Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara Melalui Metode Cerita
Pembelajaran menggunakan teknik cerita berantai ini membuat siswa senang, lebih aktif, lebih bersemangat, dan lebih percaya diri. Teknik
cerita berantai ini dikemas seperti permainan sehingga siswa merasa seperti sedang bermain sambil belajar. Ini sejalan dengan perkembangan
anak menurut Piaget dalam Iskandarwassid Dadang Sunendar 2011: 147-148 dimana siswa pada tahap operasional nyata. Cerita yang
digunakan dalam teknik ini memang berisi tentang kehidupan nyata di kehidupan sehari-hari siswa. Berdasarkan cerita yang dibuat merupakan
cerita sehari-hari membuat siswa lebih memahami isi pembicaraan. Penggunaan teknik cerita berantai dilakukan secara berkelompok.
Pengelompokan dilakukan agar siswa berlatih untuk berdiskusi, menghargai pendapat, dan belajar bertoleransi dengan teman
kelompoknya. Saat berdiskusi secara kelompok, peneliti bisa melihat kegiatan siswa dikelompoknya masing-masing dan menilai melalui lembar
observasi yang sudah dipersiapkan. Hal ini sejalan dengan pendapat HG Tarigan 2008: 24 bahwa terdapat ragam-ragam seni dalam berbicara
salah satunya adalah diskusi dalam kelompok studi. Cerita yang digunakan dalam permainan cerita berantai ini berisi
cerita sehari-hari tentang profesi masyarakat di sekitar siswa. Selain itu, cerita yang digunakan juga termuat cita-cita yang siswa inginkan. Dari
permainan tersebut, siswa mengetahui dan memahami sebuah informasi tentang profesi dan cita-cita yang ada di lingkungan masyarakat. Hal ini
sejalan dengan teori yang Och dan Winker dalam Tarigan, 2008: 16
103
dimana salah satu tujuan berbicara yaitu untuk menginformasikan atau memberitahukan.
Guru dalam melakukan pembelajaran sudah sesuai dengan langkah- langkah pembelajaran yang benar. Selain itu, guru juga terlihat sangat
dekat dengan siswa-siswanya sehingga siswa tidak terlihat canggung. Urutan penjelasan pembelajaran yang dilakukan guru sudah runtut dan
jelas, sehingga siswa paham dengan apa yang dijelaskan oleh guru. Penelitian di siklus I berbeda dengan penelitian pada siklus II. Siklus
I siswa masih beradaptasi dengan teknik cerita berantai, namun pada siklus II siswa terlihat sudah terbiasa dengan teknik cerita berantai. Siklus I siswa
bermain cerita berantai berdasarkan cerita yang dibuat oleh guru, sedangkan pada siklus II siswa bermain cerita berantai berdasarkan cerita
yang dibuat oleh siswa sendiri. Siswa lebih aktif pada siklus II karena siswa diberikan tugas untuk membuat cerita pada awal pertemuan di siklus
II. Setelah membuat cerita, beberapa siswa sudah mulai berani maju ke depan untuk membacakan cerita yang telah dibuat tanpa ditunjuk oleh
guru. Cerita yang sudah dibuat dikumpulkan untuk digunakan bermain cerita berantai pada pertemuan selanjutnya.
Berdasarkan proses pembelajaran pada penelitian ini, siswa lebih percaya diri dan mulai terbiasa berbicara di depan kelas. Ini sesuai dengan
teori yang telah dikaji, bahwa keterampilan berbicara dapat dilatih secara berkala atau terus menerus sehingga siswa terbiasa berbicara di depan
kelas. Kebiasaan berbicara di depan kelas secara terus menerus secara
104
tidak langsung dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Maidar G. Arsjad Mukti 1993 dimana faktor-
faktor yang mempengaruhi berbicara adalah faktor kebahasaan dan non kebahasaan.