Sikap Sosial KAJIAN TEORI

16

BAB II KAJIAN TEORI

A. Sikap Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran di SD yang bertujuan memberi pengetahuan dasar kesosiologisan, kegeografian, keekonomian, kesejarahan, dan kewarganegaraan pada siswa agar mampu mengembangkan kemampuan berfikir inquiry, pemecahan masalah dan keterampilan sosial Depdiknas, 2003: 6. Pada hakikatnya IPS adalah telaah tentang manusia dan dirinya. Manusia selalu hidup bersama dengan sesamanya Djojo Suradisastro dkk, 1991: 6. Dalam hidupnya, manusia harus mampu mengatasi rintangan –rintangan yang mungkin timbul dari sekelilingnya maupun dari akibat hidup. IPS memperkenalkan kepada siswa bahwa manusia dalam hidup bersama dituntut memiliki sikap sosial dan rasa tanggung jawab sosial. Manusia selain sebagai makhluk pribadi juga sebagai makhluk sosial, keberadaannya membutuhkan orang lain. Siswa membutuhkan sarana bersosialisasi melalui proses interaksi. Hubungan siswa dengan siswa dapat berjalan dengan baik, jika diantara keduanya atau kelompoknya memiliki sikap yang baik pula. Salah satu faktor penentu hubungan yang harmonis adalah dimilikinya sikap sosial. Di sini proses sosialisasi akan berhadapan dengan objek sosial. Apabila seseorang senang atau merasa suka beradaptasi, berkomunikasi, dan bersinergi dengan orang lain atau lingkungan di mana individu berada, dengan sendirinya akan dapat diterima oleh orang lain atau 17 lingkungannya. Tetapi, jika sebaliknya maka akan dijauhi dari temannya. Menurut Rachman Abror 1993: 107-110, bahwa sikap itu tumbuh dan berkembang melalui pengalaman sepanjang hayat dan kadang-kadang hanya mampu berubah secara berangsur selama bertahun-tahun. Menurut Saifuddin Azwar 2008: 12, sikap terhadap suatu perilaku oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut akan membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. Menurut Sumadi Suryabrata 2000: 202 menyatakan bahwa pada hakekatnya sikap adalah derajat kesukaan atau ketidak sukaan kepada sesuatu. Sedangkan menurut Bimo Walgito 2002: 110 dinyata bahwa sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif tetap, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau perilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya. Sikap melahirkan pendapat, nilai, dan perilaku. Fishbein Muhammad Asrori, 2008: 159 menyatakan sikap adalah presdiposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep atau orang. Sikap merupakan variabel latent yang mendasari, maengarahkan, dan mempengaruhi perilaku. Saifuddin Azwar 2008: 6 juga menyatakan sikap adalah evaluasi umum yang dapat dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isu. Menurutnya contoh sikap peserta didik terhadap orang lain misalnya sikap terhadap guru atau teman. 18 Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kecenderungan seseorang yang secara konsisten di dalam menanggapi atau menilai sesuatu objek sehingga dapat diterima sebagai sesuatu yang bernilai baik datau kurang baik. Struktur sikap terdiri dari tiga komponen yaitu kognitif, afektif dan konatif. Sikap seseorang terhadap terhadap interaksi sesama manusia dan objek lingkungan dipengaruhi oleh struktur kognitifnya. Seseorang yang memiliki kemampuan kognitif lebih tinggi akan memiliki sikap sosial yang lebih tinggi. Orang yang memiliki kemampuan kognitif lebih rendah akan memiliki sikap sosial yang lebih rendah pula. Menurut Bimo Walgito 2002: 114 ciri-ciri sikap adalah tidak dibawa sejak lahir, selalu berhubungan dengan objek sikap, dapat tertuju pada satu objek, tetapi dapat tertuju pada sekumpulan objek, berlangsung lamasebentar, dan mengandung faktor perasaan dan motivasi. Sedangkan ciri-ciri sikap menurut Gerungan 2004: 163-164 dijelaskan sebagai berikut: 1 sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentukdipelajarainya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya,2 dapat berubah-ubah, karena sikap dapat dipelajari orang bila mendapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu, 3 sikap tidak berdiri sendiri, mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek, 4 sikap dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut, sikap mempunyai segi-segi motivasi dengan segi-segi manusi seperti nilai yang berlaku, sikap diri, kecakapan-kecakapan pengetahuan yang dimilikinya. 