65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V SD Mangunan, Dlingo. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan sikap
sosial dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Tindakan penelitian ini dilaksanakan dalam 2 dua siklus. Pada setiap siklus
terdiri dari dua kali pertemuan, setiap pertemuan terdiri dari 3 jam pelajaran. Adapun hasil penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1. Pra Tindakan Sebelum
dilaksanakan tindakan,
terlebih dahulu
peneliti melakukan pengamatan atau observasi. Pada observasi ditemukan
di antaranya, siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok kurang ditekankan pada tanggung jawab bersama. Siswa yang mampu selalu
mendominasi penyelesaian tugas, sementara siswa yang kurang mampu menjadi kurang berpartisipasi. Aktivitas diskusi kelompok terbatas pada
kegiatan menyelesaikan tugas kelompok secara semu. Sikap kerja sama siswa rendah. Siswa kurang berani mengemukakan pendapatnya baik pada
saat diberi pertanyaan oleh guru maupun dalam diskusi kelompok. Komunikasi siswa untuk bertukar pendapat atau ide dalam pembahasan
materi pelajaran rendah. Sebagian besar siswa kurang percaya terhadap kemampuan teman dalam kelompoknya. Kondisi demikan menjadikan
siswa merasa masa bodoh pada saat menyelesaikan tugas. Sikap siswa juga cenderung kurang menghargai pendapat teman. Siswa tentu lebih
66
suka memaksakan pendapatnya sendiri sebagai pendapat yang paling benar, sehingga pada saat dimintai tanggapan menyebabkan anggota
kelompok tidak dapat berpartisipasi. Sebagian siswa kurang terbuka terhadap gagasan yang disampaikan temannya. Kondisi belajar yang
demikian menjadikan hasil belajarnya rendah. Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang dihadapai tersebut
adalah rendahnya sikap sosial siswa. Guru sebagai peneliti dan kolaborator bersepakat menemukan solusi agar sikap sosial siswa meningkat. Upaya
untuk menemukan
pemecahan masalah
tersebut, guru
perlu memperhatikan bahwa mata pelajaran IPS di sekolah dasar merupakan
pelajaran guna mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan kajian geogarafi, ekonomi, sosiologi, dan sejarah. Pembelajaran IPS seharusnya
mendorong siswa mampu menelaah dan memahami interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Proses pembelajaran harus dapat
mengembangkan sikap sosial siswa untuk bekerja sama, berkomunikasi, beradaptasi, dan bersinergi dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang baik. Selanjutnya guru yang sekaligus peneliti dengan kolaborator bersepakat untuk mengimplementasikan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT sebagai upaya untuk meningkatkan sikap sosial. Untuk mengetahui sikap sosial siswa sebelum dilakukan tindakan,
peneliti membagikan angket kepada 24 siswa kelas V. Skor hasil angket kemudian dikonversikan ke dalam rentang 1 sampai dengan 100. Nilai
siswa selanjutnya dikelompokkan dalam kategori sangat tinggi, tinggi,
67
sedang, rendah, dan sangat rendah. Hasil angket pra tindakan menurut kategori sikap sosial siswa kelas V Sekolah Dasar Mengunan, kecamatan
Dlingo, kabupaten Bantul dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 7. Distribusi Bergolong Sikap Sosial Pra Tindakan
No Interval
Frekuensi Frekuensi
Komulatif Persentase
Komulatif 1.
85 – 89
3 3
12,50 2.
80 – 84
2 5
20,83 3.
75 – 79
5 10
41,67 4.
70 – 74
2 12
50 5.
65 – 69
3 15
62,5 6.
60 – 64
3 18
75 7.
55 – 59
5 23
95,83 8.
50 – 54
23 95,83
9. 45
– 49 1
24 100
Total 24
- -
Perolehan nilai siswa kemudian didistribusikan ke dalam rentang nilai seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 8. Rentang Nilai Pra Tindakan
Interval Nilai Kategori
Jumlah Persentase
86-100 Sangat Tinggi
1 4,17
70-85 Tinggi
11 45,83
50-69 Sedang
11 45,83
30-49 Rendah
1 4,17
30 Sangat Rendah
Berdasarka tahap pra tindakan a
Dari data di 30 - 49 sebanyak
45,83, nilai 70 86
– 100 sebanya memperoleh nilai
seluruh siswa. 2.
Siklus 1 Data yang
acuan dalam mela agar diperoleh sua
yang dilaksanakan p
2 4
6 8
10 12
Sangat Tinggi
Ju m
la h
S is
w a
68
kan kriteria tersebut, maka gambaran sikap sosi an adalah sebagai berikut.
Gambar 4. Grafik Sikap Sosial Pra Tindakan a di atas dapat dilihat bahwa siswa yang memperol
ak 1 siswa 4,17, nilai 50 – 69 sebanyak
70 – 85 sebanyak sebanyak 11 siswa 45,83,
nyak 1 siswa 4,17. Jadi dapat diketahui sisw ai minimal 70 sebanyak 12 siswa atau 50 dar
ng diperoleh pada tahap pra tindakan dijadikan elaksanakan tindakan pada siklus pertama, denga
suatu peningkatan sikap sosial siswa. Kegiatan kan pada siklus I adalah sebagai berikut.
gat ggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat
Rendah
Kategori
Sikap Sosial Pra Tindakan
Nila 86
70 50
30 30
sosial pada
peroleh nilai k 11 siswa
, dan nilai siswa yang
dari jumlah
kan sebagai ngan tujuan
tan-kegiatan
Nilai 86-100
70-85 50-69
30-49 30
69
a. Perencanaan Setelah diperoleh gambaran jelas tentang keadaan kelas, maka
peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan sikap sosial siswa kelas V Mangunan, persiapannya meliputi hal-hal
sebagai berikut: 1 Menentukan dan mempersiapkan materi atau bahan ajar Ilmu
Pengetahuan Sosial yang akan dipelajari. 2 Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran IPS.
