Prosedur Menulis Akademik

C. Prosedur Menulis Akademik

Pengembangan kemahiran menulis akademik tentang masalah bidang studi dengan konteks keindonesiaan memiliki peran penting dalam pengembangan kepribadian mahasiswa sebagai insan terpelajar. Terkait keyakinan tersebut maka mahasiswa harus dilibatkan dalam berbagai kegiatan untuk membantu mereka mencapai pemahaman yang tepat sesuai pengertian tulisan akademik berdasarkan kriteria dan ragam tulisan, seperti makalah, artikel, laporan, dan sebagainya. Kemudian, mereka diberi tugas untuk menyusun makalah, artikel, dan laporan akademik dengan topik permasalahan dalam bidang studinya masing-masing.

Menulis akademik sebenarnya tidak sulit karena tidak ada waktu yang tidak tepat untuk memulai tulisan. Artinya, kapan pun seseorang dapat melakukannya. Ketakutan tentang kegagalan bukanlah penyebab yang harus dipertahankan. Itulah salah satu kiat yang disampaikan oleh David Nunan dalam Tang dkk. (2008: 88) bahwa konsep pengembangan keterampilan menulis yang meliputi: (1) perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulis, (2) menulis sebagai proses dan menulis sebagai produk, (3) struktur generik wacana tulis, (4) perbedaan antara penulis terampil dan penulis tidak terampil, (5) penerapan keterampilan menulis dalam pembelajaran.

Fungsi dan karateristik yang dimiliki antara bahasa lisan dan bahasa tulisan sangat penting diperhatikan karena keduanya memiliki fungsi komunikasi. Dari sudut pandang inilah dapat dipahami hubungan antara bahasa lisan dan bahasa tulisan sehingga dapat diaplikasikan dalam pembelajaran dan pelatihan keterampilan menulis.

Pendekatan lain dalam pengembangan keterampilan menulis adalah adanya padangan menulis tentang suatu proses dan menulis sebagai produk. Pendekatan yang beroreantasi pada proses lebih memfokuskan pada aktivitas belajar (menulis), sedangkan pendekatan yang berorientasi pada produk lebih memfokuskan pada hasil belajar (menulis). Adapun struktur generik wacana dari setiap jenis karangan atau tulisan tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok. Hanya pada jenis karangan narasi menunjukkan struktur yang lengkap, yang terdiri atas orientasi, komplikasi, dan resolusi. Hal inilah yang menjadi ciri khas atau karateristik jenis karangan narasi.

Menulis adalah kegiatan menyusun serta merangkaikan kalimat sedemikian rupa agar pesan informasi, serta maksud yang terkandung dalam pikiran, gagasan, dan pendapat penulis dapat disampaikan dengan baik. Oleh Menulis adalah kegiatan menyusun serta merangkaikan kalimat sedemikian rupa agar pesan informasi, serta maksud yang terkandung dalam pikiran, gagasan, dan pendapat penulis dapat disampaikan dengan baik. Oleh

Ada tiga tahap proses menulis menurut David Nunan dalam Tang dkk. (2008: 90) yaitu (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap revisi atau penyempurnaan. Untuk menerapkan ketiga tahap tersebut, dalam keterampilan menulis diperlukan keterpaduan antara proses dan produk menulis di dalam kelas. Hal ini sangat tergantung minat pembelajar dalam menulis, kerja sama antara pembelajar, kesempatan atau pun penetapan model pengajaran dan pembelajaran menulis.

Mengacu pada uraian di atas, dapat dipahami bahwa menulis merupakan kegiatan produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata (Tarigan, 2008: 4). Berkenaan dengan hal tersebut, keterampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, memberitahukan, dan memengaruhi sikap pembaca.

