27
B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together NHT
Menurut Joyce and Weil Trianto, 2011: 22 model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat termasuk di dalamnya buku-buku,
film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Menurut Udin S. Winataputra 2001: 3 model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi guru
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Arends Agus Suprijono, 2011: 46 menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan
pendekatan yang akan digunakan oleh guru, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Jadi, model pembelajaran bagi guru berfungsi sebagai pedoman dalam merencanakan aktivitas belajar-mengajar.
Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif kompak-partisipatif, tiap anggota kelompok terdiri dari 4-
5 orang, siswa heterogen kemampuan, gender, karakter, ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau
presentasi. Sintaks pembelajaran koperatif menurut Elin Rosalin 2008: 112 adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja
28 kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan. Pembelajaran dengan
model kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa menuju belajar lebih baik dan sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial Isjoni, 2009: 62.
Yatim Riyanto 2009: 271 mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan
akademik academic skill, sekaligus keterampilan sosial social skill. Model belajar cooperative learning merupakan suatu model belajar yang membantu
peserta didik dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama
diantara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan Etin Solihatin, 2007: 5.
Isjoni 2009: 63 berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama
lainnya sebagai satu tim untuk mencapai tujuan bersama, saling membantu antara yang satu dengan yang lain dalam belajar dan memastikan setiap orang
dalam kelompok dalam mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok. Setiap peserta didik yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda tinggi, sedang, rendah.
Model pembelajaran
kooperatif mengutamakan
kerja sama
dalam
29 menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan peserta didik akan lebih dapat mengembangkan kemampuannya,
komunikasi, serta bekerja sama dalam menyelesaikan suatu masalah. Selain itu dalam pembelajaran kooperatif, melatih peserta didik untuk bertanggung jawab
atas tugas yang diberikan dalam kelompoknya. Karakteristik model pembelajaran kooperatif menurut Nur Asma
2006: 11 adalah sebagai berikut. 1. Peserta didik dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi
belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai, 2. Kelompok dibentuk dari beberapa peserta didik yang memiliki
kemampuan berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah,
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing individu,
4. Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar peserta didik saling berbagi kemampuan, belajar
berpikir kritis,
menyampaikan pendapat,
memberi kesempatan
menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.
30 Penggunaan pembelajaran kooperatif memiliki berbagai tujuan.
Adapun tujuan pembelajaran kooperatif menurut Nur Asma 2006: 12 antara lain.
1. Pencapaian hasil belajar Pembelajaran kooperatif selain memiliki tujuan sosial, juga
bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas
–tugas akademik. Siswa yang telah menguasai materi akan menjadi tutor bagi
siswa yang belum menguasai materi. Melalui pembelajaran kooperatif, dapat memberikan keuntungan pada siswa yang bekerja sama
menyelesaikan tugas –tugas akademik, baik kelompok siswa yang belum
menguasai materi maupun yang sudah menguasai materi. 2. Penerimaan terhadap individu
Efek penting selanjutnya dari pembelajaran kooperatif ini ialah penerimaan yang luas terhadap siswa yang berbeda menurut ras, budaya,
tingkat sosial, kemampuan dan ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa yang berbeda latar
belakang dan kondisi untuk bekerja bergantung satu sama lain atas tugas
–tugas bersama, serta untuk menghargai satu sama lain. 3. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi,
dimana dua keterampilan tersebut sangat penting untuk dimiliki dalam masyarakat.
31 Nur Asma 2006:
14 mengemukakan dalam pelaksanaan
pembelajaran kooperatif setidaknya terdapat lima prinsip yang dianut, yaitu: 1 belajar siswa aktif student active learning, 2 belajar kerjasama
cooperative learning, 3 pembelajaran partisipatorik, 4 mengajar reaktif reactive teaching, dan 5 pembelajaran yang menyenangkan joyfull
learning. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat unsur utama yang perlu
diperhatikan. Anita Lie 2010: 31 mengemukakan ada lima unsur dasar yang terdapat dalam struktur pembelajaran kooperatif, yaitu.
1. Saling ketergantungan positif Kegagalan dan keberhasilan kelompok merupakan tanggung jawab
setiap anggota kelompok. Oleh karena itu, sesama anggota kelompok harus merasa terikat dan saling ketergantungan positif.
