PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA POKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
commit to user
i
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN Search Solve Create Share (SSCS) DAN Experimenting Demonstrating Information (EDI) DENGAN MEMPERHATIKAN
SIKAP ILMIAH SISWA SMA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA POKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN
NON ELEKTROLIT
Oleh :
NOVI HENDRASTUTI NIM K 3302528
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
(2)
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Tri Redjeki, M.S. Endang Susilowati,S.Si., M.Si. NIP. 19510601 197603 2 004 NIP. 19700117 200003 2 001
(3)
commit to user
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, Pada :
Hari :... Tanggal : ...
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra.Hj. Kus Sri Martini, M.Si. …………....
Sekretaris : Drs. H. Sugiharto, A.Pt, M.S. ………
Anggota I : Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S .…………....
Anggota II : Endang Susilowati, S.Si, M.Si. ………
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727 198702 1 001
(4)
commit to user
iv
ABSTRAK
Novi Hendrastuti, PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
Search Solve Create Share (SSCS) dan Experimenting Demonstrating
Information (EDI) DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP ILMIAH SISWA
SMA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA POKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT, Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. April 2010.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh penerapan model pembelajaran Search Solve Create Share (SSCS) dan model pembelajaran Experimenting Demonstrating Information (EDI) terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit (2) Model pembelajaran EDI memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan model pembelajaran SSCS (3) Pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit, (4) Interaksi antara model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ceper. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2x2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XC dan XD SMAN Ceper tahun pelajaran 2006/2007. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Pengumpulan data menggunakan metode tes untuk aspek kognitif siswa, sedangkan metode angket untuk sikap ilmiah, aspek afektif dan aspek psikomotor. Teknik analisis data menggunakan anava dua jalan dengan frekuensi sel tak sama, dilanjutkan uji komparasi rerata pasca analisis variansi dengan metode Scheeffe.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI, nilai aspek kognitif Fhitung = 7,9077 > Ftabel = 3,98, aspek afektif fhitung= 23,1735 > Ftabe l= 3,98 dan aspek psikomotor Fhitung = 24,5182 > Ftabel = 3,98. (2) model pembelajaran EDI memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit dari pada model pembelajaran SSCS. (3) Sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Larutan elektrolit dan non elektrolit, aspek kognitif Fhitung = 8,8697 > Ftabel = 3,98, aspek afektif Fhitung = 9,6111 > Ftabel = 3,98 dan aspek psikomotor Fhitung = 7,7825 > Ftabel = 3,98. (4) tidak ada interaksi pengaruh antara model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit, aspek kognitif Fhitung = 0,0049 < Ftabel = 3,98, aspek afektif Fhitung = 0,0410 < Ftabel =3,98 dan aspek psikomotor Fhitung = 0,0174 < Ftabel = 3,98.
(5)
commit to user
v
ABSTRACT
Novi Hendrastuti, THE EFFECT OF SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) AND EXPERINTING DEMONSTRATING INFORMATION (EDI) LEARNING MODEL APPLICATION BY CONSIDERING THE SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT’S SCIENTIFIC ATTITUDE ON THE LEARNING ACHIEVEMENT IN THE ELECTROLYTE AND NON ELECTROLYTE SOLUTION SUBJECT MATTER, Thesis: Teacher Training and Education Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, April 2010.
The objective of this research are to find out: (1) the effect of Search Solve Create Share (SSCS) and Experimenting Demonstrating Information (EDI) learning model application on the student learning achievement in electrolyte and non electrolyte solution subject matter, (2) EDI learning model gives better effects on the student learning achievement than the SSCS model does (3) the effect of scientific attitude on the students learning achievement in electrolyte and non electrolyte solution subject matter, and (4) Interaction between SSCS and EDI learning models, and the scientific attitude on the students learning achievement in electrolyte and non electrolyte solution subject matter.
This research was taken place in SMA Negeri 1 Ceper. This research was done using experimental method with a 2x2 factorial design. The sample employed in this research was XC and XD graders of SMAN Ceper in the school year of 2006/2007. The sampling technique used was cluster random sampling. The data collection was done using test method for the student cognitive aspect, while questionnaire method was used for the scientific attitude, affective and psychomotor aspects. Technique of analyzing data used was a two-way anava with different cell frequency, followed by the average comparative test after the variance analysis using Scheeffe method.
Considering the result of research, it can be concluded that: (1) there is an effect difference of SSCS and EDI learning model use, the cognitive aspect value Fstatistic = 7.9077 > Ftable = 3.98, affective aspect Fstatistic = 23.1733 > Ftable = 3.98 and psychomotor aspect Fstatistic = 24.5182 > Ftable = 3.98. (2) the EDI learning model give better effect than the SSCS does. (3) Student scientific attitude affects the improvement of the student learning achievement in electrolyte and non electrolyte solution subject matter, the cognitive aspect value Fstatistic = 8.8697 > Ftable = 3.98, affective aspect Fstatistic = 9.6111 > Ftable = 3.98 and psychomotor aspect Fstatistic = 7.7825 > Ftable = 3.98. (4) there is no interaction between SSCS and EDI learning models, and the low scientific attitude, the cognitive aspect value Fstatistic = 0.0049 < Ftable = 3.98, affective aspect Fstatistic = 0.0410 < Ftable = 3.98 and psychomotor aspect Fstatistic = 0.0174 < Ftable = 3.98.
(6)
commit to user
vi
MOTTO
“Keberhasilan bukan hanya sekedar pencapaian dari apa yang mau dicapai, tetapi justru usaha mencapainya”.
(Andre Gide)
“Berharga atau tidak, hanya kita yang mampu membuatnya berbeda” ( Novv )
(7)
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan tulisan ini untuk:
• Ayah yang telah memberikan segala yang terbaik untuk anak-anaknya
• (Almh) Ibuku di Peristirahatan abadinya. • Adikku, Sang Nyawa Hidupku
• Sahabat sekaligus saudaraku: Duix,Kris, Tiwi, Prily, Himagifo FC.
• Kimia 2002 • Almamater
(8)
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penelitian dan penulisan skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Sekecil tulisan ini banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
2. Dra. Tri Redjeki, M.S., selaku ketua Program Kimia Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin dan selaku Pembimbing I atas waktu, bimbingan dan petunjuk selama penyusunan dan penyelesaian keseluruhan skripsi ini. 3. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M. Si., selaku Ketua Jurusan P. MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
4. Endang Susilowati, S.Si., M.si., selaku Pembimbing II atas sumbangan pemikiran yang berharga selama penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. 5. Drs.Sri Harjana, M.M, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ceper yang
telah memberikan ijin penelitian untuk skripsi ini.
6. Sinder Prasetyo, S.Pd., selaku guru kimia SMA Negeri 1 Ceper atas bimbingan dan petunjuknya dalam melaksanakan penelitian.
7. Siswa-siswi IPA 1, X C dan X D, atas kerjasamanya dalam penelitian ini. 8. Ayah yang selalu memberi dukungan dan bimbingan,(almh) Ibu yang
doa-doanya selalu bersamaku hingga saat terakhirnya. Adiku,kekuatan yang membuatku bertahan sampai saat ini.