3 Menyiapkan media pembelajaran 4 Membuat Lembar Kerja Siswa LKS.
5 Membuat lembar pengamatan untuk memantau aktivitas guru dan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.
6 Membuat lembar angket tentang peningkatan sikap sosial siswa. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan rancangan tindakan yang telah disusun, berupa pembelajaran IPS dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Penelitian tindakan ini dilaksanakan berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP
yang sebelumnya telah disiapkan oleh peneliti. Tindakan siklus I ini dilaksanakan pada minggu kedua dan ketiga di bulan Mei. Siklus I
70
dilakukan 2 kali pertemuan yang menyesuaikan dengan materi dan silabus.
1 Pertemuan I Pertemuan I siklus I 1 Mei 2013, setelah segala persiapan
dilakukan, guru memulai melaksanakan penelitian dengan terlebih dahulu membuka pelajaran, mempersiapkan materi yang akan
dipelajari, kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran beserta prosedur pelaksanaan pembelajaran dengan model kooperatif tipe
NHT yang akan dilakukan. Tahap-tahap pembelajaran melalui model kooperatif tipe NHT
yang dilakukan adalah sebagai berikut.
Guru membuka pelajaran dengan salam. Guru melakukan apersepsi dengan mengajak siswa menyanyikan lagu yang berjudul
“Garuda Pancasila”. Kemudian, guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menjelaskan tentang model pembelajaran
NHT. Pada pertemuan I ini, guru memperkenalkan apa itu
pembelajaran Numbered
Heads Together
NHT. Siswa
mendengarkan penjelasan dari guru. Mulai dari pembentukan kelompok, pembagian nomer, pemberian pertanyaan, sampai
kepada pemanggilan nomer. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota
kelompok 4 orang. Pembagian kelompok berdasarkan letak tempat duduk yang saling berhadapan. Selanjutnya guru menyuruh siswa
71
untuk bergabung dengan kelompoknya masing-masing. Siswa ada yang antusias langsung menghampiri temannya, tetapi ada juga
yang kecewa karena tidak satu kelompok dengan teman dekatnya. Kemudian, anggota dari tiap-tiap kelompok diberi nomor 1-4 dan
diminta untuk memasangkan pada kepala mereka masing-masing. Setiap siswa mendapat nomor-nomor kepala.
Guru memberikan motivasi kepada siswa. Siswa aktif melakukan tanya jawab dengan guru tentang
“Apa lambang Negara Indonesia?. “Apa tulisan yang dicengkeram burung garuda?”, coba
kalian sebutkan isi pancasila? Kemudian siswa mengamati video yang diputar dan gambar-gambar melalui slide. Gambar dan video
yang ditunjukkan adalah tokoh pahlawan yang merumuskan dasar negara, dan video pembacaan pancasila.
Kegiatan selanjutnya, siswa mendapatkan LKS dari guru. Setiap kelompok mendapatkan satu lembar LKS untuk dikerjakan
bersama secara berkelompok. Siswa berdiskusi dengan melihat gambar untuk menjawab pertanyaan di LKS yang telah dibagikan
oleh guru. Dalam melakukan diskusi kelompok, ada siswa yang langsung melihat tugas dan mencermatinya, ada yang dilihat
bersama-sama, tetapi ada juga siswa yang hanya diam saja tidak langsung mencermati LKS yang diberikan oleh guru.
72
Siswa mendapatkan kesempatan untuk berpikir bersama menyatukan pendapatnya dalam menyelesaikan soal LKS secara
berkelompok. Ada beberapa siswa yang pandai terlihat mendominasi diskusi kelompoknya, sehingga teman yang lain
kurang mendapatkan kesempatan untuk ikut menjawab LKS. Siswa yang diam dalam diskusi lebih dikarenakan malu satu kelompok
dengan anak laki-laki. Saat berdiskusi, terlihat satu kelompok yang sedang berdebat dan salah satu anggotanya memaksakan kehendak
bahwa jawabannya yang paling benar, sehingga teman yang lainnya hanya menuruti perintahnya. Akan tetapi ada juga
kelompok lain yang terlihat kompak dan saling bekerja sama dalam mengerjakan LKS. Setiap siswa mengerjakan soal LKS secara
bergantian, karena soal LKS hanya ada satu dalam kelompoknya, sehingga membuat siswa yang satu dengan yang lain saling
menunggu giliran. Guru membimbing siswa dalam diskusi. Guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lainnya untuk
memantau proses diskusi siswa serta menanyakan apakah siswa mengalami kesulitan atau tidak.
Setelah selesai diskusi, guru memanggil siswa dengan nomor tertentu di tiap kelompok secara acak. Siswa yang nomernya
dipanggil mengacungkan tangannya dan menjawab pertanyaan dari guru atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan
73
kelas. Guru memanggil nomer kepala satu dari kelompok Muh Yamin untuk membacakan hasil diskusi. Kemudian, dilanjutkan
guru memanggil kapala nomer dua dari kelompok Soepomo untuk menjawab soal nomor dua, begitu seterusnya. Pada saat
pemanggilan nomer, ada nomer kepala lain yang tidak dipanggil justru ikut menjawab pertanyaan dari guru, sehingga ini
mengganggu konsentrasi siswa yang nomer kepalanya dipanggil. Guru memberi kesempatan kepada siswa di kelompok lain
untuk berpendapat, bertanya terhadap hasil diskusi kelompok yang sedang maju presentasi. Saat kepala nomer satu membacakan hasil
diskusi kelompoknya, dengan spontan dari kelompok lain ada yang mengangkat tangannya untuk menanggapi jawaban dari kepala
nomer satu tersebut. Mereka berkata bahwa jawaban mereka tidak sepenuhnnya sama dengan yang dibacakan oleh kepala nomer satu
dari kelompok Muh Yamin. Siswa bersama-sama dengan guru mendiskusikan jawabannya dengan menyuruh siswa untuk mencari
jawaban yang paling tepat di buku paket dan melihat gambar. Ternyata, setelah mencari jawabannya, jawaban kelompok Muh
Yamin yang benar, sehingga kelompok yang lain belum tepat. Kegiatan pada saat guru membahas soal nomer empat, guru
memanggil kepala nomer tiga untuk menjawab soal nomer empat, siswa tersebut kaget dan bingung. Setelah dibimbing oleh guru,
74
siswa dapat menjawab soal nomer empat itu. Dari hal ini, guru dapat menilai sejauh mana kesiapan siswa. Ternyata masih banyak
siswa yang belum siap jika nomer kepalanya dipanggil. Terlihat siswa yang menanggapi dan bertanya hanya siswa yang sama dan
sudah berkali-kali menanggapi, sedangkan siswa yang lain belum terlihat aktif menanggapi ataupun bertanya. Guru mengamati hasil
diskusi yang diperoleh masing-masing kelompok dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil menyelesaikan
dengan benar. Guru memberikan penguatan berupa tepukan bagi siswa yang dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan benar.
