99
6 Dari hasil angket sikap sosial pada siklus II, seluruh siswa yang berjumlah 24 siswa sudah ada 19 siswa yang bisa mencapai kriteria
keberhasilan yang ditentukan yaitu ≥ 70.
Dari pelaksanaan Siklus II maka dapat ditarik kesimpulan sikap sosial siswa mengalami peningkatan. Pada siklus II ini
persentase siswa yang sudah mendapatkan nilai ≥ 70 mengalami
peningkatan yaitu mencapai 78,19 dari jumlah seluruh siswa. Hasil ini sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian, sehingga tidak
dilanjutkan pada siklus berikutnya.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil test melalui angket sikap sosial pra siklus yang dilakukan peneliti, diperoleh data sikap sosial siswa yang memperoleh nilai
30 - 49 sebanyak 1 siswa 4,17, nilai 50 – 69 sebanyak 11 siswa 45,83,
nilai 70 – 85 sebanyak sebanyak 11 siswa 45,83, dan nilai 86 – 100
sebanyak 1 siswa 4,17. Jadi dapat diketahui siswa yang memperoleh nilai minimal 70 sebanyak 12 siswa atau 50 dari jumlah seluruh siswa.
Berdasarkan data tersebut maka bisa dikatakan sikap sosial siswa kelas V SD Mangunan cukup rendah. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan perbaikan
yang harus segera dilakukan oleh guru untuk meningkatkan sikap sosial siswa yang rendah tersebut.
Tindakan yang dipilih peneliti yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran IPS. Model ini
100
melibatkan siswa dalam pembelajaran dengan membentuk kelompok- kelompok kecil untuk bekerja sama mencapai tujuan dan tugas akademik,
sambil belajar keterampilan-keterampilan kolaboratif dan sosial sebagaimana yang dikemukakan oleh Nur Asma 2006: 12. Setiap siklus terdiri dari
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pada siklus II tahap-tahap yang dilakukan merupakan perbaikan pada siklus sebelumnya yaitu siklus I.
Kegiatan pembelajaran
siklus I,
guru menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT untuk
meningkatkan sikap sosial siswa. Pembelajaran menggunakan model NHT dimulai dari pembagian kelompok, pemberian pertanyaan, pemanggilan nomer-
nomer,dan diskusi masalah. Guru memulai pembelajaran dengan mengelompokkan siswa menjadi
tujuh kelompok dengan setiap kelompok beraanggotakan empat orang dan membagikan nomer-nomer yang digunakan di kepala mereka. Langkah
selanjutnya setelah dilakukan pembagian kelompok, siswa mendapatkan pertanyaan yang diajukan oleh guru. Saat bertanya jawab dengan siswa guru
terlihat siswa mulai antusias untuk menerima pelajaran. Kegiatan selanjutnya, guru membagikan LKS kepada siswa untuk
didiskusikan jawaban mana yang paling tepat. Banyak siswa yang mengerjakan semua soal karena belum paham dengan fungsi nomer kepala yang dipakainya.
Guru harus berulang kali mengingatkan siswa untuk fokus terlebih dahulu mngerjakan soal sesuai nomer kepalanya. Dalam mengerjakan LKS di
pertemuan pertama, siswa masih saling menunggu giliran untuk mengerjakan
101
soal sesuai dengan nomer kepalanya karena lembar LKS hanya ada satu di tiap kelompok. Pada pertemuan kedua, guru membagikan LKS kepada masing-
masing siswa dengan menambahkan petunjuk pengerjaan sehingga siswa memahami LKS yang harus dikerjakan.
Kegiatan yang dilakukan berikutnya yakni diskusi. Pada saat
berdiskusi, masih banyak siswa yang belum berpendapat dan hanya diam saja, akan tetapi beberapa siswa di kelompok lain sudah dapat berpendapat dalam
kelompoknya. Saat diskusi selesai, guru selanjutnya memanggil nomer secara acak, akan tetapi masih seringkali memanggil nomer kepala yang sama dalam
kelompok yang sama, sehingga nomer kepala lain ada yang belum terpanggil. Sikap sosial siswa pada
pembelajaran siklus I menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan pra siklus. Hal ini dapat dilihat dari nilai
rata-rata sikap sosial pada siklus I mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan pra siklus, yaitu dari 69 menjadi 72. Nilai maksimal 88 dan nilai
minimal 49. Sementara persentase siswa yang telah mencapai kriteria pada siklus I meningkat 12,50, dari 50 pada pra siklus menjadi 62,50 pada
siklus I. Sedangkan dalam kategori sikap sosial siswa pada siklus I, siswa yang masuk dalam kategori rendah 1 siswa, sedang 8 siswa, tinggi 12 siswa, dan
sangat tinggi 2 siswa. Peningkatan sikap sosial siswa pada siklus I disebabkan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT yang digunakan guru untuk memfasilitasi dan membimbing siswa dalam belajar. Melalui model NHT, siswa dapat
mengeluarkan ide-ide mereka, serta mempertimbangkan jawaban yang paling
102
tepat karena memiliki tanggung jawab dengan soal sesuai nomer-nomer kepalanya serta dapat menambah semangat bekerja sama diantara anggota
kelompok, sehingga sikap sosial siswa dapat meningkat. Pernyataan tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Anita Lie 2010: 59, teknik belajar
mengajar Numbered Heads Together memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide
–ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan
semangat kerja sama mereka. Sebenarnya untuk siklus I nilai rata-rata yang diperoleh siswa sudah
memenuhi keberhasilan penelitian, akan tetapi persentase keberhasilannya belum mencapai 75. Untuk itu penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan
melihat catatan-catatan penting yang masih perlu direfleksikan lagi untuk pembelajaran berikutnya.