9. Dwi PDH, Kris, Tiwi, Prily yang telah memberiku semangat,bantuan dan senantiasa disampingku disaat tersulitku.
(9)
commit to user
ix 10.Teman-teman kimia '02
Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan langsung dan tidak langsung dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan pada umumnya dan bidang kimia pada khususnya.
Surakarta, April 2010
(10)
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
A. Tinjauan Pustaka ... 9
1. Belajar ... 9
2. Model Pembelajaran ... 10
3. Model SSCS (Search, Solve, Create, Share) ... 11
4. Model EDI (Experimenting, Demonstrating, Information) 20 5. Sikap Ilmiah ... 23
6. Prestasi Belajar ... 24
(11)
commit to user
xi
B. Kerangka Berpikir ... 33
C. Hipotesis ... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
1. Tempat penelitian ... 37
2. Waktu Penelitian ... 37
B. Metode Penelitian ... 37
C. Populasi dan Sampel ... 38
D. Variabel Penelitian ... 39
1. Variabel Bebas ... 39
2. Variabel Terikat ... 39
E. Teknik Pengumpulan Data ... 39
F. Instrumen Penelitian ... 40
1. Instrumen Penilaian Kognitif ... 40
a. Taraf Kesukaran Suatu Item ... 41
b. Taraf pembeda Soal ... 42
c. Validitas Instrumen Penelitian ... 43
d. Reliabilitas Instrumen ... 44
2. Instrumen Penilaian Afektif ... 45
3. Instrumen Penilaian Psikomotor ... 48
4. Instrumen Sikap Ilmiah... . 49
G. Teknik Analisis Data... 50
1. Uji keseimbangan... 50
2. Uji Prasyarat... 51
3. Uji Hipotesis... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56
A. Deskripsi Data ... 56
1. Data Skor Sikap Ilmiah Siswa... 56
2. Data Prestasi Kognitif Siswa... 58
3. Data Prestasi Afektif Siswa... . 59
(12)
commit to user
xii
B. Hasil Penelitian dan Prasyarat Analisis ... 63
1. Uji Keseimbangan... 63
2. Uji Normalitas ... 64
3. Uji Homogenitas ... 65
C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 66
1. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama... 66
2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan... 67
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 70
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 74
A. Kesimpulan ... 74
B. Implikasi ... 75
C. Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 76
(13)
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Perbandingan sifat larutan elektrolit dan non elektrolit ... 28 Tabel 2. Pengelompokan larutan berdasarkan jenisnya ... 30 Tabel 3. Rancangan Penelitian ... 37 Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Instrumen
Penilaian Kognitif ... 42 Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji taraf Pembeda Soal Instrumen
Penilaian Kognitif ... 43 Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif . 44 Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Penilaian Kognitif.. ... 45 Table 8. Skor Penilaian Afektif ... 46 Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen
Penilaian Afektif ... 47 Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Penilaian Afektif ... 48 Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen
Angket Sikap Ilmiah ... 49 Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Sikap Ilmiah ... 50 Tabel 13. Jumlah Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah
Tinggi dan Rendah ... 56 Tabel 14. Distribusi Skor Motivasi Belajar Siswa Antara Kelas
Eksperimen SSCS (eksperimen-1) dengan Kelas Eksperimen
EDI (eksperimen-2) ... 57 Tabel 15. Rerata Prestasi Belajar Siswa Pokok Bahasan Larutan Elektrolit
dan Non Elektrolit ... 58 Tabel 16. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Siswa Pokok Bahasan
(14)
commit to user
xiv
Metode SSCS (eksperimen-1) ... 59
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Siswa Pokok Bahasan larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Model EDI (eksperimen- 2) ... 60
Tabel 18. Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Siswa Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Model SSCS (eksperimen-1) ... 61
Tabel 19. Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Siswa Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Model EDI (eksperimen-1) ... 62
Tabel 20. Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor Kelas SSCS (eksperimen-1) dan Kelas EDI (eksperimen-2) ... 63
Tabel 21. Rangkuman Uji Normalitas Selisih Nilai Siswa Pada Aspek Kognitif ... 64
Tabel 22. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Siswa Pada Aspek Afektif ... 64
Tabel 23. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Siswa pada Aspek Psikomotor ... 65
Tabel 24. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif ... 65
Tabel 25. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai afektif ... 65
Table 26. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai Psikomotor ... 65
Tabel 27. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Sikap Ilmiah ... 65
Tabel 28. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif Ditinjau dari Sikap Ilmiah ... 66
Tabel 29. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek Kognitif ... 66
Tabel 30. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek Afektif ... 66
Tabel 31. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek Psikomotor ... 66 Tabel 32. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Baris
(15)
commit to user
xv
Aspek Kognitif ... 68 Tabel 33. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
Aspek Kognitif ... 68 Tabel 34. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Baris
Aspek Afektif ... 68 Tabel 35. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
Aspek Afektif ... 69 Tabel 36. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Baris
Aspek psikomotor ... 69 Tabel 37. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
(16)
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Siklus SSCS ... 12
Gambar 2. Menguji Konduktivitas Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ... 28
Gambar 3. Proses Daya Hantar listrik Larutan Elektrolit ... 29
Gambar 4. Menguji Konduktivitas Larutan Elektrolit Kuat, Elektrolit Lemah, dan Non Elektrolit ... 31
Gambar 5. Proses Pelarutan Garam Dapur ... 32
Gambar 6. Histogram Perbandingan Skor Sikap Ilmiah Siswa Antara Kelas Eksperimen SSCS dan Kelas Eksperimen EDI ... 58
Gambar 7. Histogram Prestasi Kognitif Siswa dengan Model SSCS ... 59
Gambar 8. Histogram Prestasi Kognitif Siswa dengan Model EDI ... 60
Gambar 9. HistogramPrestasi Afektif Siswa Dengan Model SSCS ... 61
Gambar 10. Histogram Prestasi Afektif Siswa dengan Model EDI ... 62
Gambar 11. Histogram Selisih Prestasi Psikomotor Kelas SSCS (eksperimen-1) dan Kelas EDI (eksperimen-2)... 63
(17)
commit to user
xvii
LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus ... 75
Lampiran 2. Satuan Pelajaran ... 78
Lampiran 3. Skenario Model Pembelajaran SSCS dan EDI ... 89
Lampiran 4. Kisi- Kisi Instrumen Pokok Bahasaan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ... 93
Lampiran 5. Hubungan Indikator, Soal dan Jenjang Kemampuan Kognitif ... 94
Lampiran 6. Instrumen Kognitif ... 95
Lampiran 7. Instrumen Afektif ... 106
Lampiran 8. Instrumen Sikap Ilmiah ... 111
Lampiran 9. Daftar Cek Skala Unjuk Kerja ... 114