Pada kegiatan akhir, siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Guru melakukan
refleksi dengan menunjukkan teks pancasila dan gambar garuda sambil melakukan tanya jawab seputar materi yang telah dipelajari.
Siswa diberi soal latihan berbentuk soal pilihan ganda sebagai pemantapan dari materi yang telah dipelajari. Guru memberikan
pesan moral kepada siswa untuk senantiasa rukun dengan teman dan tidak boleh saling mengejek antar teman.
2 Pertemuan ke 2 Pertemuan 2 siklus I tanggal 3 Mei 2013. Pertemuan ke 2
tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama, hanya saja guru melakukan modifikasi terhadap model pembelajaran kooperatif
75
tipe NHT ini. Kegiatan diawali dengan guru melakukan apersepsi dengan
mengulas kembali materi sebelumnya. Kemudian
dilanjutkan guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan kedua ini. Siswa dibagi kedalam beberapa
kelompok yang sama dengan pertemuan I dengan tiap anggotanya empat orang dan mendapat nomer-nomer kepala.
Setiap kelompok mendapatkan LKS dan buku paket IPS. Dalam hal ini, guru memodifikasi pembagian LKS kepada setiap
nomer kepala. Sehingga, dalam satu kelompok terdapat empat lembar LKS. Kemudian, siswa berdiskusi dengan melihat gambar
dan buku paket untuk menjawab pertanyaan dalam LKS yang telah dibagikan oleh guru. Saat mengerjakan LKS, ternyata masih
terdapat beberapa siswa yang masih merasa kebingungan dengan pengerjaan LKS. Mereka menganggap bahwa mereka harus
menyelesaikan semua nomer, padahal mereka hanya bertanggung jawab terhadap nomer soal sesuai dengan nomor kepala mereka
masing-masing, barulah mendiskusikan jawaban soal lain. Oleh karena itu, guru memberikan bimbingan ekstra kepada siswa
tentang pengerjaan LKS. Siswa mendapatkan kesempatan untuk berpikir bersama
menyatukan pendapatnya dalam menyelesaikan soal LKS secara berkelompok. Setiap siswa berusaha meyakinkan anggota
76
kelompoknya agar mengetahui semua jawaban di LKS. Setelah selesai diskusi, guru memodifikasi model pembelajaran NHT
dengan memanggil siswa dengan nomer tertentu di tiap kelompok secara acak sampai semua nomor terpanggil. Akan tetapi, guru
sering sekali memanggil nomer kepala yang sudah terpanggil, sehingga siswa dengan nomer kepala lain ada yang belum
terpanggil. Siswa yang nomornya dipanggil mengangkat tangannya
dan menjawab pertanyaan dari guru atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Presentasi dilakukan oleh
semua kelompok dengan membacakan dan menuliskan hasil diskusi mereka di papan tulis.
Guru memanggil siswa dengan nomor kepala tertentu dari kelompok lain untuk berpendapat, bertanya, maupun menanggapi
presentasi dari kelompok lainnya. Akan tetapi, siswa yang berpendapat adalah siswa yang tetap. Guru mengamati hasil
diskusi yang diperoleh masing-masing kelompok dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil menyelesaikan
dengan benar. Guru memberikan penguatan berupa tepuk tangan dan
“pintar” kepada kelompok yang tercepat dan paling benar dalam mengerjakan LKS. Siswa bersama-sama mencatat rangkuman
materi yang telah dipelajari dengan melihat slide yang ditayangkan
77
oleh guru. Siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Guru melakukan refleksi dengan tanya jawab
seputar materi yang telah dipelajari agar siswa dapat lebih mengingatnya kembali. Siswa mengerjakan soal evaluasi berupa
soal pilihan ganda tentang materi yang telah dipelajari. Setelah selesai siswa diberi lembaran angket sikap sosial. Guru menutup
pelajaran dengan memberikan tugas rumah kepada siswa untuk membaca materi yang selanjutnya.
Dari sebaran angket yang telah dilakukan oleh peneliti kepada siswa, maka menghasilkan data tentang peningkatan sikap
sosial. Data ini berupa peningkatan sikap sosial siswa setelah diberikan tindakan berupa pembelajaran IPS melalui model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Tabel 9. Distribusi Bergolong Sikap Sosial Siklus I
No Interval
Frekuensi Frekuensi
Komulatif Persentase
Komulatif 1.
85 – 89
4 4
16,67 2.
80 – 84
2 6
25 3.
75 – 79
5 11
45,83 4.
70 – 74
4 15
62,50 5.
65 – 69
2 17
70,83 6.
60 – 64
4 21
87,50 7.
55 – 59
2 23
95,83 8.
50 – 54
23 95,83
9. 45
– 49 1
24 100
total 24
- -
Perol didistribusi
Interval N Kategori
Jumlah Persentase
86-100 Sangat Tinggi
2 8,33
70-85 Tinggi
13 54,17
50-69 Sedang
8 33,33
30-49 Rendah
1 4,17
30 Sangat Rendah
Dar memperole
sebanyak 8 siswa 54,17
dapat diketa 15 siswa at
Ber pada siklus
5 10
15
Ju m
la h
S is
w a
78
erolehan nilai
siswa pada siklus
I ke
busikan ke dalam rentang nilai seperti pada tabel be Tabel 10. Rentang Nilai Siklus 1
val Nilai Kategori
Jumlah Perse
100 Sangat Tinggi
2 8,33
85 Tinggi
13 54,17
69 Sedang
8 33,33
49 Rendah
1 4,17
30 Sangat Rendah
ari tabel tersebut dapat dilihat bahwa sisw oleh nilai 30 - 49 sebanyak 1 siswa 4,17, nila
8 siswa 33,33, nilai 70 – 85 sebanyak seba
54,17, dan nilai 86 – 100 sebanyak 2 siswa 8,33
ketahui siswa yang memperoleh nilai minimal 70 atau 62,50 dari jumlah seluruh siswa.
erdasarkan kriteria tersebut, maka gambaran sika klus I adalah sebagai berikut.