Tindakan yang dilakukan pada siklus II masih tetap menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, namun guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok kecil yang heterogen baik berdasarkan prestasi, jenis kelamin, maupun kebiasaan bergaul. Hal ini sejalan dengan pendapat Slavin
Etin Solihatin, 2007: 4. Menurutnya pembagian kelompok yang heterogen dimaksudkan agar anggota kelompok dapat bekerja sama dan dapat
menularkan pengetahuannya satu sama lain. Selain itu, model pembelajaran pembelajaran kooperatif
NHT sedikit dimodifikasi dengan menambah
permainan kekompakan kelompok, dan pemberian reward.
103
Pembentukan kelompok baru yang heterogen, memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling menghargai temannya satu sama lain dan bekerja
sama dengan kompak. Pemberian waktu pengerjaan pada saat diskusi kelompok, menjadikan siswa menghargai waktu dan bertanggung jawab
terhadap soal yang harus bisa diselesaikan dan mendiskusikan bersama dengan teman satu kelompoknya. Serta dengan adanya pemberian reward dari guru
kepada kelompok yang menyelesaikan LKS paling cepat dan pengerjaan LKS nya paling banyak, sehingga antusias tiap-tiap anggota kelompok dalam
bekerja sama menyelesaikan LKS menjadi bertambah. Setiap kelompok berusaha berkompetisi secara positif dengan kelompok lain. Guru juga telah
mengadakan perbaikan pemanggilan nomer. Nomer-nomer siswa yang dipanggil telah dipersiapkan sebelumnya, sehingga semua nomer siswa
terpanggil secara merata, tidak ada nomer yang sama dipanggil berulang kali. Guru juga memberikan ketegasan bagi siswa yang dipanggil nomernya agar
benar-benar mengangkat tangannya terlebih dahulu baru kemudian menjawab pertanyaan guru dengan suara yang keras, sehingga kelompok lain tidak ikut
menjawab serta memperhatikan jawaban temannya. Pada siklus II, sikap sosial siswa meningkat jika dibandingkan dengan
siklus I. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan persentase siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasan. Siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan ada 19
siswa, dan yang belum tuntas ada 5 siswa. Dari data tersebut, sikap sosial siswa kelas V SD Mangunan telah berhasil mencapai persentase 75 siswa yang
mendapat nilai minimal 70.
104
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang digunakan pada siklus II ini lebih efektif dibandingkan pada siklus I karena guru lebih intensif
memberikan bimbingan terhadap kelompok-kelompok belajar dalam menarik kesimpulan dan memotivasi siswa melakukan presentasi sehingga aktivitas
siswa cenderung meningkat dibandingkan dengan siklus I. Siswa diberi bimbingan dan motivasi, guru juga memberikan penghargaan bagi kelompok
yang aktif. Hal tersebut dapat meningkatkan motivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan kelompok antara lain diskusi dalam mengerjakan soal dan
presentasi. Sesuai pendapat Wina Sanjaya 2008: 196, yang mengatakan bahwa pemberian penghargaan dapat memotivasi kelompok untuk berprestasi
dan memotivasi kelompok lain meningkatkan prestasinya. Selain itu, pada siklus II model pembelajaran kooperatif tipe NHT telah dimodifikasi dengan
menambahkan permainan kekompakan team sehingga lebih efektif untuk meningkatkan sikap sosial siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Andi Yudha
2009: 78 bahwa dengan bermain, anak dapat mengasah pengetahuan, motorik, emosi, sikap sosial, keterampilan dan kreativitas.
Pada siklus II ini, model kooperatif tipe NHT telah diterapkan sesuai dengan model kooperatif tipe NHT yang dikemukakan oleh Elin Rosalin 2008:
118 menyebutkan bahwa NHT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki
nomer tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar untuk tiap kelompok sama tetapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomer siswa, tiap siswa
dengan nomer sama mendapat tugas yang sama kemudian bekerja kelompok,
105
presentasi kelompok dengan nomer siswa yang sama sesuai tugas masing- masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat nilai
perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward. Data yang dihasilkan pada siklus II ternyata sudah memenuhi keberhasilan penelitian,
sehingga penelitian tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
pada mata pelajaran IPS menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I, dan siklus II.
siswa sudah bisa bekerja sama dengan baik, mampu berkomunikasi dengan anggota kelompok, lebih bertanggung jawab terhadap tugas dan peran yang
diperolehnya, dapat menghargai pendapat orang lain, dan bisa bersinergis dengan anggota kelompoknya sesuai dengan kemampuannya.
Kenaikan sikap sosial pada setiap siklus dikarenakan siswa antusias dalam kegiatan pembelajaran dengan model NHT. Siswa aktif dalam menelaah
bahan pelajaran, bekerja sama serta adanya tanggungjawab dari setiap siswa untuk memahami materi pelajaran dengan menggunakan model NHT. Selain itu
siswa dapat menghargai pendapat teman saat pembelajaran beralangsung ketika diskusi kelompok. Hal tersebut menyebabkan sikap sosial siswa meningkat.
Peningkatan tersebut menggambarkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan
sikap sosial siswa kelas V SD Mangunan.
105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN