakuan agar minat pembaca tetap meningkat dengan cara penggunaan variasi. Bentuk variasi tersebut di antaranya: urutan

bagian kalimat, variasi aktif –pasif, variasi panjang pendek, variasi

berita-tanya-perintah, dan variasi kata, tetapi kevariasian itu tetap mengikuti ketentuan ketatabahasaan.

Contoh,

Dari renungan itulah penyair menemukan suatu makna, suatu realitas

baru, suatu kebenaran yang menjadi ide sentral yang menjiwai seluruh puisi. (variasi kata)

Minggu yang lalu, kita telah mewisuda sekitar 600 siswa. (variasi urutan)

Dengan cepat gedung itu dapat diselesaikan pembangunannya oleh

para kontraktor. (variasi pasif)

Orang telah memunyai tujuan tertentu dalam belajar serta telah memilih set yang tepat untuk merealisir tujuan itu, meskipun tindakan- tindakan untuk mencapai tujuan sangat dipengaruhi oleh situasi. Setiap situasi di manapun dan kapan saja memberi kesempatan belajar kepada seseorang. Situasi itu ikut menentukan set belajar yang dipilih. (variasi panjang-pendek)

Kenyataan tersebut banyak memancing berbagai tanggapan di kalangan masyarakat pendidikan. Bagaimanakah pengaruh penggunaan komputer dalam proses belajar mengajar? Memang dalam satu segi, komputer dalam pendidikan dapat mempercepat arus informasi, tetapi

dampak negatifnya harus Anda renungkan! Secara pribadi, pengrauh

komputer yang paling cepat adalah segera membuka dinding penyekat setiap mata pelajaran serta bagian-bagian pengetahuan ke arah peninjauan lapangan atau medan keseluruhan, menembus keseluruhan kesadaran, yang ini semua merealisir cara belajar Gestalt. (variasi berita-tanya-perintah)

10. Lengkap

Kalimat efektif harus memiliki unsur-unsur yang lengkap sesuai dengan pola yang dipilih. Agar kelengkapan dapat terpenuhi, subjek kalimat harus ada, predikat harus jelas, dan objek kalimat harus disertakan jika predikatnya kata kerja yang bersifat aktif intransitif.

Berikut dapat dilihat dalam contoh di bawah ini.

Dalam pertemuan ini menghasilkan tiga kesimpulan penting.

seharusnya,

Pertemuan ini menghasilkan tiga kesimpulan penting. atau

Dalam pertemuan ini dihasilkan tiga kesimpulan penting.

Kegagalan observasi tersebut karena ketidaklengkapan prasarana.

seharusnya,

Kegagalan observasi tersebut terjadi karena ketidaklengkapan prasarana.

Para arkeolog telah menggali lima kali, tetapi arca itu belum ditemukan.

seharusnya,

Para arkeolog telah menggali bekas sumur itu sebanyak lima kali, tetapi arca itu belum ditemukan.

Observasi itu belum juga selesai. Meskipun para peneliti itu telah mengikuti prosedur yang telah ditetapkan.

seharusnya,

Observasi itu belum juga selesai, meskipun para peneliti itu telah mengikuti prosedur yang telah ditetapkan.

11. Tidak Rancu

Kalimat efektif adalah kalimat yang tidak menimbulkan kerancuan baik pada kalimat tunggal maupun pada kalimat majemuk.

(1a) Para peneliti sedang mendiskusikan tentang dampak penerapan metode baru itu.

(2a) Meskipun penelitian itu gagal, tetapi mereka tidak putus asa.

seharusnya,

(1b) Para peneliti sedang berdiskusi tentang dampak penerapan metode baru itu.

12. Kecermatan

Prinsip kecermatan berarti cermat dan tepat menggunakan diksi. Agar tercapai kecermatan dan ketepatan diksi maka hal-hal berikut perlu diperhatikan:

a. Hindari penanggalan awalan

Contoh,

Saya keberatan jika harus mencantumkan nama ahli bahasa itu pada

buku perdana hasil karya sendiri karena berbagai pertimbangan.

seharusnya,

Saya berkeberatan jika harus mencantumkan nama ahli bahasa itu pada buku perdana hasil karya sendiri karena berbagai pertimbangan.

b. Hindari peluluhan bunyi /c/

Contoh,

Ia sangat menyintai calon istrinya sehingga menyiptakan puisi terindah sebagai maskawin di hari pernikahannya

Seharusnya, Ia sangat mencintai calon istrinya sehingga menciptakan puisi

terindah sebagai maskawin di hari pernikahannya.

c. Hindari bunyi /k/, /t/, /p/, /s/ yang tidak luluh

Contoh,

Tanpa mengesampingkan kodratnya sebagai perempuan, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) berusaha memromosikan dan mensosialisasikan Undang-Undang Pencegahan Kekerasan dalam

Rumah Tangga.