Lampiran 10. Lembar Kegiatan Siswa Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit 118 Lampiran 11. Petunjuk Praktikum Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit 121 Lampiran 12. Data Induk Penelitian ... 123
Lampiran 13. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal Kognitif ... 125
Lampiran 14. Uji Validitas dan Reliabilitas Penilaian Afektif ... 127
Lampiran 15. uji Validitas dan Reliabilitas penilaian Psikomotor ... 128
Lampiran 16. Uji Validitas dan Reliabilitas Sikap Ilmiah ... 129
Lampiran 17. Uji Normalitas... 131
Lampiran 18. Uji Keseimbangan (Uji-t Dua Pihak) Pretest kognitif Kelas EDI dan SSCS ... 160
Lampiran 19. Uji Homogenitas Pretest Kognitif ... 161
Lampiran 20. Uji homogenitas Posttest Kognitif ... 162
Lampiran 21. Uji Homogenitas Prestasi Kognitif ... 163
Lampiran 22. Uji Homogenitas Prestasi Afektif ... 164
Lampiran 23. Uji Homogenitas Prestasi Psikomotor ... 165
(18)
commit to user
xviii
Lampiran 25. Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Ditinjau dari
Sikap Ilmiah ... 167 Lampiran 26. Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Antar Sel ... 168 Lampiran 27. Uji Homogenitas Prestasi Afektif Ditinjau dari
Sikap Ilmiah ... 169 Lampiran 28. Uji Homogenitas Prestasi Afektif Antar Sel... 170 Lampiran 29. Uji Homogenitas Prestasi Psikomotor Ditinjau dari
Sikap Ilmiah ... 171 Lampiran 30. Uji Homogenitas Prestasi Psikomotor Antar Sel ... 172 Lampiran 31. Analisis Variansi 2 Jalan Sel Tak Sama
Prestasi Kognitif ... 173 Lampiran 32. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi 2 Jalan
Prestasi Kognitif ... 177 Lampiran 33. Analisis Variansi 2 Jalan Sel Tak sama Prestasi Afektif ... 178 Lampiran 34. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Prestasi Afektif ... 182 Lampiran 35. Analisis Variansi 2 Jalan Sel Tak Sama
Prestasi Psikomotor ... 183 Lampiran 36. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi 2 Jaln Sel Tak Sama
Prestasi Psikomotor ... 187 Lampiran 37. Jurnal Internasional ... 188
(19)
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Dari hasil beberapa kajian masih banyak ditemui berbagai masalah yang berkaitan dengan masalah implementasi pembelajaran. Salah satunya disebabkan padatnya materi pembelajaran sehingga dapat mengakibatkan munculnya kecenderungan pengajaran yang berpusat pada guru (teacher centered). Situasi belajar seperti ini mengakibatkan berkurangnya kreativitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kondisi demikian dapat menyebabkan siswa menjadi pasif dan cenderung untuk menghafal konsep tanpa disertai pemahaman yang memadai,karena mereka tidak dididik untuk berfikir kritis,berlatih menemukan konsep atau prinsip maupun untuk mengembangkan kreativitasnya.
Paradigma semacam itu harus bergeser ke arah pembelajaran yang berorientasi pada pemberdayaan kreativitas siswa. Agar tujuan pemberdayaan kreativitas tersebut dapat tercapai,maka peran guru perlu dialihkan dari peran dominan sebagai fasilisator di kelas sehingga siswa merasa terlibat dalam proses pembelajaran dan memperoleh sesuatu dari proses belajarnya.
Dalam proses pembelajaran,guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada siswa untuk melakukan eksplorasi sederhana, menguasai konsep-konsep sains dan dalam aspek kecakapan berfikir rasional. Hal ini sesuai dengan jurnal Dilek Isik & Kamuran Tarim (2009: 464) tentang peran guru dalam konsep konstruktivisme, yang menyatakan:
“As constructivist approach suggest, the teacher is a facilitator or coach who
oversees the student’s learning process. Students are active learners who play a critical role in their own learning as they create projects, work with others, and use their own learning styles to succed”.
(20)
commit to user
2
Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan suatu model pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar seperti yang diharapkan secara maksimal. Yaitu model pembelajaran yang memuat kecakapan hidup dan melibatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar pada materi pembelajaran. Seperti yang disebutkan dalam jurnal Marian Mahat (2008: 83) bahwa tujuan belajar sekarang ini berkembang meliputi aspek multidimensi.
“ The purpose of the present study was to develop a multidimensional instrument that cuould effectively measure affective, cognitive and behavioural aspect of attitudes within the real of inclisive education that includes physical, social and curicular inclusion. While a number of studies have attempted to include one or the other”.
Pada penelitian ini ada dua macam model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran SSCS ( search, solve, create, share ) dan model pembelajaran EDI ( Experimenting, Demonstrating,Information ).
Model pembelajaran SSCS (Search, Solve, Create Share) merupakan model pembelajaran dengan sistem pemecahan masalah yang menekankan pada penggunaan metode ilmiah atau berfikir sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif,untuk memecahkan masalah rasional, lugas dan tuntas. Model pembelajaran SSCS ini melibatkan siswa dalam penelitian sains, sehingga siswa menjadi terlibat secara aktif dalam penerapan isi, konsep, dan ketrampilan berfikir menjadi lebih tinggi. Mereka dirangsang untuk menjadi seorang eksplorer, mencari penemuan terbaru, inventor mengembangkan ide/gagasan dan pengujian-pengujian baru yang inovatif, desainer mengkreasi rencana dan model terbaru, pengambil keputusan berlatih bagaimana menetapkan pilihan yang bijaksana dan sebagai komunikator mengembangkan metode dan teknik untuk bertukar pendapat dan berinteraksi (Edward L.Pizzini, 1991: 6).
Model pembelajaran EDI (Experimenting Demonstrating Information) merupakan kombinasi dari metode eksperimen, demonstrasi dan ceramah. Tekanan utama dari ketiga metode ini terletak pada metode eksperimen dan
(21)
commit to user
3
demonstrasi, sedangkan metode ceramah digunakan dalam upaya menjelaskan hakekat bahan pelajaran (sebagai pengantar) sebelum melakukan demonstrasi dan eksperimen. Melalui eksperimen siswa diharapkan mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan yang dihadapinya dengan melakukan percobaan/eksperimen sendiri. Dengan eksperimen siswa dapat menemukan bukti kebenaran dari teori tentang sesuatu yang dipelajarinya (Roestiyah, N.K., 1991: 80).
Melalui demonstrasi proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik. Penggunaan demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang jalannya proses atau kerja suatu hal.( Roestiyah, N.K., 1991: 83).
Penggunaan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif akan merangsang siswa untuk membelajarkan diri mereka sendiri. Mereka akan berusaha mengaktualisasikan dan mendayagunakan seluruh potensi yang dimiliki secara maksimal untuk mempelajari materi pelajaran/pelatihan yang tengah dihadapinya. Dengan demikian diharapkan siswa akan mampu mencapai prestasi belajar yang optimal.
Pembelajaran kimia harus sesuai dengan karakteristik konsep kimia yang menekankan pada ketrampilan proses. Agar pembelajaran kimia di SMA lebih bermakna perlu diupayakan peningkatan mutu pendidikan yaitu diterapkannya model pembelajaran yang memberikan tekanan pada keterlibatan siswa dalam proses yang aktif.
