Topik Karangan
B. Topik Karangan
Kegiatan yang pertama adalah menjawab pertanyaan: “Apa yang akan saya tulis?” Memilih topik berarti memilih apa yang akan menjadi pokok
pembicaraan dalam tulisan atau karangan. Pokok pembicaraan yang dimaksud adalah sesuatu yang belum terurai. Kegiatan pada tahap pertama ini sering mengalami kesulitan. Bahkan, menjadi beban berat terutama bagi calon atau orang yang baru mulai menulis. Hal ini disebabkan oleh kesulitan untuk menemukan topik mana yang akan atau dapat dipergunakan untuk menyusun karangan. Selain itu, sering pula diperhadapkan kepada sikap untuk memilih satu di antara sekian banyak bahan yang dapat dibicarakan. Topik adalah persoalan atau masalah yang akan dibahas dan harus dibatasi atau difokuskan. Dalam hal ini harus berpegang teguh pada satu pilihan saja. Jadi, seluruh karangan hendaknya membawa dan mengingatkan perhatian pembaca kepada salah satu ide pokok yang merupakan inti tulisan.
Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti pengalaman, pendapat atau penalaran, pengamatan, dan penyelidikan terhadap sesuatu, baik yang akan dilakukan sendiri di lapangan maupun melalui buku-buku dan karangan lainnya. Selain itu, kreasi imajinatif (daya khayal) dapat Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti pengalaman, pendapat atau penalaran, pengamatan, dan penyelidikan terhadap sesuatu, baik yang akan dilakukan sendiri di lapangan maupun melalui buku-buku dan karangan lainnya. Selain itu, kreasi imajinatif (daya khayal) dapat
Wahab (t.th. 3) menjelaskan bahwa jika sulit mencari topik, kita dapat melihat pada medan gagasan, yaitu (1) isu-isu yang masih hangat (aktual), (2) peristiwa nasional maupun internasional, (3) gerakan, organisasi, atau pribadi yang dikaitkan dengan masalah politik, pendidikan, agama, seni, atau humaniora, (4) bentuk-bentuk seni arsitektur, lukisan, pahatan, keramik, seni pertunjukan, tari, musik, dan sastra, (5) para tokoh utama (bintang) dalam dunia politik, usaha, pertanian, olahraga, seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi, (6) pemrosesan produk makanan, pakaian, perumahan, dan transportasi, (7) sejarah, prestasi keilmuan, dan kehidupan masyarakat akademik, dan (8) pengalaman pribadi yang memiliki bobot.
Berkenaan dengan topik karangan Nafiah (1981: 82) juga menguraikan bahwa apabila penulis mengalami kesulitan menemukan topik atau pokok pembicaraan untuk dijadikan bahan dalam penulisan maka petunjuk di bawah ini dapat membantu.
(1) Selalu berusaha menambah pengalaman dengan banyak melihat, mendengar, membaca, dan mengalami sendiri berbagai peristiwa. (2) Rajin mengamat-amati sesuatu yang terjadi di sekitar kita atau membaca buku yang merupakan hasil pengamatan dan penelitian orang lain.
(3) Selalu mengembangkan imajinasi (daya khayal) dan kreativitas diri. (4) Sering mengadakan diskusi dan tukar-menukar pendapat untuk
melatih mengemukakan pendapat dan mempertahankannya dengan argumentasi dan contoh yang baik dan tepat serta memperluas cakrawala berpikir.
1. Memilih Topik
Panjang pendeknya sebuah tulisan atau karangan bukanlah faktor yang menentukan kualitas sebuah tulisan atau karangan. Karangan atau tulisan yang pendek, tetapi jelas, padat dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan bermakna bagi kehidupan akan lebih berharga dibandingkan dengan tulisan yang panjang, tetapi berulang-ulang dan membingungkan tidak jelas apa makna yang disampaikan penulisnya. Oleh karena itu, tulisan yang memiliki aspek kejelasan, kepadatan, dan kebermanfaatan adalah di antara ciri-ciri tulisan yang baik dan menarik.
Salah satu faktor menentukan keberhasilan sebuah tulisan yang baik adalah penulis harus memilih topik yang menarik perhatian dan diminati oleh penulisnya. Sulit dibayangkan hasilnya jika sebuah tulisan yang tidak diminati oleh penulisnya sendiri. Hal tersebut akan menyebabkan Salah satu faktor menentukan keberhasilan sebuah tulisan yang baik adalah penulis harus memilih topik yang menarik perhatian dan diminati oleh penulisnya. Sulit dibayangkan hasilnya jika sebuah tulisan yang tidak diminati oleh penulisnya sendiri. Hal tersebut akan menyebabkan
Setelah penulis menemukan sejumlah topik yang dapat dijadikan tulisan atau karangan maka langkah selanjutnya adalah mengadakan evaluasi untuk memilih satu di antara sekian banyak topik yang telah ditemukan. Sehubungan dengan evaluasi topik atau memilih topik yang baik dan menarik untuk dijadikan sebagai topik karangan atau tulisan yang dipilih, terutama karangan ilmiah maka hal-hal di bawah ini perlu menjadi pertimbangan, antara lain,
a. Topik menarik perhatian penulis Topik yang menarik perhatian penulis akan memungkinkan penulis berusaha terus-menerus mencari data untuk memecahkan masalah yang dihadapi penulis akan didorong terus-menerus agar dapat menyelesaikan tulisan itu sebaik-baiknya.
b. Topik dikenal atau diketahui dengan baik Yang dimaksud dengan sebuah topik dikenal atau diketahui dengan baik, yaitu sekurang-kurangnya prinsip ilmiahnya diketahui oleh penulis. Berdasarkan prinsip ilmiah yang diketahuinya, penulis akan berusaha mencari data melalui penelitian, observasi, wawancara, dan sebagainya sehingga pengetahuannya mengenai masalah itu bertambah dalam.
c. Bahannya dapat diperoleh Sebuah topik yang baik harus dapat dipikirkan apakah bahannya cukup tersedia di sekitar kita atau tidak. Bila bahannya cukup tersedia, hal ini memungkinkan penulis untuk dapat memerolehnya. Kemudian, mempelajari dan menguasai sepenuhnya.
d. Topik dibatasi ruang lingkupnya Topik yang terlampau umum dan luas yang mungkin belum cukup kemampuan untuk menggarapnya akan lebih bijaksana kalau dibatasi ruanglingkupnya.
