Fakta Sebagai Unsur Dasar Penalaran.

H. Fakta Sebagai Unsur Dasar Penalaran.

Fakta adalah apa yang ada, yang dapat dilihat, disaksikan, atau dirasakan. Sesuatu perbuatan yang dilakukan atau sesuatu peristiwa yang terjadi adalah fakta. Fakta selalu benar karena menyatakan apa adanya, tanpa memperhitungkan pendapat orang tentangnya. Sebenarnya penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. Oleh karena itu, penalaran memerlukkan fakta sebagai unsur dasarnya.

1. Klasifikasi Fakta

Fakta atau lebih luas lagi konsep, tidak terbatas jumlahnya. Namun, sesuai dengan keperluan, fakta yang banyak dapat dikelompokkan sehingga menjadi lebih sederhana, lebih mudah dipahami, dan lebih mudah diolah. Pengelompokkan serupa itu disebut klasifiksi. Membuat klasifikasi mengenai sejumlah fakta, berarti memasukkan atau menempatkan fakta-fakta ke dalam suatu hubungan logis berdasarkan suatu sistem. Dengan demikian, klasifikasi fakta yang ditempatkan di dalam suatu sistem kelas akan dapat dikenali hubungannya, baik secara horisontal (hubungan ke samping) maupun hubungannya secara vertikal (hubungan ke atas dan ke bawah).

Jenis klasifikasi dapat dibedakan atas klasifikasi sederhana dan klasifikasi kompleks. Di dalam klasifikasi sederhana suatu kelas hanya memunyai dua kelas bawahan yang berciri positif dan negatif. Klasifikasi seperti itu, disebut juga klasifikasi dikotomis ( dichotomuous classification, dichotomy). Contoh,

mahluk : berakal budi (manusia)

tidak berakal budi (hewan)

Di dalam klasifikasi kompleks suatu kelas mencakup lebih dari dua kelas bawahan. Dalam klasifikasi ini tidak boleh ada ciri negatif, maksudnya suatu kelas tidak dikelompokkan berdasarkan ada tidaknya suatu ciri, tetapi berdasarkan suatu ciri positif.

Contoh, Klasifikasi manusia berdasarkan umurnya menghasilkan kelas bawahan:

- bayi - remaja - anak-anak - dewasa

Persyaratan membuat klasifikasi harus memperhatikan beberapa persyaratan sebagai berikut.

a. Prinsipnya harus jelas Prinsip merupakan dasar atau patokan untuk membuat klasifikasi, berupa ciri yang menonjol yang dapat mencakup semua fakta, benda atau gejala yang diklasifikasikan. Dengan demikian, tidak terjadi tumpang tindih. Misalnya, klasifikasi kata atas kelas kata:

- kata benda - kata sifat - kata kerja - kata tugas

b. Klasifiksi harus logis dan konsisten

c. Klasifikasi harus bersifat lengkap dan menyeluruh

2. Fakta dan Penilaian

Karangan ilmiah berisi pernyataan (statement). Dalam menyusun pernyataan harus dibedakan antara fakta dan penilaian. Kedua unsur ini mengisi berbagai ungkapan di dalam penulisan karya ilmiah dan saling melengkapi. Fakta adalah apa yang ada, yang dapat dilihat, disaksikan atau dirasakan. Sesuatu perbuatan yang dilakukan atau sesuatu peristiwa yang terjadi adalah fakta. Fakta selalu benar dan menyatakan apa adanya tanpa memperhitungkan pendapat orang tentang fakta tersebut. Adapun penilaian menyatakan simpulan, pertimbangan, pendapat, atau keyakinan seseorang tentang fakta itu. Dengan demikian, penilaian bersifat menghakimi atau memvonis. Untuk lebih jelasnya fakta dan penilaian dapat dilihat pada contoh berikut.

Seorang anak bercerita kepada ibunya setelah selesai menononton konser pildacil bahwa ia melihat penampilan 12 peserta. Cerita ini merupakan fakta. Bila anak tersebut melanjutkan ceritanya bahwa kedua belas peserta itu tampil dengan sangat memukau. Kelanjutan cerita tersebut termasuk penilaian.

3. Evidensi dan Penilaian

Dalam suatau uraian kejadian terdapat bermacam-macam fakta. Apabila fakta yang ada dihubung-hubungkan satu sama lain dengan metode tertentu dalam usaha membuktikan adanya sesuatu disebut evidensi. Dalam evidensi, fakta-fakta yang ada bukan merupakan fakta yang satu sama lainnya berdiri sendiri, melainkan bersatu dalam satu fakta yang utuh. Untuk lebih jelasnya evidensi dan penilaian dapat dilihat pada contoh berikut ini.

Contoh 1, “Kita menyaksikan mobil yang rengsek, tiang listrik yang bengkok, dan kita mencatat bahwa mobil itu sebelumnya lari dengan kecepatan 120 KM per jam, serta kita ketahui mobil itu menabrak tiang listrik”.

Semua fakta telah diketahui, bahkan berlangsungnya rangkaian fakta- fakta yang membentuk peristiwa itu kita saksikan sehingga evidensinya menjadi lebih jelas, mobil itu rengsek dan tiang listrik itu bengkok karena keduanya beradu dalam benturan yang keras. Menghubungkan beberapa fakta atau gejala disebut evidensi. Dan akan menjadi penilaian apabila dikatakan, “Mobil itu ngebut sehingga menabrak tiang listrik”.

Contoh 2,

Seorang ahli purbakala menemukan sebuah guci antik. Dia

akan berusaha menemukan fakta-fakta dari guci itu untuk

menyusun evidensinya. Fakta-fakta itu, misalnya: bentuk guci, ukiran-ukirannya, bahan materialnya, dan sebagainya. Akhirnya

dia membuat evidensi bahwa guci antik itu dibuat pada masa dinasti X di negeri antaberanta pada sekitar ribuan tahun yang lalu. Lalu dia menarik simpulan sebagai penilaian bahwa ternyata kebudayaan dinasti X pada ribuan tahun lalu telah tergolong maju. Simpulan yang merupakan penilaian itu ditarik setelah

membanding-bandingkan dengan evidensi lain yang telah

diketahuinya.

Penulisan karya ilmiah yang disusun dapat berkualitas, jika didasarkan pada fakta. Oleh karena itu, fakta yang akan dijadikan bahan penulisan karya ilmiah harus memenuhi unsur kebenaran. Untuk mengetahui keabsahan sebuah fakta maka harus diuji kebenarannya. Cara menguji kebenaran fakta melalui observasi, kesaksian, dan autoritas.

a. Observasi

Fakta-fakta yang ada belum tentu benar adanya. Oleh karena itu, penulis perlu melakukan observasi langsung di lapangan untuk mengecek kebenaran data atau fakta. Pengunaan cara seperti ini disebut observasi pratisipatif yang bertujuan menjaga keabsahan data atau informasi sebagai salah satu sumber dalam penulisan karya ilmiah

b. Kesaksian

Fakta yang diperoleh tidak selalu harus dilakukan dengan menggunakan observasi, tetapi kadang-kadang data atau fakta itu sulit untuk diobservasi. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan itu, penulis dapat melakukan pengujian dengan meminta kesaksian atau keterangan dari orang lain yang telah mengalami sendiri atau menyelidiki sendiri persoalan itu.

c. Autoritas

Orang yang memiliki autoritas dalam bidang tertentu biasanya lebih meyakinkan kita. Misalnya, dokter spesialis lebih diyakini pasien daripada dokter yang bukan spesialis. Oleh karena itu, data atau informasi yang diperoleh kadang-kadang dikaitkan autoritas informan atau narasumber.