Proses mengajar di SMA Negeri 1 Ceper umumnya guru masih banyak menggunakan metode yang didominasi metode konvensional yang menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran (teacher centered). Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa umumnya hanya mendengarkan, membaca, dan menghafal informasi yang diperoleh, sehingga konsep yang tertanam tidak kuat. Dengan metode mengajar seperti ini hasil yang dicapai kurang maksimal dan keaktifan siswa serta potensi yang ada
(22)
commit to user
4
pada siswa kurang terekplorasi secara maksimal. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif sehingga mereka akan berusaha meneksplorasi seluruh potensi yang dimilikinya secara maksimal untuk menghadapi atau mempelajari materi yang dihadapinya.
Dalam pembelajaran kimia di SMA banyak pokok bahasan yang menuntut siswa melaksanakan eksperimen, salah satunya adalah pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit. Pembelajaran materi ini harus disesuaikan dengan karakteristik konsep kimia yang menekankan pada ketrampilan proses. Pencapaian kompetensi dasar tersebut dapat dikembangkan melalui pemilihan model pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Untuk itu dalam pembelajarannya perlu digunakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembentukan konsep sehingga dapat meninggkatkan pencapaian hasil belajar.
Dalam hal ini model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran SSCS dan EDI dimana dengan model pembelajaran SSCS siswa diharapkan siswa dapat terlibat secara aktif dan merangsang siswa untuk membelajarkan dirinya. Dengan demikian mereka akan berusaha menndayagunakan seluruh potensi yang dimilikinya untuk mempelajari materi yang sedang dipelajarinya. Sedangkan model pembelajaran EDI diharapkan proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan terkesan secara mendalam melalui proses demonstrasi dan juga siswa mampu mencari dan menemukan jawaban atas permasalahan yang dihadapiny dengan melakukan eksperimen, sehingga diharapkan siswa akan memperoleh prestasi belajar yang optimal.
Siswa yang memiliki sikap ilmiah juga akan memiliki sikap positif terhadap kegiatan ilmiah. Sikap positif ini akan mendorong siswa untuk terlibat aktif baik secara fisik maupun mental dalam kegiatan ilmiah, seperti melakukan percobaan di laboratorium dan menganalisis data percobaan, sehingga sikap ilmiah membuat siswa selalu ingin tahu, kritis, jujur, teliti, dan hati-hati dalam
(23)
commit to user
5
bertindak, tidak dapat menerima kebenaran tanpa bukti dan sanggup menerima saran dan gagasan-gagasan baru dari orang lain.
Untuk mengetahui perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit, maka dilakukan penelitian dengan judul:
“ Pengaruh Penenrapan Model Pembelajaran SSCS (Search, Solve, Create, Share) dan EDI (Experimenting Demonstrating, Information) dengan Memperhatikan Sikap Ilmiah Siswa SMA terhadap Prestasi Belajar Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan terdapat berbagai masalah dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam pembelajaran kimia di SMA. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Apakah model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI dapat digunakan dalam pembelajaran kimia pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI dalam pembelajaran kimia pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?
3. Apakah sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dengan model SSCS dan model pembelajaran EDI pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit?
4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran (SSCS dan EDI) dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolitt?
(24)
commit to user
6
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat lebih terarah,maka penelitian ini dibatasi pada: 1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran SSCS
(Search, Solve, Create, Share) dan model pembelajaran EDI (Experimenting, Demonstrating, Information).
2. Objek penelitian ini adalah siswa kelas XC dan XD semester 2 SMAN 1 Ceper tahun pelajaran 2006/2007.
3. Pokok bahasan yang dipilih dalam pembelajaran kimia pada penelitian ini adalah larutan elektrolit dan non elektrolit.
4. Prestasi belajar yang dinilai meliputi tiga aspek yaitu: aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
5. Sikap ilmiah dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah.
D. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit?
2. Apakah model pembelajaran SSCS memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan model pembelajaran EDI? 3. Apakah terdapat pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar pada pokok
(25)
commit to user
7
4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah dalam penelitian ini,tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui:
1. Perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit.
2. Apakah model pembelajaran SSCS memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan model pembelajaran EDI? 3. Pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan
larutan elektrolit dan non elektrolit.
4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,antara lain: 1. Bagi Siswa
a. Dapat mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran
b. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan berfikir siswa dalam proses pembelajaran.
(26)
commit to user
8
2. Bagi guru:
a. Sebagai bahan kajian dan acuan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
b. Mengembangkan dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa.
c. Menambah kreativitas dalam menentukan model pembelajaran.
3. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran pada mata pelajaran lain.
(27)
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang terjadi dalam diri seseorang yang melibatkan aktivitas berfikir. Hingga saat ini pengertian belajar masih sangat kompleks, sehingga tidak dapat dikatakan secara pasti apa sebenarnya belajar itu. Beberapa ahli telah mencoba merumuskan tentang arti belajar. Namun rumusan yang dihasilkan berbeda satu dengan yang lainnya.
Sebagai landasan peruraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar,Ngalim Purwanto (1990: 84) mengutip beberapa definisi sebagai berikut: a. Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975) mengemukakan,
“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan- keadaan seseorang.”
b. Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa: “Belajar terjadi apabila situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance) berubah dari waktu sebelumnya ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.”
c. Morgan, Dalam buku Introduction to Psycology (1978) mengemukakan : “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”
d. Witherington dalam bukunya Educational Psycology mengemukakan,” Belajar adalah perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.”
(28)
commit to user
10
Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses tersebut terjadi dalam diri seseorang dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru. Belajar menurut teori psikologi Gestalt terjadi jika ada pengertian (insight). Pengertian atau insight ini muncul apabila seseorang setelah beberapa saat mencoba memahami suatu masalah, tiba-tiba muncul suatu kejelasan. Dengan belajar dapat memahami atau mengerti hubungan antara pengetahuan dengan pengalaman di dalam belajar, pribadi atau organisme memegang peranan yang paling sentral. Belajar dilakukan secara sadar,bermotif dan bertujuan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman dan latihan dalam interaksi dengan lingkungannya.
2. Model Pembelajaran
Dalam belajar mengajar terdapat berbagai macam penyajian agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik, efektif, dan efisien yang disebut dengan metode mengajar. Menurut Mulyati Arifin (1995: 107) metode mengajar menyangkut permasalahan fisik apa yang harus diberikan kepada siswa sehingga kemampuan intelektualnya dapat berkembang dan belajar dapat berjalan dengan efisien dan bermakna bagi siswa, sedangkan menurut Mulyani S dan Johar P (2001 : 114) mengatakan : “ metode mengajar adalah cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan”.
Dari dua pengertian metode mengajar diatas, maka dapat disimpulkan metode mengajar adalah cara yang ditempuh guru untuk mencapai tujuan mengajar, yaitu tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai oleh murid dalam kegiatan belajar. Agar proses belajar mengajar mencapai tujuan yang diharapkan maka seorang guru hendaknya memiliki pengertian mengenai sifat, baik mengenai
(29)
commit to user
11
kelebihan dan kekurangan sehingga dapat menentukan pemilihan terhadap metode yang paling tepat dipakai pada pengajaran.