Gambar 5. Grafik Sikap Sosial Siklus I
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang Rendah
Sangat Rendah
Kategori
Sikap Sosial Siklus I
N 86
70 50
30
kemudian l berikut ini.
Interval Nilai Kategori
Jumlah ersentase
86-100 Sangat Tinggi
2 8,33
70-85 Tinggi
13 54,17
50-69 Sedang
8 33,33
30-49 Rendah
1 4,17
30 Sangat Rendah
siswa yang nilai 50
– 69 sebanyak 13
8,33. Jadi 70 sebanyak
sikap sosial
us I
Nilai 86-100
70-85 50-69
30-49 30
79
Perbandingan nilai antara Pra Tindakan dan siklus I dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 11. Perbandingan Sikap Sosial Pra Tindakan dan Siklus 1
Aspek yang Diamati Nilai Pra
Tindakan Nilai Siklus I
Nilai tertinggi 87
88 Nilai terendah
49 49
Nilai rata-rata 69
72 Persentase siswa yang
telah tuntas 50
62,50
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa hasil angket Siklus I yang diikuti oleh 24 siswa. Persentase indikator
keberhasilan untuk keseluruhan siswa adalah sekurang-kurangnya 75 dari jumlah siswa yang mendapatkan nilai 70 belum
terpenuhi. Pada siklus I persentase siswa yang mendapatkan nilai 70 baru 62,50. Dari 24 siswa, yang nilainya sudah memenuhi
kriteria baru 15 siswa, sedangkan 9 orang lainnya belum memenuhi.
c. Observasi Siklus I
Setiap pembelajaran berlangsung, diadakan observasi terhadap keaktifan siswa. Hal ini dilaksanakan dengan maksud untuk
memperoleh data kualitatif berupa keaktifan siswa serta berbagai kelemahan dan keunggulan dalam pembelajaran. Hasil observasi
ditindak lanjuti sebagai bahan refleksi tindakan selanjutnya.
80
Hasil pengamatan siklus I pada pertemuan I menunjukkan penggunaan model pembelajaran NHT belum berjalan secara
maksimal. Guru baru mengenal model pembelajaran ini dan baru mempraktekkannya untuk pertama kali, sehingga masih terdapat
banyak kekurangan. Pada saat guru menjelaskan tentang model pembelajaran kooperatif tipe NHT kepada siswa, sebagian besar siswa
belum paham, akan tetapi guru berusaha sebaik mungkin dalam pelaksanaan pembelajarannya.
Saat pembentukan kelompok pada pertemuan I, terlihat ada beberapa siswa yang tidak setuju untuk bergabung dengan
kelompoknya. Dalam hal ini, guru berusaha membujuk siswa tersebut. Siswa mendapatkan nomer kepala masing-masing untuk menjawab
soal sesuai dengan nomernya, akan tetapi masih ada siswa yang mengerjakan semua soal karena menganggap semua soal dikerjakan.
Pada saat diskusi kelompok, siswa sudah dapat memberikan ide-idenya, ada beberapa siswa yang berusaha mencari informasi
untuk jawaban saat diskusi kelompok dengan membuka buku paket, buku LKS siswa. Tetapi ada beberapa kelompok yang anggotanya
hanya bermain sendiri, tidak ikut berdiskusi mencari jawaban LKS. Saat guru membahas hasil diskusi dengan memanggil beberapa nomer
kapala terlihat siswa belum memiliki kesiapan saat dirinya ditunjuk, hal ini dapat dimaklumi karena mereka baru pertama kali
menggunakan model pembelajaran NHT. Akan tetapi, siswa sudah berani untuk menjawab dan maju presentasi meskipun jawaban
81
mereka masih belum benar. Di akhir kegiatan, guru memberikan soal latihan.
Kegiatan pembelajaran di pertemuan kedua mulai mengalami peningkatan aktivitas siswa meskipun belum begitu baik. Guru
menjelaskan kembali model pembelajaran NHT dan siswa mulai paham akan tugas dan tanggung jawab terhadap nomer kepala mereka.
Pada saat mengerjakan LKS, mereka justru mengerjakan semua soal karena dianggap satu lembar LKS itu untuk dikerjakan semua. Saat
pembelajaran berlangsung, siswa menunjukkan semangat bekerja sama dengan anggota lainnya saat berdiskusi kelompok, serta
beberapa siswa berusaha mengolah informasi yang dia dapatkan untuk menjawab pertanyaan dengan benar. Ada beberapa siswa yang
berdebat untuk menentukan jawaban mana yang paling tepat. Siswa mulai bekerja sama, diskusi kelompok, dan berdebat pendapat tersebut
menunjukkan siswa mulai antusias dengan materi serta model pembelajaran yang diajarkan oleh guru. Terlihat pula saat
pemanggilan nomer oleh guru, ada beberapa siswa telah bersiap-siap apabila sewaktu-waktu nomernya dipanggil. Akan tetapi, guru masih
sering memanggil nomer yang sama, sehingga masih banyak siswa yang nomernya belum dipanggil.
d. Refleksi Siklus I Tahap selanjutnya dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
refleksi. Refleksi dilakukan pada akhir setiap siklus untuk membahas
82
hal-hal yang sudah dilakukan dan hal-hal yang perlu diperbaiki dari siklus pertama sebagai rencana tindakan yang baru untuk diterapkan
pada siklus berikutnya. Hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti terhadap penerapan model kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran
IPS siswa kelas V SD Mangunan menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa untuk ranah afektif yaitu sikap sosial belum mencapai
indiktor keberhasilan yaitu 75 dari jumlah siswa mendapatkan nilai ≥ 70. Kelebihan dari NHT pada siklus I ini adalah dapat mendorong
antusiasme siswa untuk mengikuti pelajaran IPS, melatih tanggung jawab siswa dalam mengerjakan soal sesuai dengan nomer kepalanya,
dapat melatih kerjasama antar siswa, memberikan kesempatan siswa untuk mengeluarkan pendapatnya serta menghargai pendapat siswa
lain. Dengan penggunaan model pembelajaran NHT pada siklus I
didapatkan bahwa sikap sosial siswa kelas V B pada siklus I ini mengalami peningkatan dari pada saat pra tindakan. Siswa yang telah
mencapai nilai ≥ 70 pada siklus I ada 15 siswa atau 62,50 dari
jumlah siswa. Meskipun ada peningkatan tetapi siswa yang mencapai nilai
≥ 70 belum ada 75 dari jumlah seluruh siswa, maka perlu dilakukan
tindakan selanjutnya
untuk mencapai
indikator keberhasilan.
Faktor penyebab kurang tercapainya hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut.
83
1 Masih ada beberapa siswa yang hanya diam saat melakukan diskusi kelompok.
2 Siswa yang aktif bertanya dan menyampaikan pendapat dari tiga pertemuan relatif tetap.
3 Waktu pembelajaran yang sudah 3x35 menit belum dapat dimanfaatkan dengan baik oleh guru.
4 Antusias beberapa siswa dalam melakukan diskusi kelompok masih kurang.
5 Siswa dalam berdiskusi kelompok lambat karena tidak ada kompetisi antar kelompok untuk segera menyelesaikan LKS nya
sehingga waktu banyak terbuang. 6 Ada siswa yang mempercayakan temannya yang pandai untuk
menyelesaikan LKS. 7 Pemanggilan nomer-nomer siswa yang dilakukan oleh guru masih
belum merata, ada siswa yang dipanggil sampai beberapa kali, tapi ada siswa yang sama sekali tidak terpanggil.
8 Nomer-nomer yang akan dipanggil tidak dipersiapkan sebelumnya, sehingga guru memangil nomer secara asal-asalan.
9 Siswa yang dipanggil nomernya tidak mengacungkan tangannya terlebih dahulu, sehingga banyak siswa lain yang ikut menjawab
pertanyaan dari guru dengan suara keras. Dari hasil refleksi ini ditemukan beberapa masalah yang
dihadapi dalam pelaksanaan tindakan, sehingga peneliti berdiskusi
84
dengan kolaborator perlu melakukan perbaikan pada selanjutnya. Hal- hal yang perlu dilakukan pada tindakan selanjutnya yaitu:
1 Pembagian kelompok baru yang heterogen tiap anggota kelompoknya terdiri dari siswa yang pintar, sedang dan kurang,
serta jenis kelaminnya. 2 Perlu adanya permaianan yang diselipkan untuk meningkatkan rasa
kekompakan kelompok. 3 Perlu adanya pemberian waktu pembagian kerja saat mengerjakan
LKS untuk setiap nomer kepala agar waktu tidak habis hanya pada saat diskusi, baik itu waktu mengerjakan soal individu, pembahasan
kelompok dan penjelasan bagi anggota kelompok lainnya. 4 Adanya pemberian reward dari guru bagi kelompok yang
menyelesaikan LKS tercepat dan pengerjaan LKS nya betul paling banyak sehingga dapat memotivasi tiap-tiap kelompok untuk segera
menyelesaikan LKS nya, serta reward bagi kelompok yang belum berhasil dengan tulisan “AKU HARUS BISA”.
5 Pendampingan kelompok yang dilakukan oleh guru lebih ditingkatkan.
6 Pemanggilan nomer-nomer yang akan dilakukan oleh guru harus dipersiapkan terlebih dahulu sehingga semua siswa dapat terpanggil
secara merata.
85
7 Guru perlu memberikan ketegasan kepada siswa yang dipanggil nomernya agar siswa lain tidak langsung ikut menjawab pertanyaan
dari guru, dan suara saat presentasi di depan kelas lebih keras lagi. 8 Guru perlu meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapan
dengan pernyataan betul atau salah atas jawaban yang diungkapkan siswa yang dipanggil nomernya.
2. Siklus II Siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I. Tujuan diadakannya
siklus II ini agar hasil yang diperoleh siswa dapat memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu sekurang-kurangnya 75 dari jumlah
siswa mendapat nilai ≥ 70. Seperti halnya siklus I, siklus II juga
dilaksanakan berdasarkan prosedur penelitian, yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Secara rinci tahap-tahap siklus II diuraikan sebagai berikut.
a. Tahap Perencanaan Siklus II 1 Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP mengenai
pokok bahasan selanjutnya yaitu peninggalan benda-benda bersejarah dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT. RPP yang disusun
oleh peneliti pada siklus II ini juga dengan pertimbangan dari kolaborator yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan
proses pembelajaran IPS di kelas.
86
2 Menyusun pedoman observasi guru dan siswa untuk mempermudah peneliti mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT yang dilakukan oleh guru. 3 Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan
dalam setiap pembelajaran, seperti Lembar Kerja Siswa LKS. 4 Mempersiapkan nama-nama anggota kelompok yang baru.
5 Mempersiapkan urutan nomer-nomer yang akan dipanggil. 6 Mempersiapkan reward atau hadiah yang akan diberikan kepada
kelompok yang cepat dalam menyelesaikan LKS. 7 Mempersiapkan soal tes evaluasi untuk siswa yang akan digunakan
pada akhir siklus II. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu tanggal 10 dan 15 Mei 2013. Pembelajaran dilaksanakan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT untuk meningkatkan sikap sosial siswa kelas V.
1 Pertemuan I Pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2013. Materi yang
akan diajarkan adalah peristiwa-peristiwa penting yang terjadi
menjelang proklamasi. Kegiatan diawali dengan guru membuka pelajaran dengan salam. Guru melakukan apersepsi dengan mengajak
siswa menyanyikan lagu “sorak-sorak bergembira”. Kemudian
dilanjutkan dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
87
ingin dicapai. Setelah itu, guru menjelaskan kembali tentang model pembelajaran NHT. Saat guru menjelaskan, siswa menjadi paham
dengan model pembelajaran NHT ini. Guru lalu memberikan motivasi kepada siswa.
Kegiatan selanjutnya adalah siswa aktif melakukan tanya jawab dengan guru “siapa yang sudah pernah mengikuti upacara hari
kemerdekaan ?”. Siswa dengan semangat menceritakan pengalamannya
mengikuti upacara hari kemerdekaan. Setelah itu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota kelompok empat orang.