Menurut Syafi‟ie dalam Tang dkk. (2008: 92) kelebihan pengunaan bentuk bahasa tulis pada tingkat morfologi, sintaksis, serta semantik adalah lebih cermat dikontrol oleh penulis sehingga pemakaian bentuk bahasa tersebut sesuai dengan kaidah gramatikal. Hal ini dilakukan berkat adanya waktu dan kesempatan untuk membaca kembali kalimat-kalimat serta membetulkannya jika terdapat kesalahan atau kekeliruan. Deangan demikian, penyampaian pesan komunikasi dalam bahasa tulis dapat dilakukan secara lebih sistematis. Hal yang demikian berbeda dengan pemakaian bahasa lisan yang bersifat spontan.

1. Langkah-Langkah Menulis Akademik

Proses penulisan berbeda antara orang satu dan yang lainnya. Namun, banyak penulis yang menggambarkan proses penulisan yang mereka lakukan memiliki langkah-langkah yang relatif sama, yaitu sebagai berikut: (1) merencanakan, (2) menulis, (3) merefleksikan, dan (4) merevisi (Tang dkk., 2008: 97).

a. Merencanakan, Sebagai kegiatan kompleks, menulis membutuhkan perencanaan yang memadai. Dalam proses perencanaan, kegiatan berikut sangat penting diperhatikan oleh penulis. (1) Mengumpulkan bahan, yaitu hampir semua penulis mengumpulkan

segala sesuatu yang mereka perlukan berupa data, informasi bacaan sebelum menulis.

(2) Menentukan tujuan dan bentuk, yaitu dalam penulisan ilmiah tujuan dan bentuk yang dipilih sering ditentukan oleh situasi. Misalnya, dalam membuat laporan penelitian format dan tujuan laporan mungkin sudah ditentukan sponsor atau pemberi dana penelitian.

(3) Menentukan pembaca, yaitu pembaca yang berbeda akan memerlukan bacaan yang berbeda pula. Oleh karena itu, penulis perlu mengetahui keadaan pembaca sebaik-baiknya.

b. Menulis Bagi penulis yang sudah profesional, biasanya situasi memaksa mereka untuk menulis sebelum benar-benar siap, sedangkan penulis yang belum berpengalaman sering kurang tepat dalam memperkirakan waktu yang diperlukan untuk mengembangkan ide yang diwujudkan dalam kata-kata. Penulisan ilmiah isinya sangat kompleks dan batas waktunya yang sudah pasti. Oleh karena itu, dibutuhkan ketepatan, kecermatan penggunaan waktu dan persiapan bahan penulisan termasuk menyusun draf untuk mencapai hasil akhir yang maksimal.

c. Merefleksikan Teknik yang sering digunakan oleh penulis karangan ilmiah, sebelum merangkum karangannya adalah merefleksikan apa yang mereka sudah tulis. Kesempatan ini memungkinkan penulis memeroleh perspektif yang segar tentang kata-kata yang pada mulanya tampak sangat benar, tetapi akhirnya terasa salah.

Penulis perlu bertanya kepada dirinya dengan pertanyaan, misalnya apakah tulisan yang dihasilkan benar-benar memenuhi tujuannya? Apakah tulisan tersebut relevan dengan pembacanya? Apakah tulisan tersebut sudah menginformasikan pesan secara penuh dengan berbagai pertimbangan sehingga diperoleh jawaban dan perspektif yang lebih baik?

d. Merevisi Mengerjakan revisi merupakan langkah yang sangat penting untuk menghasilkan tulisan yang baik. Namun, hal ini sering kurang mendapat perhatian jika dibandingkan dengan langkah-langkah lainnya. Revisi, perbaikan, dan penyempurnaan tulisan yang dilaksanakan secara berhati-hati dan seksama dapat menghasilkan tulisan yang jelas, terarah, terfokus, sesuai dengan keinginan penulis dan pembaca. Penulis perlu mencoba mencermati masalah yang mungkin muncul dan menuntut perbaikan dari penulisnya sehingga tulisan yang dihasilkan menjadi lebih baik dan layak dibaca.

Penulis perlu meneliti secara cermat apakah fakta yang diungkapkan mendukung pernyataan yang diuraikan, dan berapa lama waktu yang harus digunakan oleh pembaca untuk memahaminya?

Segala sesuatu yang diperkirakan akan menimbulkan salah paham agar dihindari dan dihilangkan dari tulisan ilmiah.

