Aspek Penunjang Kegiatan Belajar Menulis

C. Aspek Penunjang Kegiatan Belajar Menulis

a. Aspek Kompetensi Dosen

Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketermpilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. McAhsan dalam Mulyasa (2004: 38) menjelaskan bahwa kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dalam dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

Kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru atau dosen dalam melaksanakan profesi kepengajarannya. Melihat tugas, peran, dan tanggung jawab guru atau dosen maka diperlukan analisis agar kemampuan dan kompetensi guru atau dosen yang berhubungan dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dapat berhasil dengan maksimal yang diguguskan ke dalam empat kemampuan, yaitu (1) merencanakan program belajar mengajar, (b) melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses belajar mengajar, (3) menilai kemajuan proses belajar mengajar, dan (4) menguasai bahan pelajaran dipegang atau dibinanya (Sabri, 2007: 77).

Produktivitas dan mutu karya tulis seorang dosen mencerminkan kualitasnya sebagai dosen yang mampu menjalankan fungsi keilmuan bukan sekedar mengajar. Pada gilirannya, kinerja dosen yang banyak membaca, menulis, dan meneliti akan berbeda dengan dosen yang hanya membaca dan mengajar. Dalam mengajar, tipe dosen yang pertama akan lebih kaya karena mereka telah memperlakukan ilmu, baik sebagai proses maupun produk. Mereka tidak kehilangan akal dalam mengajar atau membimbing mahasiswa karena tersedia banyak referensi dalam pikirannya. Di pihak lain, tipe dosen yang kedua hanya memperlakukan ilmu sebagai produk sehingga cara mengajarnya akan kering.

Kegiatan keilmuan yang dimaksud meliputi salah satu dari empat kegiatan, yaitu penelitian, pengkajian, pengkomunikasian hasil penelitian, dan aplikasi hasil ke dalam praktik. Keempat kegiatan ini terlibat dalam upaya memahami, memecahkan, dan menemukan petunjuk pemecahan. Masalah kegiatan keilmuan memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam rangka menjelaskan dan menjawab masalah keilmuan.

b. Aspek Kompetensi Penulis

Aspek kompetensi adalah gambaran tentang apa yang harus diketahui atau dilakukan seseorang agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Kompetensi menggambarkan bagaimana seseorang diharapkan berperilaku agar dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik sesuai dengan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai menjadi bagian dalam dirinya.

Kompetensi penulis merupakan aspek penting dalam terciptanya pembelajaran yang sesuai dengan cara belajar yang sifatnya lebih dominan ke arah kemandirian. Penekanan belajar mandiri lebih diutamakan sehingga kemampuan individu dalam bertingkah laku, merasakan sesuatu, dan mengambil keputusan sesuai kehendaknya sendiri. Peningkatan tanggung jawab, kemandirian, dan menurunnya tingkat ketergantungan terhadap orag tua adalah aspek yang sangat penting dalam menciptakan tingkat motivasi yang tinggi dalam upaya merespon kreativitas untuk melahirkan perilaku yang produktif. Monks, et al.dalam Zaidin (2014: 97) menjelaskan bahwa orang yang mandiri akan memperlihatkan perilaku yang eksploratif, mampu bertindak kritis, tidak takut berbuat sesuatu, memunyai kepuasan dalam melakukan aktivitasnya, percaya diri, dan mampu menerima realitas serta dapat memanipulasi lingkungan, mampu berinteraksi dengan teman sebaya, terarah pada tujuan, dan mampu mengendalikan diri.

c. Aspek Lingkungan Belajar

Belajar pada hakikatnya adalah interaksi antara individu dan lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan atau stimulus terhadap individu dan sebaliknya individu memberikan respon terhadap lingkungan. F. Patty menjelaskan dalam Zaidin (2014: 97-98) bahwa lingkungan adalah sesuatu yang mengelilingi individu di dalam hidupnya, baik dalam bentuk lingkungan fisik, seperti orang tua, rumah, kawan bermain, dan masyarakat sekitar, maupun dalam lingkungan psikologis, seperti perasaan yang dialami, cita-cita, persoalan yang dihadapi, dan sebagainya. Dalam pendidikan, lingkungan adalah semua yang terdapat di luar diri peserta didik dan yang memunyai arti bagi perkembangannya, serta memberikan pengaruh terhadap dirinya. Jika lingkungan adalah sesuatu yang sengaja diciptakan oleh pendidik, disebut lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan diartikan sebagai suatu tempat yang memungkinkan terjadinya interaksi manusia dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Sugono (2011: 522) menjelaskan bahwa iklim berarti keadaan hawa (suhu, kelembapan, awan, hujan, dan sinar matahari) pada suatu daerah dalam jangka waktu yang agak lama, serta suasana dan keadaan, sedangkan pembelajaran berarti proses cara, perbuatan menjadikan orang atau mahluk hidup belajar. Menurut Scott and Gough dalam Zaidin (2014:

98) iklim pembelajaran adalah iklim yang timbul dari lingkungan yang menyenangkan atau kondusif. Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang dapat mendukung pembelajaran yang dapat difungsikan sebagai sumber pembelajaran atau sumber belajar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan belajar yang mendapatkan pengaruh dari luar sehingga seseorang 98) iklim pembelajaran adalah iklim yang timbul dari lingkungan yang menyenangkan atau kondusif. Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang dapat mendukung pembelajaran yang dapat difungsikan sebagai sumber pembelajaran atau sumber belajar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan belajar yang mendapatkan pengaruh dari luar sehingga seseorang

d. Aspek Sarana dan Prasarana Belajar

Sarana dan prasarana merupakan kebutuhan penting dalam sebuah institusi pendidikan. Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai merupakan tuntutan pelaksanaan pendidikan yang optimal. Oleh karena itu, sarana dan prasarana menjadi kebutuhan harus disiapkan oleh penyelenggara pendidikan.

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pembelajaran, perlengkapan sekolah, dan sebagainya. Prasarana adalah segala sesuau yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru atau dosen dalam penyelenggaraan proses belajar (Sanjaya, 2011: 55). Selanjutnya, dijelaskan Sugono (2011: 1227, 1099) sarana adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan, seperti alat dan media. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses.

Daryanto (2008: 51) menjelaskan bahwa secara etimologi prasarana berarti alat tidak langsung mencapai tujuan. Dalam pendidikan, misalnya lokasi atau tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, uang, dan sebagainya. Kemudian, yang dimaksud sarana adalah alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya ruang, buku, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya. Selanjutnya, Kemendikbud Nomor 079 Tahun 1975 dalam Zaidin (2014:109), membagi sarana pendidikan terdiri atas 3 kelompok besar, yaitu (1) bangunan dan perabot sekolah, (2) alat pelajaran yang terdiri atas pembukuan, alat-alat peraga, dan laboratorium, dan (3) media pendidikan yang dapat dikelompokan menjadi oudiovisual yang menggunakan alat penampil dan media yang tidak menggunakan alat penampil.