Pembagian kelompok dilakukan secara acak, kelompok yang dibentuk, anggota kelompoknya berbeda dengan kelompok saat siklus I.
Siswa bergabung dengan anggota kelompoknya masing-masing. Setiap siswa mendapat nomer-nomer kepala. Siswa diajak melakukan
permainan tebak gambar yang dibawa oleh guru. Gambar yang dibawa adalah berbagai macam tokoh pahlawan di Indonesia. Siswa dengan
antusias menebak gambar pahlawan. Siswa kemudian berdiskusi dengan melihat gambar dari guru tersebut untuk menjawab pertanyaan
dalam LKS yang telah dibagikan. Gambar pada soal LKS diberi modifikasi permainan puzzle. Guru memodifikasi tugas setiap nomer
kepala dengan membatasi tugas dan waktu mereka mengerjakan LKS. Tiap kepala bertanggung jawab mengerjakan soal sesuai dengan nomer
kepalanya tugas individu selama lima menit. Kemudian, tiap nomer kepala menyampaikan hasil soal yang dia kerjakan kepada nomer
88
kepala lain selama sepuluh menit. Setelah itu, siswa mendapatkan kesempatan untuk berpikir bersama menyatukan pendapatnya dalam
menyelesaikan soal LKS secara berkelompok. Setiap siswa berusaha meyakinkan anggota kelompoknya agar mengetahui semua jawaban di
LKS. Guru membimbing siswa dalam diskusi. Setelah selesai diskusi, guru memanggil siswa dengan nomer tertentu di tiap kelompok secara
acak sesuai dengan pedoman pemanggilan nomer yang telah disusun oleh guru. Siswa yang nomernya dipanggil mengangkat tangannya dan
menjawab pertanyaan dari guru atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
Guru memberi kesempatan kepada siswa dari kelompok lain untuk berpendapat, bertanya terhadap hasil diskusi kelompok yang
sedang maju presentasi. Guru mengamati hasil diskusi yang diperoleh masing-masing kelompok dan memberikan semangat bagi kelompok
yang belum berhasil menyelesaikan dengan benar. Guru memberikan reward kepada kelompok yang tercepat dan
paling benar dalam mengerjakan LKS. Siswa diberi soal latihan
sebagai pemantapan dari materi yang telah dipelajari. 2 Pertemuan ke II
Pertemuan ke II dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2013. Kegiatan ini merupakan penyempurnaan dari pertemuan pertama siklus
II, Kegiatan pembelajaran diawali guru dengan melakukan apersepsi mengajak siswa
menyanyikan lagu “Hari Merdeka”. Guru
89
menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai di pertemuan terakhir ini.
Guru menyampaikan penjelasan tentang model pembelajaran NHT. Guru menjelaskan kembali langkah-langkah
pembelajaran NHT serta fungsi nomer yang nantinya dikenakan di kepala mereka yang disebut sebagai nomer kepala seperti pada
pertemuan-pertemuan sebelumnya. Guru menjelaskan kembali seperti pertemuan sebelumnya fungsi
nomer-nomer kepala yang mereka gunakan selama pembelajaran, bahwa setiap siswa memiliki tanggung jawab terhadap soal sesuai
nomer kepalanya dan harus menjelaskan ke nomer kepala lainnya. Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan seksama. Ada beberapa
siswa yang masih bingung bertanya kepada guru mengenai penggunaan nomer di kepala mereka.
Siswa mendapatkan nomer-nomer yang dikenakan di kepala mereka. Pembentukan kelompok yang heterogen ternyata dapat
diterima dengan tertib oleh siswa. Siswa dapat bergabung dengan teman kelompoknya tanpa ada rasa iri dengan kelompok lainnya.
Kemudian, siswa melanjutkan pembelajaran dengan menonton video pembacaan teks proklamasi oleh Ir. Soekarno. Guru bertanya
jawa b dengan siswa “Siapa yang tahu, nama pahlawan yang
membacakan teks proklamasi tadi? Ada beberapa siswa yang
mengangkat tangannya untuk menjawab pertanyaan dari guru. Guru menunjuk salah satu siswa. Kemudian siswa tersebut bercerita secara
90
ringkas tentang Ir Soekarno. Siswa yang lain menanggapinya dengan kurang serius. Kemudian, guru menunjuk tiga siswa maju ke depan
kelas untuk memperagakan pembacaan teks proklamasi. Semua siswa dengan antusias memperhatikan teman mereka di depan kelas.
Setelah itu, setiap kelompok mendapatkan LKS dan buku paket IPS. Guru membagikan LKS kepada setiap ketua kelompok. Setiap
kelompok mendapatkan lima lembar LKS. Masing-masing siswa mendapatkan LKS, sedangkan satu lembar digunakan untuk menulis
laporan hasil diskusi setiap kelompok. Sehingga, dalam mengerjakan LKS tidak seperti pada siklus I, siswa saling menunggu satu sama lain.
Akan tetapi, setiap nomer kepala dapat mengerjakan soalnya sendiri sesuai nomer yang dikenakan di kepala masing-masing siswa.
Siswa berdiskusi dengan melihat gambar dan buku paket untuk menjawab pertanyaan dalam LKS yang telah dibagikan oleh guru.
Siswa mengerjakan soal sesuai nomer kepalanya terlebih dahulu selama lima menit, kemudian menyampaikannya kepada nomer kepala lainnya
selama lima menit juga, setelah itu dilanjutkan semua anggota kelompok mendiskusikan
jawaban mana yang paling benar selama lima menit. Pembagian waktu dilakukan oleh guru dengan tujuan siswa
lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan benar-benar sungguh-sungguh dalam menjawab soal. Sehingga dari hal tersebut,
siswa mendapatkan kesempatan untuk berpikir bersama menyatukan pendapatnya
tentang jawaban mana yang paling tepat dalam
91
menyelesaikan soal LKS secara berkelompok. Saat mengerjakan LKS, siswa berusaha mencari jawaban soal dari berbagai sumber, seperti
buku paket, buku fokus LKS, gambar-gambar, dan RPUL. Pembagian
kelompok secara
heterogen ternyata
dapat memberikan dampak yang positif kepada setiap siswa. Siswa dapat
lebih leluasa berpendapat dan mengeluarkan ide-idenya tanpa rasa malu dengan teman satu kelompoknya.