Selain beberapa unsur di atas yang telah disebutkan dalam penyempurnaan tulisan juga dilakukan revisi baik pada isi, bahasa, maupun teknik penulisan. Penyempurnaan isi pada dasarnya adalah revisi atau perbaikan dan penajaman pada tahap diperolehnya konsep awal sebuah tulisan. Penyempurnaan isi tulisan dilakukan baik pada tahap perencanaan maupun pelaksanaan penulisan. Penyempurnaan bahasa merupakan revisi tulisan terhadap paragraf, kalimat, kata, ejaan, dan tanda baca. Tahap ini sangat penting dilakukan agar dalam sebuah karya ilmiah yang dihasilkan penulis tidak terdapat ketidaktepatan pada aspek kebahasaan. Ketidaktepatan penggunaan berbagai aspek kebahasaan akan mengganggu keefektifan komunikasi tentang apa yang diungkapkan penulis kepada pembaaca. Penyempunaan penulisan sangat penting dilakukan penulis agar diperoleh hasil yang sistematis. Yang perlu diperhatikan dalam penyempurnaan teknik penulisan antara lain pada bagian halaman sampul, daftar tabel, daftar gambar, lampiran, bagian pendahuluan, teks utama, bagian penutup, pengetikan, kutipan, dan daftar rujukan.

2. Penulisan

Langngkah-langkah prapenulisan merupakan langkah invensi. Dalam proses menulis, kita ingin menyajikan gagasan invensi harus seefektif mungkin. Menulis berawal dari perkembangan berpikir (invensi) dan mengembangkannya ke arah mengomunikasikan hasil pikiran itu kepada orang lain.

Hal yang paling penting harus diingat pada saat memulai menulis adalah pertalian antara penulis dan pembaca. Untuk setiap kata yang ditulis, penulis berimajinasi atau membayangkan reaksi pembaca mengenai apa yang dikatakan dan bagaimana cara mengatakannya. Penulis harus tetap menyadari bahwa ia memunyai gagasan tentang sesuatu yang berguna atau berharga untuk disampaikan kepada pembaca. Penulis ingin menyampaikan gagasan tersebut kepada pembaca tertentu sedemikian rupa sehingga pembaca akan mengapresiasinya dan memeroleh manfaatnya atau sekurang-kurangnya dapat memahaminya.

Kegiatan penulisan berupa penguraian kerangka tulisan menjadi paragraf yang berisi kalimat sebagai unitnya dengan mencermati petunjuk kebahasaan maupun petunjuk teknik penulisan. Untuk petunjuk kebahasaan yang perlu diperhatikan adalah pemilihan kata, penyusunan kalimat, penyusunan dan pengorganisasian paragraf, penguasaan ejaan, dan penalaran. Untuk petunjuk teknik penulisan yang perlu diperhatikan adalah pengetikan, kutipan (rujukan), catatan kaki, penyajian tabel, dan gambar, daftar rujukan, dan perwajahan.

Isi dan sistematika penulisan secara garis besar meliputi (1) penulisan bagian awal, (2) penulisan bagian inti, dan (3) penulisan bagian akhir. Pada bagian awal, ditulis halaman sampul, daftar isi, daftar tabel, dan daftar gambar jika ada. Pada bagian inti dirinci bagian pendahuluan, teks utama, dan penutup. Pada bagian akhir ditulis daftar rujukan dan lampiran jika ada.

3. Bahan Penulisan

Menurut Syafruddin (2012) dalam tulisan yang bersifat faktual dibutuhkan informasi bersifat fakta, sedangkan tulisan yang bersifat teoretis, dibutuhkan informasi yang bersifat teori. Kemudian, jika tulisan itu bersifat faktual dan teoretis akan dibutuhkan informasi bersifat fakta dan teori. Setelah jelas informasi yang dibutuhkan dalam proses penulisan maka selanjutnya dikumpulkan bahan yang sesuai, baik bahan dari sumber pustaka, seperti buku teks, jurnal, majalah, makalah, laporan penelitian, dan lain-lain maupun sumber nonpustaka, seperti hasil observasi, wawancara, angket, dan lain-lain. Untuk sumber yang berasal dari pustaka ditentukan bahannya agar mudah memanfaatkan katalog dan menelaah pustaka. Untuk sumber nonpustaka dilakukan langkah observasi langsung atau tidak langsung, wawancara bebas atau terstruktur, dan menyebarkan angket.