2. Pembatasan Topik
Topik yang terlalu umum dan luas dapat mengakibatkan uraian menjadi kabur dan tidak terarah. Paling tidak, topik yang terlalu umum dan luas tidak memberikan kesempatan untuk membahasnya secara mendalam. Sebaliknya, topik yang terlalu sempit akan bersifat sangat khusus dan tidak banyak manfaatnya, kecuali jika melaporkan hasil suatu studi kasus.
Pembatasan topik sekurang-kurangnya akan membantu penulis dalam beberapa hal di antaranya adalah pertama, memungkinkan penulis untuk menulis dengan penuh keyakinan dan kepercayaan diri karena pokok persoalan itu benar-benar diketahui. Menguasai topik sepenuhnya berarti penulis benar-benar mengetahui dengan jelas apa yang hendak ditulis. Kedua, pembatasan topik memungkinkan penulis untuk mengadakan penelitian yang lebih intensif mengenai masalah yang ditulis. Dengan pembatasan topik itu, penulis akan lebih mudah memilih hal-hal yang mudah dikembangkan.
Membatasi ruanglingkup pokok pembicaraan (topik) dapat dilakukan dengan cara-cara berikut, yaitu mengambil sebuah topik yang umum dan luas. Selanjutnya, dipecah menjadi bagian-bagian yang semakin terbatas.
Contoh,
Topik umum dan luas : Pembentukan Kata
Topik terbatas : Pembentukan Kata Secara Analogi
Selain pembatasan topik tersebut, dapat juga dilakukan pembatasan topik melalui cara lain, yaitu membatasi topik pada berbagai aspek yang ada di dalam tulisan. Cara yang dimaksud dijelasakan Nafiah (1981: 84-
85) sebagai berikut.
a. Menurut tempat Sulawesi lebih khusus daripada Indonesia, Sulawesi Selatan lebih khusus daripada Sulawesi, kota Palopo lebih sempit daripada Sulawesi Selatan, dan seterusnya. Contoh topik umum “Curah Hujan di Pulau Sulawesi”, contoh topik spesifik “Curah Hujan di Kota Palopo” pengkhususan dilakukan berdasarkan tempat.
b. Menurut waktu, atau periode, atau zaman “Perkembangan Islam” dapat dibatasi menjadi “Perkembangan Islam di Masa Nabi Muhammad Saw.” atau topik lain, “Seni Lukis di
Zaman Kemerdekaan” lebih spesifik daripada “Sejarah Seni Lukis di Indonesia.” Pengkhususan dilakukan berdasarkan waktu.
c. Menurut hubungan kausal (sebab-akibat) “Perkembangan Islam” dapat dikhususkan pembahasannya menjadi “Sebabnya Islam Cepat Tersiar.” Atau topik lain, “Kejahatan di
Indonesia” dapat dijadikan lebih spesifik menjadi “Beberapa Hal yang Mendorong Timbulnya Kejahatan di Indonesia.” Pengkhususan dapat dilakukan berdasarkan hubungan kausal.
d. Menurut bidang kehidupan manusia (politik, sosial, ekonomi, kebudayaan, agama, ilmu pengetahuan, dan kesenian)
“Perkembangan Politik di Indonesia” dapat dibatasi menjadi “Perkembangan Politik di Indonesia Era Reformasi.” Pengkhususan
dilakukan berdasarkan aspek kehidupan.
e. Menurut objek material dan objek formal Objek material adalah bahan yang dibicarakan, sedangkan objek formal adalah dari sudut aspek mana bahan itu ditinjau. “Perkembangan Pers” (sebagai objek material) dapat menjadi spesifik “Perkembangan Pers Ditinjau dari Segi Kebebasan” (sebagai objek formal karena sudut pandang difokuskan pada segi kebebasan pers belaka tidak memandang segi lainnya) atau “Karya Sastra Indonesia” (sebagai obyek material), dapat dibatasi menjadi “Karya Sastra Indonesia Ditinjau dari Sudut Sosiologis ”. Pengkhususannya hanya dilihat dari sudut pandang yang difokuskan pada segi sosiologisnya saja, tidak dilihat dari segi yang lainnya. Pengkhususan dilakukan berdasarkan objek formal.
Demikian telah diuraikan cara untuk membatasi topik. Dalam kegiatan menulis sering terjadi cara pembatasan topik justru dilakukan dengan menggabungkan beberapa cara sekaligus. Semakin banyak gabungan cara, semakin spesifik topiknya. Misalnya, “Perkembangan Islam di Indonesia” akan menjadi sangat spesifik apabila dijadikan “Aspek-Aspek yang Menarik dari Perkembangan Islam Masyarakat Etnik Luwu pada Zaman Datok Sulaiman”. Dalam topik tersebut tergabung tiga cara pembatasan topik, yaitu (1) menurut tempat, (2) menurut waktu, dan (3) menurut objek formal.