Seharusnya,

Tanpa mengkesampingkan kodratnya sebagai perempuan, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) berusaha mempromosikan dan menyosialisasikan Undang-Undang Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.

d. Hindari penggunaan kata ambigu

Contoh,

Istiri Wakil Direktur Rumah Sakit Pertamina Pusat yang baru itu akan meluncurkan buku yang berjudul Melawan Stigma Negatif Seorang Sekretaris.

13. Kesejajaran (Paralelisme) Penggunaan bentuk bahasa atau konstruksi yang sama dan dipakai dalam susunan serial. Bertujuan membantu memberi kejelasan kalimat secara keseluruhan.

Contoh,

Penyakit pikun adalah satu segi usia tua yang paling mengerikan dan berbahaya, sebab pencegahan dan cara mengobatinya tidak

ada yang tahu.

Seharusnya,

Penyakit pikun adalah satu segi usia tua yang paling mengerikan dan membahayakan, sebab pencegahan dan cara pengobatannya

tidak ada yang tahu.

14. Kesatuan Gagasan Kalimat yang baik harus jelas memperlihatkan kesatuan gagasan, mengandung satu ide. Dalam laju kalimat tidak boleh dilakukan perubahan dari satu kesatuan gagasan kepada kesatuan gagasan lain yang tidak ada hubungannya, atau menggabungkan dua kesatuan yang tidak memunyai hubungan sama sekali.

Secara praktis sebuah kesatuan gagasan diwakili oleh subjek, predikat, dan objek. Dengan demikian, kalimat dikatakan memiliki kesatuan gagasan jika memiliki unsur-unsur yang lengkap dan jelas. Kesatuan tersebut dapat berbentuk kesatuan tunggal, kesatuan gabungan, kesatuan pilihan, dan kesatuan yang mengandung pertentangan.

Contoh kalimat yang tidak jelas kesatuan gagasannya,

(1) Di dalam pendidikan memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi antara anak didik dan pendidik. (2) Terhadap orang yang lebih tinggi umurnya dan atau kedudukannya berbeda caranya.

Contoh kalimat yang jelas kesatuan gagasannya,

(3) Semua hadirin akan mendapat penjelasan mengenai rencana pembangunan waduk itu. (kesatuan tunggal) (4) Bupati meresmikan gedung pukul satu siang, dan meninggalkan

tempat peresmian pukul tiga sore. (kesatuan gabungan) (5) Bapak-bapak dan ibu-ibu dapat menuju ruangan pameran, atau mengikuti dialog interaktif. (kesatuan pilihan) (6) Kita melaksanakan keputusan itu, tetapi sebenarnya kita tidak menyetujui keputusan itu. (kesatuan yang mengandung

pertentangan)

15. Penekanan Inti pikiran terkandung dalam setiap kalimat (gagasan utama) harus dibedakan dari sebuah kata yang dipentingkan. Gagasan kalimat utama tetap didukung oleh subjek dan predikat, sedangkan unsur yang dipentingkan dapat bergeser dari satu kata ke kata yang lain. Makna kata yang dipentingkan harus mendapat tekanan atau harus lebih ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain. Penekanan dapat dilakukan dengan cara mengubah posisi dalam kalimat, mempergunakan repitisi, pertentangan, dan partikel penekanan.

Contoh dalam tabel,

No.

Pernyataan Kalimat

Keterangan Penekanan

1. Harapan kami adalah soal ini dapat kita posisi pada pecahkan.

kalimat

2. Kesadaran harus kita tanamkan pada penggunaan setiap warga negara baik kesadaran repetisi 2. Kesadaran harus kita tanamkan pada penggunaan setiap warga negara baik kesadaran repetisi

bermasyarakat, kesadaran

kesadaran

kesadaran kebudayaan, dan kesadaran beragama.

berekonomi,

3. Para

menghendaki penggunaan kesejahteraan yang bersifat sementara, pertentangan tetapi kesejahteraan yang berlangsung terus-menerus.

guru

tidak

4. Kami pun ikut dalam bakti sosial itu. penggunaan partikel