Selain melalui perpustakaan bahan dapat pula diperoleh melalui sumber lain, yaitu pengalaman, penalaran, kewenangan. Di samping itu, sebagian besar bahan penulisan diperoleh melalui sumber inferensi dan pengalaman. Inferensi adalah kesimpulan atau nilai-nilai yang diperoleh melalui pengalaman kita. Jadi, yang dimaksud dengan bahan penulisan adalah semua informasi baik berupa data maupun hasil pengalaman yang dipergunakan untuk mencapai tujuan penulisan. Data tersebut dapat berupa contoh perincian atau detail, perbandingan, sejarah kasus, fakta, hubungan sebab akibat, pengujian dan pembuktian, angka-angka, kutipan gagasan, dan sebagainya yang dapat membantu dalam mengembangkan topik.

Bahan penulisan dapat dikumpulkan, baik pada tahap prapenulisan maupun pada tahap penulisan. Namun, untuk karangan besar, seperti proyek penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi bahannya harus dikumpulkan terlebihdahulu, sebelum tahap penulisan yang sebenarnya dimulai. Mungkin memerlukan bahan dari berbagai sumber informasi. Bahkan, mungkin harus mengadakan pengamatan atau penelitian yang membutuhkan waktu yang lebih lama.

Sebagian besar dari bahan penulisan dapat diperoleh dari dua sumber utama, yaitu inferensi dan pengamatan. Inferensi adalah kesimpulan atau nilai-nilai yang ditarik dari pengamatan. Inferensi itu, akan menjadi bagian dari pengalaman dan mungkin menjadi dasar penarikan inferensi Sebagian besar dari bahan penulisan dapat diperoleh dari dua sumber utama, yaitu inferensi dan pengamatan. Inferensi adalah kesimpulan atau nilai-nilai yang ditarik dari pengamatan. Inferensi itu, akan menjadi bagian dari pengalaman dan mungkin menjadi dasar penarikan inferensi

Seseorang dapat melakukan pengamatan secara cermat dengan berlatih diri melihat sebuah objek dengan lebih teliti dari jarak yang lebih dekat. Dalam hal ini, diperlukan konsentrasi dan minat yang memadai. Jika tidak memiliki perhatian dan minat terhadap detail sesuatu, hanya akan menangkap kesan umum yang sering kurang jelas. Dengan demikian, seseorang juga tidak akan menggunakan diksi yang spesifik untuk detail tertentu di dalam tulisan itu. Misalnya, sesudah mengamati kesehatan anak-anak nelayan di suatu desa nelayan, kita hanya mengemukakan kesimpulan bahwa kesehatan mereka tidak memuaskan. Tidak dikemukakan misalnya, penyakit apa yang terdapat di kalangan anak-anak itu, penyebabnya apa, berapa persen yang meninggal akibat penyakit itu, dan sebagainya. Namun, hal yang harus diingat bahwa detail ini akan dikemukakan sesuai tujuan penulisan. Bahan yang diperoleh dari pengalaman, dapat digunakan sebagai unsur inferensi. Inferensi itu mengandung unsur pemikiran subjektif penulis. Jadi, merupakan karya pribadi penulis berdasarkan bahan asli.

Inferensi dapat diperoleh melalui cara analisis dan sintesis. Analisis adalah proses penguraian sesuatu ke dalam bagian-bagiannya, sedangkan sintesis adalah proses penggabungan kembali bagian-bagian yang terpisah ke dalam suatu kebulatan baru.

Contoh,

Seorang siswa SMA mencoba menghafalkan sebuah sajak yang cukup panjang. Mula-mula ia mempelajarinya bait demi bait. Kemudian, antara bait-bait

diperhatikannya bagaimana urutannya. Akhirnya, ia dapat menghafalkan sajak tersebut dan mendeklamasikannya dengan baik.