2. Tanggung jawab perseorangan Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk menguasai
materi pelajaran karena keberhasilan belajar kelompok ditentukan dari seberapa besar sumbangan hasil belajar secara perorangan.
3. Tatap muka Interaksi yang terjadi melaui diskusi akan memberikan keuntungan
bagi semua anggota kelompok, karena memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing
–masing anggota kelompok.
32 4. Komunikasi antar anggota
Dalam setiap kali tatap muka terjadi diskusi, maka keterampilan berkomunikasi antar anggota sangatlah penting.
5. Evaluasi proses kelompok Keberhasilan belajar dalam kelompok ditentukan oleh proses kerja
kelompok. Untuk mengetahui keberhasilan proses kerja kelompok dilakukan melalui evaluasi proses kelompok.
Melalui pembelajaran kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan teman sebayanya untuk menguasai materi pelajaran disertai saling membantu.
Siswa memiliki tanggung jawab masing –masing untuk keberhasilan
kelompoknya. Sesuai dengan karakterik siswa sekolah dasar yang masih suka bermain dan membentuk kelompok, sangat cocok jika pembelajaran
diterapkan dengan pembelajaran kooperatif. Siswa yang semula kurang bersemangat karena mengalami kesulitan dalam memahami materi dalam
belajar dapat bersemangat jika diterapkan pembelajaran kooperatif dalam kelas, karena akan terjalin interaksi dengan teman sekelompoknya yang telah
menguasai materi sehingga dapat merasa terbantu. Pembelajaran kooperatif dapat membuat siswa belajar aktif dengan mengeluarkan segala ide
–ide dan pendapatnya saat pembelajaran berlangsung. Pembelajaran dengan model
kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa menuju belajar lebih baik dan sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial. Melalui pembelajaran
kooperatif tercipta suasana belajar yang menyenangkan dan secara tidak
33 langsung dapat berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan dicapai oleh
siswa. Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang dipaparkan oleh
Agus Suprijono 2011: 89-101, diantaranya 1 tipe jigsaw, 2 tipe Think- Pair-Share, 3 tipe Numbered Heads Together, 4 tipe STAD. Dari beberapa
tipe pembelajaran kooperatif tersebut, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
NHT, karena melalui tipe NHT ini siswa dapat mengeluarkan ide –ide
mereka untuk dipertimbangkan ide mana yang paling tepat, serta adanya pengecekan terhadap sejauh mana pemahaman mereka terhadap materi
pembelajaran dengan memanggil nomer –nomer siswa. Suasana kelas akan
menjadi lebih hidup, siswa bersemangat dan hasil belajar akan meningkat. Tipe ini dikembangkan oleh Spenser Kagen Trianto, 2011: 82
dengan melibatkan para peserta didik dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut. Model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih peserta didik untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan
cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga peserta didik lebih produktif dalam pembelajaran.
Elin Rosalin 2008: 118 menyebutkan bahwa NHT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok
heterogen dan tiap siswa memiliki nomer tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar untuk tiap kelompok sama tetapi untuk tiap siswa tidak sama
34 sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas
yang sama kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas,
kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.
Menurut Anita Lie 2010: 59, teknik belajar mengajar Numbered Heads Together memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
membagikan ide –ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Numbered Heads Together atau NHT adalah suatu
metode belajar dimana setiap siswa diberi nomer kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomer dari siswa. Teknik
ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus
yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik Anieta Lie,
2010: 59. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan kerja sama siswa. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT siswa lebih bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan karena dalam model tipe NHT siswa dalam kelompok diberi nomer yang berbeda.
Setiap siswa dibebankan untuk menyelesaikan soal yang sesuai dengan nomer
35 anggota mereka. Tetapi pada umumnya mereka harus mampu mengetahui dan
menyelesaikan semua soal yang ada dalam LKS. Struktur NHT sering disebut berpikir secara kelompok Agus
Suprijono, 2011: 92. NHT digunakan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. NHT sebagai model pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok.