3. Model Pembelajaran SSCS (Search,Solve,Create and Share) a. Pengertian Model Search Solve Create Share (SSCS)
Metode Search Solve Create Share (SSCS) merupakan suatu metode pemecahan masalah yang menekankan pada penggunaan metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Metode SSCS merupakan model strategi pemecahan masalah yang valid, karena dapat mengembangkan pengetahuan yang ada dengan program melibatkan siswa di dalam suatu penyelidikan. model SSCS, siswa dapat berpartisipasi aktif dan mereka dapat bekerjasama untuk menyelidiki (search) pertanyaan, memecahkan (solve) pertanyaan ini, kreasi (create) yang berarti mengkomunikasikan apa yang mereka dapatkan dan berbagi (share) kesimpulan mereka.
Model SSCS didesain untuk mengembangkan dan mempraktekkan konsep ilmu pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis. Dengan menggunakan model ini membantu guru dalam meningkatkan pemikiran kreatif siswa. Metode SSCS melibatkan siswa di dalam menyelidiki situasi yang baru, memikirkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan, dan memecahkan masalah secara realistis. Dengan menggunakan model SSCS, siswa dapat menjadi aktif terlibat dalam mengaplikasikan materi, konsep dan ketrampilan berfikir yang lebih tinggi.
Model pembelajaran SSCS ini menuntut siswa untuk berfikir dan bertindak kritis dan kreatif. Dengan menggunakan strategi pemecahan masalah SSCS, siswa akan lebih bebas di dalam mengemukakan pendapat. Mereka dapat menggali penyelidikan pada penemuan baru dan mengembangkan penemuan baru tersebut, dengan mendesain kekreatifan rencana dan model baru, membuat keputusan praktis yang bijaksana dan suatu metode untuk mengembangkan komunikasi siswa sehingga dapat berkomunikasi dan berinteraksi.
Model pemecahan masalah SSCS didesain untuk mengembangkan dan mempraktekkan konsep ilmu pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis. Dengan
(30)
commit to user
12
menggunakan model ini membantu guru dalam meningkatkan pemikiran kreatif siswa. Model SSCS melibatkan siswa menyelidiki situasi baru,memikirkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah secara realistis. Langkah-langkah model pembelajaran SSCS :
1) Siswa menyelidiki (search) pada suatu pertanyaan topik yang ada dan menyelidiki dengan cara mereka sendiri.
2) Siswa mendesain dan mengimplementasikan penyelidikan untuk dipecahkan sesuai dengan hasil penyelidikan.
3) Siswa menganalisis dan mengimpretasikan data dan mereka mengkreasikan jawaban untuk mengkomunikasikan yang mereka dapatkan.
4) Siswa berbagi hasil jawaban dan mengevaluasi penyelidikan mereka.
Gambar 1. Siklus SSCS
Model SSCS menyediakan kerangka berfikir (framework) guru untuk: 1) Membuka luas minat siswa.
2) Mencurahkan ketrampilan berfikir.
3) Mengaktifkan seluruh siswa untuk berperan serta di dalam belajar.
4) Meningkatkan pengetahuan tentang keterikatan ilmu pengetahuan, teknologi dan sosial (Pizzini, 1991: 6).
SEARCH
SOLVE
CREATE SHARE
Finding Fact
Skill
Learning
(31)
commit to user
13
b. Siklus Model SSCS
Model SSCS didesain untuk mengembangkan dan mempraktekkan konsep ilmu pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis. Siklus SSCS adalah sebagai berikut :
1) Search (Penyelidikan)
a) Mencari fakta: Membuat daftar informasi yang diketahui dan yang berhubungan dengan situasinya.
b) Menganalisis fakta: Mengobservasi dan menganalisis informasi yang diketahui, merumuskan pertanyaan dan mencari jawaban yang berhubungan dengan permasalahan. Mengumpulkan data tambahan jika dirasakan penting.
c) Merumuskan Masalah.
d) Brainstorm (tukar pendapat). Dalam brainstorm diusahakan membuat bermacam-macam ide yang luas dan kreatif. (Pizzini, 1991: 7).
2) Solve (Pemecahan)
a) Mendeterminasi kriteria. Mengidentifikasikan dan mendaftar kriteria yang digunakan dalam seleksi alternatif yang terbaik (solusi).
b) Memilih alternatif. Menggunakan sistem mengikat (grid) untuk menimbang alternatif yang tak sesuai kriteria.
c) Menyelidiki solusi dan prosedur. Memikirkan terus solusinya, mencoba memprediksi kesulitan apa yang harus diatasi.
d) Menetapkan rencana. Menanyakan kepada diri anda sendiri rencananya, menempatkan kedalam perhitungan informasi baru yang telah diterima. Rencana tersebut harus termasuk solusinya bahan yang dibutuhkan orang-orang yang akan terlibat dalam pelaksanaan perlangkah masalah-masalah beserta solusinya yang harus diatasi dan informasi yang tepat . Kumpulan data dan organisasi harusnya diakhiri dalam tahap ini (Pizzini, 1991: 8).
(32)
commit to user
14
3) Create (Kreasi)
a) Mengimplementasikan rencana. Menyatakan masalah anda dan solusi anda seperti seorang penemu, desainer, penjelajah, si pembuat keputusan atau komunikator.
b) Mengucapkan pikiran anda. Komunikasikan kepada anda sendiri misalnya : mengapa anda melakukan hal itu, apa yang sedang anda lakukan.
c) Menampilkan data dan menganalisis.
d) Memilih audience untuk share (ambil bagian). e) Memilih cara presentasi untuk share.
f) Persiapan Create (Pizzini, 1991: 9).
4) Share (ambil bagian/berbagi)
a) Mempromosikan solusi anda. b) Menampilkan solusi anda.
c) Mengkomunikasikan solusi anda secara verbal (lisan atau tulisan) dan atau secara visual (menggunakan gambar/model).
d) Mengevaluasi umpan balik dari orang lain.
e) Merefleksikan pada keefektifan anda sebagai pemecah masalah (Pizzini, 1991: 9).
c. Peran Guru di dalam SSCS
Ketika mengimplementasikan model SSCS, guru mengerjakan berbagai peran yang membantu memudahkan peningkatan pengalaman siswa dalam belajar. Peranan guru berikut direkomendasikan untuk digunakan bersama model SSCS di dalam ruangan kelas:
a) Model strategi untuk penggunaan siswa.
b) Mengecek kepemilikan rencana investigasi siswa. c) Memonitor kemajuan siswa.
Menantang siswa secara remain non jugmental untuk menemukan cara memperbaiki ide mereka, keterangan, desain dan penyelesaian.
(33)
commit to user
15
d. Peran Guru untuk Masing-masing Siklus
Pada penerapan metode SSCS guru mengerjakan berbagai peran yang membantu memudahkan peningkatan pengalaman siswa dalam belajar. Peran guru pada masing-masing siklus adalah sebagai berikut :
1) Search
a) Menciptakan suasana yang beresiko rendah.
b) Memberikan pengalaman untuk membangkitkan pertanyaan.
c) Memimpin dan memastikan tersedianya catatan selama brainstorming (tukar pendapat).
d) Membuat dan memelihara lingkungan yang tanpa prasangka. e) Membantu menjelaskan dan menyempurnakan pertanyaan.
2) Solve
a) Menyediakan berbasai macam bantuan yang berhubugan dengan keselamatan, sumber- sumber dan waktu.
b) Memberikan pertanyaan untuk membantu menjelaskan observasi siswa, pemikiran, dan membantu mereka memikirkan alternatif.
c) Membimbing siswa dalam menghubungkan pengalaman-pengalaman mereka dengan ide- ide.
d) Menyediakan instruksi dalam penggunaan alat-alat baru serta teknik-tekniknya. e) Membimbing siswa dalam mengembangkan metode untuk pengumpulan data
dan pencatatan hasil.
f) Memfasilitasi siswa untuk memperoleh tambahan informasi dan data.
3) Create
a) Menyarankan hasil dan kemungkinan yang ada.
b) Menyediakan instruksi dalam analisa data dan teknik penyampaian. c) Memberikan instruksi dalam persiapan produk.
4) Share
a) Menekankan suasana yang beresiko rendah.
(34)
commit to user
16
c) Membimbing dalam menemukan metode evaluasi penyelidikan dan pengujiannya (Pizzini, 1991: 13).
e. Implementasi Model SSCS
a) SEARCH
a) Pengkatalisasian pertanyaan
Pertanyaan siswa merupakan masalah.perlu menyediakan iklim untuk pemodelan pertanyaan siswa secara terus (secara teratur guru memberikan pertanyaan ilmiah) dan penerimaan (menghargai keingintahuan siswa). Situasi yang bervariasi mampu membuat siswa menggenerasikan pertanyaan, melalui : 1) Kejadian yang tak sesuai.
2) Koran dan majalah.
3) Penggalan alat ilmiah yang baru. 4) Bab dari buku teks atau umum.
5) Kejasian-kejadian khusus seperti rapat, kerja lapangan, atau pidato. 6) Topografi.
7) Investigasi laboratorium.
b) Strategi pengajaran untuk menggeneralisasikan pertanyaan.
1) Sebelum memulai unit baru, guru membantu siswa tentang apa yang mereka ketahui mengenai topic yang baru dan apakah mereka ingin mencari tahu. 2) Sesion perumusan masalah berguna dalam menyusun ide yang dapat diteliti.
a) Semakin banyak semakin baik b) Ide yang dirasa aneh tetap baik.
c) Piggybacking (pengembangan masing-masing ide yang lain) tetap bagus. d) Menghormati pendapat sampai selesai sesi perumusan.
Beberapa ide menejemen yang dicoba guru untuk perumusan masalah termasuk: a) Perumusan masalah dalam kelompok kecil, kemudian kelompok besar. b) Menyuruh masing-masing siswa mencatat ide-ide yang terdengar menarik
(ini akan membantu di kemudian hari).
c) Meminta siswa secara individual menulis beberapa ide sebelum sesi kelompok dimulai.
(35)
commit to user
17
e) Mengelilingi kelas dan ambil bagian.
f) Contoh model pertanyaan yang dapat diteliti oleh guru.
g) Pengumuman topik berikutnya pada sesi perumusan masalah yang lebih sulit.
h) Memberi semangat kelompok individual, atau seluruh kelas untuk membuat jaringan seputar topik yang khas
(Pizzini,1991 : 22) c) Meringkas Daftar
1) Menyuruh siswa mernyusun daftar. (a) Menghilangkan duplikat.
(b) Menyelesaikan item yang tidak selesai. (c) Mengkombinasikan ide-ide.
(d) Menambahkan ide-ide baru. (e) Mengkategorikan ide-ide tersebut.
2) Siswa dapat meringkas topik-topik dengan memfokuskan pada 1 bagian. 3) Memulai mengevaluasi daftar.
(a) Membuat pertanyaan yang tidak resertabel.
(b) Membuang pertanyaan yang tidak mungkin dibahas pada waktu itu.
(c) Menyeleksi pertanyaan yang mengudang minat yang tinggi (Pizzini, 1991:23).
d) Penyeleksian Permasalahan-permasalahan Terakhir.
Penggunaan kriteria membantu para siswa dalam penyelesaian masalah akhir terbaik mereka. Para siswa harus menyeleksi dan menggunakan kriteria yang relevan dengan topik yang sedang diinvestigasi.
Kriteria yang mungkin untuk pemilihan permasalahan: 1) Minat
2) Fasilitas dan peralatan 3) Waktu
4) Keamanan 5) Kepraktisan
(36)
commit to user
18
7) Pengetahuan dari narasumber
8) Latar belakng peneliti/ ketrampilan peneliti 9) Keetersediaan literatur
e) Penyempurnaan Pertanyaan.
1) Pernyataan permasalahan harus jelas, sederhana dan ringkas.
2) Pernyataan tersebut harus menjelaskan secara pasti apa yang peneliti inginkan untuk diketahui.
3) Semua kondisi dan parameter yang penting dikhususkan.
4) Semua istilah yang tidak jelas harus didefinisikan (Pizzini,1991:2).
b)SOLVE
a. Tipe Investigasi
Pertanyaan-pertanyaan dapat diinvestigasikan dengan menggunakan variasi metode penelitian. Tiga metode penelitian akan dijabarkan sebagai berikut:
1) Penelitian deskriptif berarti pengukuran sampel secara sistematik. Contoh : survey, studi observasi, interview.
2) Penelitian korelasional melibatkan perbandingan 2 set pengukuran sampel untuk menentukan jika terdapat hubungan antar variabel (contohnya hubungan antara tinggi dan berat, ukuran dan angka kecepatan jantung atau merokok dan lamanya hidup).
3) Penelitian eksperimental meneliti sebab akibat. Variabelnya harus benar-benar dikontrol.
b. Pengembangan rencana
1) Merumuskan semua kemungkinan cara untuk memecahkan masalah. 2) Menulis langkah demi lamgkah.
3) Menyerahkan rencana guru untuk persetujuan.
4) Menyerahkan rencana untuk kelompok lain untuk dikritik.
5) Mengembangkan rencana kelas, kemudian diselesaikan secara kelompok kecil.
(37)
commit to user
19
c. Penemuan perlengkapan kebutuhan Masing-masing kelompok harus:
1) Membuat permintaan peralatan sebelum memulai tahap solve. 2) Membuat daftar kebutuhan bahan secara tertulis untuk tahap solve. 3) Mengindikasikan item untuk disuplay oleh guru dan masing-masing
anggota kelompok.
4) Menunjuk salah satu anggota kelompok yang berwenang untuk memperbaiki dan mengemblikan bahan untuk penyediaa tempat diruang kelas.
d. Pengumpulan data dan organisasi Siswa harus:
1) Memprediksi hasil sebelum menyimpulkan data. 2) Mendesain data sebelum mengumpulkannya
3) Menyerahkan desain untuk mendapat perdsetujuan guru atau kritik dari kelompok lain
4) Menanyakan kepada diri sendiri, “apakah hasil tersebut memberikan perubahan?”