19 Dengan demikian sikap dapat dipelajari, dan seseorang bersikap karena mengalami proses belajar. Berbagai faktor seperti nilai yang diyakini, kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki menjadi salah satu penentu dalam bersikap. Sikap dapat dibedakan menjadi dua yaitu sikap individual dan sikap sosial. Sikap individu dimiliki oleh seorang diri, seorang saja dan berkenaan dengan objek-objek bukan perhatian sosial. Gerungan 2004: 151-152 mengatakan sikap sosial adalah cara-cara kegiatan yang sama dan berulang- ulang terhadap objek sosial. Sikap sosial tidak hanya dilakukan oleh seorang saja, tetapi juga oleh orang lain yang sekelompok atau masyarakat. Sikap sosial pada umumnya mempunyai sifat-sifat dinamis seperti motif dan motivasi. Social attitude sikap sosial merupakan suatu opini atau suatu kesiagaan untuk bertindak terhadap suatu berita atau suatu pilihan Philip 1995 :248. Menurut Arthur dan Emiliy 2010: 903 sikap sosial adalah sebuah istilah yang digunakan di beberapa konteks untuk mengacu pada sikap apa pun yang bisa dicirikan sebagai sosial dalam asal-usulnya atau dalam cara manifestasinya. Selanjutnya Arthur dan Emiliy menjabarkan sikap sosial menjadi tiga, yakni: 1 sikap yang melandasi kecenderungan seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu terhadap orang lain, 2 suatu pola keyakinan tertentu yang umum bagi suatu kelompok individu atau suatu masyarakat, 3 keyakinan pribadi apapun yang dibentuk sebagai hasil dari proses sosialisasi. 20 Dari pendapat di atas dapat disimpulkan, sikap sosial adalah sikap yang melandasi kecenderungan seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu terhadap orang lain atau objek sosial. Sikap sosial bisa berubah sesuai hasil dari proses sosialiasasi. Objek sosial diantaranya interaksi sosial, sistem sosial, dan masalah sosial. Menurut Soetjipto dan Sjafioedin 1994: 44, sikap sosial dapat dilihat dari adanya sikap sebagai berikut. 1. Aspek kerjasama. Kerjasama adalah kecenderungan untuk bertindak dalam kegiatan kerja bersama-sama menuju suatu tujuan Ahmadi, 2000: 89. Kerja sama dilakukan sejak manusia berinteraksi dengan sesamanya. Kebiasaan dan sikap mau bekerja sama dimulai sejak kanak-kanak, mulai dalam kehidupan keluarga lalu meningkat dalam kelompok sosial yang lebih luas. Kerja sama berawal dari kesamaan orientasi. Menurut Charles H Cooley Soekanto dan Soerjono, 2002: 66, kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam menjalin kerja sama. Ciri-ciri orang yang mampu bekerjasama dengan orang lain adalah berperan dalam berbagi kegiatan gotong royong, tidak membiarkan teman 21 atau keluarga mengalami suatu masalah secara sendiri, dan bersikap mengutamakan hidup bersama berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah Depdikbud, 2001: 28. Bentuk kerja sama dibagi menjadi empat, yaitu: 1 kerja sama spontan, yaitu kerja sama yang terjadi secara serta merta, 2 kerja sama langsung, yaitu kerja sama sebagai hasil dari perintah atasan kepada bawahan atau penguasa terhadap rakyatnya, 3 kerja sama kontrak, yaitu kerja sama atas dasar syarat-syarat atau ketetapan tertentu, yang disepakati bersama, dan 4 kerja sama tradisional, yaitu kerja sama sebagian atau unsur-unsur tertentu dari sistem sosial Tim fokus, 2010: 39. 