Setiap siswa berusaha meyakinkan anggota kelompoknya agar mengetahui semua jawaban di LKS agar pada saat guru memanggil
nomer kepala secara acak, setiap anggota dapat menjawab dengan benar, sehingga setiap kelompok harus kompak dalam mengerjakan
LKS. Setiap nomer kepala memberitahu jawaban soal yang siswa kerjakan kepada teman satu kelompoknya.
Guru membimbing siswa dalam diskusi. Pada saat siswa sedang berdiskusi, guru berkeliling dari kelompok satu
ke kelompok yang lainnya untuk memantau apakah siswa mendapat kesulitan dalam
mengerjakan LKS atau tidak. Ada juga kelompok yang bertanya kepada guru tentang kesulitan terhadap salah satu soal yang mereka anggap
sulit. Kemudian guru memberikan bimbingan untuk mengarahkan siswa mencari jawabannya di buku paket ataupun buku soal.
Selesai siswa berdiskusi, guru memodifikasi model pembelajaran NHT dengan memanggil siswa dengan nomer tertentu di tiap kelompok
secara acak sampai semua nomer terpanggil. Misalkan, saat guru
92
membahas soal nomer satu siswa dengan nomer kepala tiga lah yang maju mempresentasikannya di depan kelas. Siswa yang nomernya
dipanggil mengangkat tangannya dan menjawab pertanyaan dari guru atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
Presentasi dilakukan oleh semua kelompok dengan membacakan dan menuliskan hasil diskusi mereka di papan tulis. Dengan setiap
siswa dalam satu kelompok maju membacakan hasil diskusi kelompoknya, bertujuan agar guru dapat mengetahui siswa yang serius
dalam proses diskusi kelompok dan siswa yang tidak memperhatikan. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini, siswa yang dipanggil
nomernya oleh guru sedang presentasi di depan kelas membacakan hasil diskusi kelompoknya.
Pada saat kelompok yang sedang presentasi masih di depan kelas, guru memanggil siswa dengan nomer tertentu yang berbeda, misal yang
presentasi siswa nomer kepala satu, yang menanggapi dari kelompok lain yaitu nomer kepala dua, tiga atau empat untuk menjawab
pertanyaan selanjutnya. Setelah siswa yang nomer kepalanya dipanggil untuk maju
presentasi, guru kemudian memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya maupun menanggapi jawaban temannya yang
presentasi serta mendiskusikan jawaban mana yang paling tepat. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
93
Guru mengamati hasil diskusi yang diperoleh masing-masing kelompok dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum
berhasil menyelesaikan dengan benar. Kemudian, guru mengadakan pemilihan kelompok terbaik dalam mengerjakan LKS, terkompak, dan
tercepat dalam menyelesaikan LKS. Guru memberikan reward berupa medali prestasi kepada
kelompok yang tercepat dan paling benar dalam mengerjakan LKS. Serta origami berbentuk kelinci serta ikan bertuliskan “Aku harus bisa”
bagi kelompok lain yang belum menjadi kelompok yang terbaik. Dengan adanya pemberian reward ini, siswa merasa senang, karena
hasil kerja kerasnya dalam menyelesaikan soal dalam LKS mendapat penghargaan oleh guru.
Kemudian di kegiatan akhir, guru memberikan soal evaluasi kepada siswa. Soal evaluasi yang dipersiapkan sebelumnya dibuat
dengan tujuan untuk menilai hasil belajar dari materi yang telah diajarkan. Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan sungguh-sungguh.
Guru memberitahu mereka agar mengerjakan soal secara individu, tidak mencontek jawaban temannya. Pada siklus II ini pada aspek afektif
yaitu sikap sosial, siswa mengisi lembar angket. Dari sebaran angket yang telah dilakukan oleh peneliti kepada
siswa, maka menghasilkan data tentang peningkatan sikap sosial. Data ini berupa peningkatan sikap sosial siswa setelah diberikan tindakan
siklus II, berupa pembelajaran IPS melalui model pembelajaran
94
kooperatif tipe NHT. Hasil peningkatan sikap sosial pada siklus II
dapat dilihat pada tebel berikut. Tabel 12. Distribusi Bergolong Sikap Sosial Siklus II
No Interval
Frekuensi Frekuensi
Komulatif Persentase
Komulatif 1.
85 – 89
7 7
29,17 2.
80 – 84
3 10
41,67 3.
75 – 79
5 15
62,50 4.
70 – 74
4 19
79,17 5.
65 – 69
3 22
91,67 6.
60 – 64
1 23
95,83 7.
55 – 59
1 24
100 total
24 -
-
Perolehan nilai siswa pada siklus II kemudian didistribusikan ke dalam rentang nilai seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 10. Rentang Nilai Siklus II
Interval Nilai Kategori
Jumlah Persentase
86-100 Sangat Tinggi
7 29,17
70-85 Tinggi
12 50
50-69 Sedang
6 21,83
30-49 Rendah
30 Sangat Rendah
Dari tabel dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai 50 – 69 sebanyak 6 siswa 25, nilai 70 – 85 sebanyak sebanyak 12 siswa
50, dan nilai 86 – 100 sebanyak 7 siswa 29,17. Jadi dapat
diketahui siswa yang memperoleh nilai minimal 70 sebanyak 19 siswa atau 78,17 dari jumlah seluruh siswa.
Berdasar siklus II adalah se
Dari da pada siklus I
ketuntasan sisw memdapatkan
peningkatan. P sedangkan pada
kriteria keberha berikutnya.
c. Observasi siklus Tahapan
observasi atau berlangsungnya
dan siswa sa kooperatif tipe
5 10
15
San Tin
Ju m
la h
S is
w a
95
sarkan kriteria tersebut, maka gambaran sikap sosi ah sebagai berikut.