5) Siswa mungkin membutuhkan bantuan dalam menjaga jarak investigasi (Pizzini, 1991:27).
c) CREATE
a. Menganalisis data dan mendispaly 1) Mengukur tendensi sentral 2) Mengukur variable
3) Korelasi (hubungan)
4) Memilih audience untuk presentasi 5) Memilih tempat untuk presentasi
6) Menyiapkan presentasi (Pizzini, 1991:30).
d)SHARE
a) Praktek
1) Ketika siswa pada tahap create, dia dapat memulai praktek di depan audience/ siswa.
(38)
commit to user
20
2) Siswa harus berkonsentrasi pada presentator ketika mempresentasikan 3) Siswa harus menyatakan /mengeluarkan pendapat pada session ini dan
mengkritik. b) Presentasi
1) Guru melihat kelakuan/perbuatan dan mengevaluasi pada kelompok yang presentasi
2) Guru memberi semangat kepada presenter untuk membawa serta audience dengan:
a) Menyimulasikan penyelidikan
b) Menanyakan pada audience untuk memprediksi kesimpulan c) Membuat pre test/pos test
3) Setelah presentasi, guru memberi waktu untuk berdiskusi dengan cara: a). Memberi komentar positif tentang presentasinya dan investigasi b) Menghubungkan pertanyaan dengan yang di investigasi
4) Evaluasi topik yang dipresentasikan dan mengambil keputusan (Pizzini,1991:36).
4. Model Pembelajaran EDI
(Experimenting, Demonstrating, Information)
Model pembelajaran EDI merupakan kombinasi dari metode eksperimen, demonstrasi dan ceramah. Tekanan utama dari ketiga metode ini terletak pada metode eksperimen dan demonstrasi, sedangkan metode ceramah digunakan dalam upaya menjelaskan hakekat bahan pelajaran (sebagai pengantar) sebelum melakukan demonstrasi dan eksperimen.
a. Metode Eksperimen
Metode Eksperimen adalah salah satu cara mengajar dimana siswa melakukan suatu percobaan, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatannya itu disampaikan ke kelas dan di evaluasi oleh guru. Penggunaan metode eksperimen ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Dengan eksperimen
(39)
commit to user
21
siswa menemukan bukti kebenaran dari teori tentang sesuatu yang sedang dipelajarinya.. (Roestiyah,N.K.,1991: 80).
1) Kelebihan metode eksperimen:
Menurut Mulyati Arifin (1995: 111), keuntungan menggunakan metode eksperimen adalah sebagai berikut :
a) Dapat memberikan gambaran yang kongkrit tentang suatu peristiwa b) Siswa dapat mengamati proses
c) Siswa dapat mengembangkan ketrampilan inkuiri d) Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah
e) Membantu guru untuk mencapai tujuan pengajaran yang lebih efektif dan efisien.
2) Kelemahan metode eksperimen
a) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik mendapat kesempatan untuk mengadakan eksperimen
b) Eksperimen kadang memerlukan waktu yang relative lama
c) Kurangnya persiapan dan pengalaman anak didik akan menimbulkan kesulitan dadalam melakukan eksperimen.
b. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi ialah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran (Syiful Bahri Djamarah,2000:201). Metode ini digunakan bila ingin memperlihatkan bagaimana sesuatu harus terjadi dengan cara yang paling baik. Demonstrasi dapat juga diartikan sebagai cara mengajar dimana seorang instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat mengamati, melihat, mendengar mungkin meraba- raba dan merasakan proses yang diperlihatkan oleh guru tersebut ( Roestiyah,N.K.,1991: 83).
Dengan demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan berkesan secara mendalam, sehingga membentuk penertian dengan baik dan sempurna. Penggunaan teknik demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa mampu
(40)
commit to user
22
memehami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu, dengan demonstrasi siswa dapat mengamati bagian- bagian dari benda atau alat.
1) Kelebihan metode demonstrasi:
a) Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda
b) Memudahkan berbagai jenis penjelasan, penggunaan bahasa dapat lebih terbatas. Hal ini dengan sendirinya dapat mengurangi verbalisme pada anak didik
c) Kesalahan- kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh kongkrit, dengan menghadirkan objek sebenarnya.
2) Kelemahan metode demonstrasi :
a) Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda atau cara kerja yang akan dipertunjukkan
b) Tidak semua benda dapat diperlihatkan
c) Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan ( Syaiful Bahri Djamarah, 2000: 201).
c. Metode Informasi ( Ceramah )
Metode mengajar ceramah menekankan penjelasan guru kepada siswa atau penjelasan siswa kepada siswa lain dalam membahas bahan pelajaran. Tumpuan metodologi ada pada metode ceramah dan Tanya jawab ( Nana Sudjana, 1996: 79).
Dalam metode ini aktivitas ditekankan pada guru, maka guru harus pandai memilih kata- kata sedemikian rupa sehingga dengan suara yang cukup jelas dapat dimengerti dan menarik perhatian siswa. Disini siswa bersikap pasif mendengarkan dengan teliti dan mencatat agar dapat mengambil kesimpulan tanpa memikirkan bahwa ada masalah dalam pelajaran itu.
1) Kelebihan metode ceramah : a) Guru mudah menguasai kelas b) Mudah dilaksanakan
(41)
commit to user
23
d) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran dengan baik. 2) Kekurangan metode ceramah :
a) Mudah menjadi verbalisme ( pengertian kata- kata belaka) b) Bila terlalu lama bias membosankan
c) Guru sukar sekali menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya
d) Siswa memberi pengertian lain pada ucapan guru e) Menyenbabkan anak menjadi pasif
f) Tidak memberi kesempatan berkembangnya self activity, self expression, dan self selection
g) Murid berkecenderungan menghafal ( Roestiyah, N.K,,1991:69).
5. Sikap Ilmiah a. Definisi Sikap Ilmiah
Menurut Berkowitz (1972) dalam Saifuddin Azwar (1987:5) didefinisikan sebagai respon evaluatif. Respon itu sendiri hanya timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individual. Sikap sebagi respon evaluatif merupakan sikap yang didasari oleh proses dalam individu yang memberi kesimpulan nilai terhadap suatu stimulus dalam bentuk baik atau buruk, positif atu negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap suatu obyek sikap. Potensi reaksi yang sudah terbentuk dalam individu pada situasi bebas akan muncul berupa perilaku aktual sebagai cerminan sikap yang sebenarnya.