2. Aspek Solidaritas Solidaritas dapat diartikan sebagi kecenderungan dalam bertindak terhadap seseorang yang mengalami suatu masalah yakni berupa memperhatikan keadaan orang tersebut Gerungan, 1996 : 52. Dengan demikian solidaritas merupakan salah satu bentuk sikap sosial yang dapat dilakukan seseorang dalam melihat ataupun memperhatikan orang lain terutama seseorang yang mengalami suatu masalah. Tim Fokus 2010: 37 solidaritas dapat dilihat dari dua hal, yakni 1 simpati, merupakan sikap ketertarikan terhadap orang lain untuk memahaminya, dan 2 empati, merupakan sikap yang melibatkan perasaan dan emosi. 22 3. Aspek Tenggang Rasa Tenggang rasa adalah seseorang yang selalu menjaga perasaan orang lain dalam aktifitasnya sehari-hari Ahmadi, 2000: 34. Ciri-ciri tenggang rasa adalah 1 menghargai dan menghormati orang lain, 2 tidak memaksakan kehendak Tim Matrix Media Literata, 2007: 1. Sikap tenggang rasa dapat dilihat dari adanya saling menghargai satu sama lain, menghindari sikap masa bodoh, tidak menggangu orang lain, selalu menjaga perasaan orang lain, dalam bertutur kata tidak menyinggung perasaan orang lain, selalu menjaga perasaan orang lain dalam pergaulan dan sebagainya Depdikbud, 2001: 29. Dengan demikian tenggang rasa adalah perwujudan sikap dan perilaku seseorang dalam menjaga, menghargai, dan menghormati orang lain. Menurut Ali dan Asrori 2000: 6 perbedaan perkembangan karakteristik secara individual pada aspek sosial tampak dengan gejala-gejala sebagai berikut: 1 ada anak yang mudah bergaul dengan teman, tetapi ada pula anak yang sulit bergaul, 2 ada anak yang mudah toleransi dengan teman, tetapi adapula yang egois, 3 ada anak yang mudah memahami perasaan temannya, tetapi ada pula yang maunya menang sendiri, 4 ada anak yang mempunyai kepedulian sosial yang tinggi, tetapi ada pula yang tidak peduli dengan lingkungan sosialnya, dan 5 ada anak yang selalu memikirkan kepentingan orang lain, tetapi ada pula yang hanya memikirkan kepentingan diri sendiri. 23 Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami individu. Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap sosial antara lain adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang alain yang dianggap penting, media masa, institusi, lembaga pendidikan atau lembaga agama, serta faktor emosi individu Modul PLPG Sekolah Dasar, 2011: 118-119. Sikap sosial yang dimiliki siswa tidak semuanya merupakan hasil pembelajaran di dalam kelas. Siswa sudah memiliki sikap sosial yang diperolehnya dari orang tuanya atau dari masyarakat dimana mereka tinggal. Menurut Ahmadi 2000 :54, sikap sosial tidak tumbuh begitu saja tapi harus dibentuk, diantaranya dengan cara otoriter, cara liberal, dan cara demokratis. 1. Cara otoriter Seseorang harus berusaha memaksakan diri untuk melihat kesusahan orang lain. Cara penanaman sikap sosial ini walaupun setengah dipaksakan, tetapi cukup efektif didalam membentuk kesadaran anak, anak akan lebih mudah merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain Ahmadi, 2000: 95. Selanjutnya Prasetyo, 1999: 73 menjelaskan bahwa sikap sosial dapat dibentuk dengan memaksakan anak untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang sekitarnya. Dengan demikian dari pendapat ahli tersebut, sikap sosial dapat ditanamkan dengan memaksakan seseorang untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. 24 2. Cara liberal Dengan cara ini seseorang diberikan kebebasan untuk merasakan ataupun tidak merasakan keadaan orang lain. Cara liberal adalah salah satu metode penanaman sikap sosial di mana seseorang bebas berekspresi dalam merasakan keadaan orang lain Ahmadi, 2000: 101. Dari pendapat ahli tersebut, maka penanaman sikap sosial dapat pula dilakukan dengan memberikan kebebasan kepada individu yang bersangkutan, dengan kata lain untuk bebas merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain atas kesadarannya sendiri tanpa dipaksakan oleh orang lain . 3. Cara demokrasi Usaha penanaman sikap sosial dengan cara ini merupakan yang paling efektif dibandingkan dengan kedua cara tersebut diatas, karena cara ini merupakan penggabungan dari cara otoriter dan cara liberal. Usaha penanaman sikap sosial dengan cara demokrasi ini, sebagai cara yang paling baik dalam mengidentifikasikan dirinya dengan orang lain, ia tidak dipaksakan tetapi atas dasar belajar dari pengalamannya Nawawi, 2000: 89. Sedangkan menurut Prasetyo 1997: 97 cara demokrasi merupakan cara didalam penanaman sikap sosial pada anak yakni dengan memberikan masukan atau saran kepada anak dan anaklah yang menentukannya. Suatu cara yang paling efektif dalam melakukan penanaman sikap sosial pada anak, dibandingkan dengan cara otoriter maupun liberal adalah dengan demokratis. Dengan cara demokratis ini anak diberikan masukan, 25 saran dan dibimbing agar ia lebih peka untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Sikap siswa sebagai peserta didik yang sedang berkembang dapat dibentuk dan diubah sehingga memiliki sikap sosial yang diharapkan. Pembentukan sikap sosial terjadi melalui hubungan timbal balik secara langsung antara manusia dengan manusia. Hubungan siswa dengan siswa, siswa dengan guru mampu mempengaruhi pembentukan sikap. Lingkungan pun akan mempengaruhi pembentukan sikap seseorang. Peranan guru dalam mempengaruhi pemebentukan sikap siswa dalam sebuah pembelajaran sangat besar. Pembentukan sikap sosial di kalangan siswa sekolah dasar di samping melalui pemberian konsep-konsep sikap, yang lebih penting adalah adanya keteladanan dari orang-orang dewasa yaitu para guru. Bagaimana guru menjadi teladan, memberikan contoh-contoh yang baik, menyayangi kepada semua siswa tanpa membeda-bedakan asal usul maupun status sosial akan berdamapak pada sikap siswa. Melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial guru menjadi tokoh sentral dalam membentuk sikap siswa. Pengubahan sikap juga dapat melalui pendekatan komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif. Melalui komponen kognitif guru dapat memberikan pengetahuan, pendapat, sikap atau hal-hal lain sehingga dengan materi Ilmu Pengetahuan Sosial tersebut akan berubah komponen kognitifnya. Komponen afektif dapat ditempuh melalui cara-cara memberikan 26 hal-hal yang mengenai perasaan atau emosi, sehingga berubahnya perasaan akan berubah pula kognitifnya. Melalui komponen kognitif dan afektif guru mengaitkan objek sikap dengan fungsi dan manfaat dari objek sikap tersebut sehingga siswa bersedia dan siap berperilaku. Antara komponen kognitif dan afektif dapat dilakukan seimbang melalui proses pembelajaran. Peran guru dalam pengubahan sikap siswa sangat penting. Pengubahan sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung dapat memberikan situasi yang memungkinkan membentuk atau mengubah sikap yang baru, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sedangkan secara langsung guru melakukan komunikasi melalui tatap muka di depan kelas dengan siswa dalam situasi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Sikap sosial yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran IPS yaitu memiliki perhatian dan aktivitas perilaku yang berulang-ulang secara otomatis terhadap objek sosial dan memiliki sikap sosial yang positif. Sikap sosial siswa yang positif yaitu menghargai, bekerja sama, toleransi, bersinergis dengan orang lain, senang berkomunikasi, kasih sayang, dan peduli terhadap sesama manusia. 27

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together NHT

Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS V SD NEGERI 024766 BINJAI T.A 2012/2013.

0 1 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS.

0 0 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN IPS.

3 10 76

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS V SD NEGERI PETIR I RONGKOP GUNUNGKIDUL.

0 2 259

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kepada Mata Pelajaran IPS Kelas V Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Learning Numbered Heads Together pada SDN 1 Binangga

0 0 11