Gambar 6. Grafik Sikap Sosial Siklus II ri data di atas dapat disimpulkan bahwa, antara ni
us I dengan siklus II mengalami peningkatan. P siswa yang sudah memenuhi kriteria keberhasi
kan nilai ≥ 70 dari keseluruhan siswa juga m
n. Pada siklus I ketuntasan siswanya mencapai pada siklus II mencapai 75. Hasil ini sudah m
berhasilan penelitian, sehingga tidak dilanjutkan pa
klus II pan selanjutnya dari penelitian tindakan kelas ini
au pengamatan. Observasi dilakukan bersamaan nya tindakan. Observasi dilakukan terhadap kegia
saat pembelajaran menggunakan model pem pe Numbered Heads Together NHT.
angat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat
Rendah
Kategori
Sikap Sosial Siklus II
p sosial pada
us II nilai siswa
n. Persentase asilan yaitu
mengalami pai 62,50,
h memenuhi n pada siklus
s ini adalah aan dengan
giatan guru pembelajaran
Nilai 86-100
70-85 50-69
30-49 30
96
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads together NHT pada pertemuan pertama dan kedua siklus II secara keseluruhan mengalami
peningkatan dari tindakan siklus I. Kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan keaktifan siswa. Guru juga membuat pembelajaran yang
menyenangkan yaitu dengan permainan kekompakan dengan
menyusun puzzel, agar siswa antusias dalam pembelajaran. Pada saat guru membagikan nomer kepala, siswa sudah
memahami tugasnya sesuai dengan nomer kepalanya masing-masing. Meskipun pembentukan kelompok dilakukan secara acak berbeda
dengan kelompok pada siklus I, siswa dapat menerima pembagian kelompok dengan tertib dan tidak iri satu sama lain. Saat proses diskusi
berlangsung, setiap siswa dalam kelompok aktif berdiskusi mengeluarkan ide-ide dan pendapat mereka. Ada beberapa kelompok
yang terlihat berdebat dan sampai ada yang beradu mulut, akan tetapi guru dengan cepat menasehati dan membimbing mereka agar saling
menghargai pendapat temannya. siswa berusaha mencari informasi untuk jawaban saat diskusi kelompok. Soal dikerjakan sesuai dengan
nomer kepalanya masing-masing. Dengan adanya pembagian waktu pengerjaan soal LKS, dan guru menghitung dengan stopwatch lima
menit untuk tiap individu mengerjakan sesuai nomer kepalanya, lalu lima menit untuk menjelaskan jawabannya kepada nomer kepala lain
dalam satu kelompoknya, serta lima menit untuk mendiskusikan
97
jawaban yang paling tepat, menjadikan proses pengerjaan LKS lebih terencana, siswa menjadi fokus dan bertanggung jawab dalam
kelompoknya. Setelah diskusi kelompok selesai, setiap siswa sudah bersiap-
siap apabila nomernya dipanggil oleh guru. Hal ini jauh berbeda saat siklus I, Ditandai dengan siswa lebih tenang dan tertib mendengarkan
guru. Guru memanggil nomer kepala secara acak sesuai dengan pedoman pemanggilan nomer kepala yang telah direncanakan.
Pada saat nomer kepala siswa yang ditunjuk oleh guru, memang masih ada beberapa yang ikut menjawab meskipun siswa
tersebut tidak ditunjuk. Guru segera menegur dengan tegas bahwa nanti ada waktu, dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa lain
untuk menanggapi ataupun bertanya terhadap kelompok lain. Dengan begitu, diskusi dapat berjalan dengan lancar. Pada saat siswa dengan
nomer kepala yang ditunjuk oleh guru maju untuk presentasi, siswa dari kelompok lain dengan nomer kepala yang berbeda tanpa diminta oleh
guru untuk bertanya, siswa secara otomatis sudah dapat menanggapi presentasi hasil kelompok lain. Guru kemudian memberikan reward
dengan memilih kelompok terbaik dari beberapa kelompok dengan kriteria menjawab betul paling banyak dan paling kompak, dan aktif saat
berdiskusi. Dengan adanya pemberian reward kepada siswa, ternyata sangat berpengaruh terhadap kinerja mereka, baik secara individu
maupun kelompok. Mereka merasa sedang berkompetisi untuk menjadi
98
yang terbaik. Kegiatan di siklus II diakhiri dengan siswa mengerjakan soal evaluasi siklus II. Mereka mengerjakan dengan sungguh-sungguh.
Guru juga memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu rajin belajar dan menghargai bangsa Indonesia.
d. Refleksi dari Siklus II Tindakan siklus I yang belum berhasil telah diperbaiki di siklus
II. perbaikan ini sudah berjalan efektif dan sesuai rencana, sebab guru bersama dengan siswa sudah melakukan pembelajaran sesuai dengan
langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pada kegiatan siklus II didapatkan hasil sebagai berikut.
1 Antusiasme siswa dalam melakukan diskusi kelompok meningkat. 2 Diskusi dapat berjalan lebih efektif, karena semua siswa dalam tiap
kelompok ikut terlibat aktif mendiskusikan LKS. 3 Guru telah merencanakan pemanggilan nomer-nomer siswa sehingga
pemanggilan dapat dilakukan dengan merata, dan siswa dalam tiap- tiap kelompok dapat terpanggil semua.
4 Siswa yang dipanggil nomernya mengangkat tangan terlebih dahulu dan menjawab pertanyaan dengan keras, sehingga perhatian siswa
dari kelompok lain meningkat. Siswa lain tidak ikut menjawab jika belum ditunjuk oleh guru.
5 Keberanian siswa untuk menanyakan kesulitan dalam mengerjakan LKS dan bertanya atau menanggapi jawaban dari siswa yang
dipanggil nomernya tanpa diperintah oleh guru cukup meningkat tidak hanya siswa yang tetap saja.
99
6 Dari hasil angket sikap sosial pada siklus II, seluruh siswa yang berjumlah 24 siswa sudah ada 19 siswa yang bisa mencapai kriteria
keberhasilan yang ditentukan yaitu ≥ 70.
Dari pelaksanaan Siklus II maka dapat ditarik kesimpulan sikap sosial siswa mengalami peningkatan. Pada siklus II ini
persentase siswa yang sudah mendapatkan nilai ≥ 70 mengalami
peningkatan yaitu mencapai 78,19 dari jumlah seluruh siswa. Hasil ini sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian, sehingga tidak
dilanjutkan pada siklus berikutnya.
B. Pembahasan