Adapun ciri khas dari NHT menurut Anita Lie 2010: 60-61 adalah adanya nomer-nomer yang dipakai oleh siswa di kepala mereka masing-
masing dan saat diskusi mereka harus menyatukan pendapat guna mendapatkan jawaban yang paling tepat. Kemudian, guru hanya menunjuk
seorang siswa yang mewakili kelompoknya untuk memaparkan hasil diskusinya. Dalam menunjuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu
terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut. Dalam implementasinya guru memberi tugas, kemudian hanya siswa bernomer yang
berhak menjawab mencegah dominasi tertentu. Menurut Ibrahim 2000: 28 tiga tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT adalah 1 hasil belajar akademik stuktural, 2 bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan hasil belajar peserta
didik dalam tugas-tugas akademik, 3 pengakuan adanya keragaman bertujuan agar peserta didik dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai latar belakang, dan 4 pengembangan keterampilan sosial, bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial peserta didik.
36 Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep
Kagen Ibrahim, 2000: 29, dengan tiga langkah yaitu 1 pembentukan kelompok, 2 diskusi masalah, dan 3 tukar jawaban antar kelompok.
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim 2000 : 29 menjadi enam langkah yaitu.
1. Persiapan Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan
membuat Skenario Pembelajaran SP, Lembar Kerja Siswa LKS yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2. Pembentukan kelompok Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi
nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau
dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar yang berbeda. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai
tes awal pre-test sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki
buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
37 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap
siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS
atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari
tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
6. Memberi kesimpulan Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Menurut Agus Suprijono 2011:
92 pembelajaran dengan
menggunakan metode Numbered Heads Together diawali dengan Numbering. Guru membagi kelas menjadi kelompok
–kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Tiap
–tiap orang dalam tiap kelompok diberi nomor 1-8 dan seterusnya.
Kegiatan selanjutnya setelah kelompok terbentuk, guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap
–tiap kelompok. Berikan kesempatan kepada tiap
–tiap kelompok menemukan jawaban. Pada
38 kesempatan ini tiap
–tiap kelompok menyatukan kepalanya “Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru.
Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap
–tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas pertanyan yang telah diterimanya dari
guru. Hal itu dilakukan terus hingga semua siswa dengan nomor yang sama dari masing
–masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan
guru. Berdasarkan
jawaban-jawaban itu
guru dapat
mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga siswa dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.
Menurut Trianto 2011: 82, dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai berikut.
1. Fase 1: Penomeran Guru membagi siswa ke dalam kelompok 3
–5 siswa dan kepada setiap kelompok diberi nomer antara 1
–5. 2. Fase 2: Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dan dapat amat spesifik serta dalam bentuk kalimat tanya
atau arahan. 3. Fase 3: Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
39 4. Fase 4: Menjawab
Guru memanggil suatu nomer tertentu, kemudian siswa yang nomernya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab
pertanyaan untuk seluruh kelas Berikut adalah contoh ilustrasi pembelajaran tipe NHT di kelas menurut
Anita Lie 2010: 59.
Gambar 1. Penomoran dengan Teknik NHT Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti mengambil kesimpulan
bahwa langkah –langkah pembelajaran tipe NHT yang akan digunakan sebagai
berikut. 1. Pembentukan Kelompok
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5 orang. Setiap anggota kelompok mendapatkan nomer 1-5.
2. Penomeran Nomer digunakan di kepala masing
–masing siswa.
40 3. Pengajuan Pertanyaan
Guru mengajukan beberapa pertanyaan dalam bentuk LKS kepada masing
–masing kelompok. 4. Berpikir Bersama
Setiap kelompok mendiskusikan bersama dan menyatukan
pendapat yang paling tepat. Pastikan setiap anggota kelompok
mengerjakan dan mengetahui jawabannya. 5. Presentasi Kelompok
Setelah selesai berdiskusi, guru memanggil siswa dengan nomer tertentu, kemudian siswa yang nomernya dipanggil mengangkat tangannya
dan mencoba untuk menjawab pertanyaan atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk seluruh kelas.
Kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi
kelompok tersebut. Setelah itu, guru dapat memanggil nomer yang berbeda dari kelompok lainnya, dan seterusnya sampai dianggap semua siswa telah
menguasai materi. 6. Pemberian Reward
Guru memberikan motivasi kepada kelompok yang belum mendapatkan hasil yang memuaskan, dan memberikan reward bagi
kelompok yang telah berhasil menjawab dengan tepat.
41
C. Mata Pelajaran IPS