Pekerjaan selanjutnya, memecahkan sajak ke dalam bait dan baris. Kemudian, mempelajari atau menelaahnya, merupakan contoh bentuk analisis. Bagian-bagian yang sudah dipahami dengan jelas, selanjutnya disintesiskan, yaitu dengan menghafalkan dan mendeklamasikannya sebagai suatu sajak yang utuh.

Sumber bahan yang penting, di samping pengamatan langsung ialah pengamatan tak langsung melalui bacaan. Proses yang terjadi pada pengamatan ini lebih kompleks. Pada waktu membaca, seseorang akan berhadapan dengan dua macam pengamatan, yaitu pengamatan penulis dan pengamatan sendiri. Di samping itu, juga akan menghadapi dua inferensi, yaitu inferensi penulis berdasarkan pengalamannya, dan inferensi yang dilakukan berdasarkan atas isi bacaan. Yang penting adalah bagaimana tanggapan tentang bacaan itu. Tanggapan tersebut mungkin berupa interpretasi, yaitu jika memberikan arti terhadap bacaan atau berupa kritik, yaitu jika memberikan penilaian terhadap bacaan tersebut.

4. Kartu Informasi

Kartu informasi ialah kartu yang digunakan untuk mencatat bahan- bahan yang diperoleh dari berbagai sumber. Pengaturan ini perlu dilakukan terutama dalam persiapan penulisan karya ilmiah yang cukup besar, seperti proyek penelitian, skripsi, tesis, disertasi, atau karangan besar lainnya dalam bentuk buku.

Kartu informasi sebaiknya dibuat dari kertas yang agak tebal. Ukurannya tergantung pada pertimbangan penulis. Biasanya 10 x 15 cm atau 8 x 12 cm. Dalam kartu ini dicantumkan sumber informasi dan isi informasinya. Kalau sumbernya buku, tuliskanlah pengarang, judul buku, data penerbitan, halaman, dan kutipan.

Informasi yang diperoleh dari bacaan mungkin ditulis dalam bentuk,  Kutipan, jika disalin kata-kata dari buku atau bacaan disalin tepat

seperti aslinya.  Parafrase, jika mengungkapkan kembali maksud penulis dengan kata-kata sendiri.

 Rangkuman (ringkasan), jika menyarikan apa yang dibaca.  Evaluasi atau ulasan, jika mengemukakan reaksi terhadap gagasan

yang dikemukakan penulis. Bahan yang sudah terkumpul diklasifikasikan menurut kriteria sesuai dengan keperluan. Klasifikasi, seperti juga analogi, pada dasarnya merupakan jenis analisis dan sintesis. Dalam klasifikasi kita mengambil sesuatu dari konteksnya semula (bacaan, pengalaman, dan lain-lain) dan mengelompokkannya ke dalam kelas-kelas yang baru berdasarkan kriteria tertentu. Kelas-kelas yang dibentuk dengan cara itu merupakan konsep baru hasil sintesis berdasarkan konsep yang sudah ada.

“Proses morfologis ialah proses pembentukan kata-kata dari

bentuk lain yang merupakan bentuk dasarnya.

Ramlan, Morfologi Deskriptif. (Jakart : Rajawali, 1985), hlm.

Pada kartu di atas merupakan kutipan sesuai dengan tulisan aslinya.

2) Parafrase

Anak berbakat

Ditinjau dari umur serta tingkat kemampuan mentalnya

dan dibandingkan dengan pelayanan pendidikan yang diterimanya,

anak berbakat adalah anak yang sangat berkelainan.

3) Ringkasan

Administrasi negara

Administrasi negara dilaksanakan berdasarkan UUD 1945. tugasnya mencakup semua aspek kehidupan nasional bangsa.

Perhatikan bahwa pada kartu-kartu di atas, selalu dicantumkan sumbernya secara lengkap. Hal ini akan memudahkan dalam membuat catatan kaki dan daftar kepustakaan.