Sikap ilmiah biasa dikatkan dengan keilmuan, sehingga sikap ilmiah dapat didefinisikan sebagai sikap yang diujudkan dalam bentuk perilaku aktual yang bersifat keilmuan terhadap suatu stimulus tertentu.
a. Aspek sikap ilmiah
Winner Harlen dalam Margono, dkk (1994:150), mengemukakan ada sembilan aspek ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak yakni:
(42)
commit to user
24
1) Sikap ingin tahu (curiosity)
2) Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality) 3) Sikap kerjasama (cooperative)
4) Sikap tidak putus asa (perseverance)
5) Sikap tidak berprasangka (open mindedness) 6) Sikap mawas diri (self awareness)
7) Sikap bertanggungjawab (responsibility) 8) Sikap berfikir bebas (independence in thinking) 9) Sikap kedisiplinan (discipline)
Carin dan Sund dalam bukunya teaching Science Through Discovery, seperti yang dikutip oleh Margono mengemukakan aspek sikap ilmiah yaitu: 1). Sikap ingin tahu (curiosity)
2). Kerendahan hati (humility) 3). Ketidakpercayaan (scepticism)
4). Tidak fanatik (avoidance of dogmatism or gullibility) 5). Tidak berprasangka (open midedness)
6). Pendekatan positif pada kegagalan (a positive approach to failure)
Pendapat lain tentang aspek ilmiah adalah seperti yang dikemukakan oleh Gega dalam Saifuddin Azwar (1987):
1. Sikap ingin tahu (curiosity)
2. Menciptakan sesuatu yang baru (anvestiveness) 3. Berpikir kritis (critical thinking)
4. Ketekunan (persistence)
Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat diambil aspek sikap ilmiah yang penting yakni keingintahuan, tidak berprasangka, daya cipta dan ketekunan.
6. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar terdiri dari kata prestasi dan belajar. Menurut Zainal Arifin (1989:2-3) kata prestasi berasal dari bahasa Belanda “prestatie” kemudian dalam
(43)
commit to user
25
bahasa indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1988:700) Dalam hal ini yang telah dilakukan adalah belajar. Prestasi yang dimaksud meliputi kemampuan, ketrampilan, dan sikap dalam menyelesaikan suatu hal. Biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan guru.
Prestasi belajar merupakan tolok ukur keberhsilan belajar, dengan demikian proses belajar mengajar selalu berkaitan dengan prestasi belajar. Menurut Zainal Arifin (1990: 3-4), prestasi belajar memiliki beberapa fungsi utama,antara lain:
1) Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
2) Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebutkan prestasi sebagai tendensi keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan.
3) Sebagai bahan informasi dan inovasi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa prestai belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4) Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. 5) Sebagai indikator terhadap daya serap siswa.
Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan (hasil belajar) sesuai dengan tuntutan penerapan kuurikulum berbasis kompetensi yang mencakup tiga ranah yaitu:
1) Ranah kognitif
Berhubungan dengan kemampuan berfikir,termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan kemampuan mengevaluasi.(Depdiknas 2003: 1)
(44)
commit to user
26
2) Ranah Afektif
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai.( Depdiknas 2003:1 )
3) Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktifitas fisik. (Depdiknas 2003:1)
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut W.S. Winkel (1983: 309), pencapaian prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : faktor yang berasal dari diri siswa sendiri dan faktor dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari diri siswa meliputi faktor psikis yang terdiri dari faktor psikis yang intelektual dan faktor psikis yang non intelektual. Faktor psikis yang intelektual misalnya taraf intelegensi, kemampuan belajardan cara belajarnya. Faktor psikis non intelektual misalnya motivasi belajar, sikap, perasaan, minat, kondisi psikis, kondisi keadaan sosial dan juga kultural. Faktor lain yang berasal dari diri siswa adalah faktor fisik, yaitu kondisi fisik dari siswa itu sendiri dalam usahanya belajar.
Faktor yang berasal dari diri siswa yaitu faktor lingkungan sekolah yang meliputi faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar di sekolah, misalnya kurikulum pengajaran, disiplin sekolah, efektivitas guru pengajar, fasilitas belajar dan pengelompokan siswa. Faktor lingkungan sekolah yang kedua adalah faktor sosial sekolah, misalnya hubungan antara siswa, guru, dan sekolah. Faktor lingkungan sekolah yang terakhir adalah faktor situasional sekolah, misalnya keadaan politik ekonomi, waktu dan tempat serta musim dan iklim.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 238), prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern.
1) Faktor intern meliputi:
Sikap siswa terhadap belajar, kreativitas, konsentrasi belajar, kemampuan mengolah bahan belajar, kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar,
(45)
commit to user
27
kemampuan menggali hasil belajar yang telah tersimpan, kemampuan berprestasi, rasa percaya diri siswa, intelegensi, kebiasaan belajar.
2) Faktor ekstern antara lain :
Guru pembimbing belajar siswa, sarana dan prasarana belajar, kondisi pembelajaran, kebijakan penilaian, kurikulum yang diterapkan, lingkungan sosial siswa.
Menurut Ngalim Purwanto (1990: 102), prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor individu, dan faktor sosial.
1) Faktor individu adalah faktor yang ada dalam diri individu. Misalnya: kematangan, kecerdasan, motivasi, kesiapan belajar dan faktor pribadi.
2) Faktor sosial adalah faktor yang ada di luar diri individu. Misalnya: keluarga, metode mengajar dan motivasi sosial.
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan kecakapan nyata sebagai hasil dari pengalaman belajar yang dapat diukur secara langsung dan dapat dihitung hasilnya selama periode tertentu.
7. Pokok Bahasan larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit mulai diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X semester II. Berdasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) disebutkan bahwa kompetensi dasar pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit adalah “mengidentifikasi sifat larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan data hasil percobaan”.
a. Larutan Elektrolit dan Larutan Non Elektrolit
Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dibedakan menjadi dua macam, yaitu: Larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.
(46)
commit to user
28
Membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit dapat dilakukan dengan pengujian menggunakan rangakaian listrik sederhana seperti gambar di bawah ini.
Gambar 2. Menguji konduktivitas larutan elektrolit dan non elektrolit Berdasarkan pengujian, jika elektroda dicelupkan ke dalam larutan elektrolit maka lampu akan menyala. Ini menandakan bahwa larutan tersebut menghantarkan arus listrik. Tetapi jika elektroda dicelupkan ke dalam larutan non elektrolit, maka lampu tidak menyala. Ketidakmampuan larutan tersebut untuk menyalakan lampu menandakan bahwa larutan tersebut tidak dapat menghantarkan arus listrik. Hal lain yang dapat diamati untuk membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit adalah ada tidaknya gelembung gas pada saat pengujian menggunakan rangkaian listrik sederhana. Larutan elektrolit bergelembung sedangkan larutan non elektrolit tidak menghasilkan gelembung.(Muchtaridi dan Sandri justiana, 2006:216).
b. Perbedaan Larutan Berdasarkan Daya Hantar Listrik
Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan terbagi menjadi 2 golongan yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
Tabel 1. Perbandingan sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit Larutan Elektrolit Larutan Non Elektrolit 1. Dapat menghantarkan listrik.
2. Terjadi proses ionisasi (terurai
1. Tidak dapat menghantarkan listrik 2. Tidak terjadi proses ionisasi
(47)
commit to user
29
menjadi ion-ion)
3. Lampu dapat menyala terang atau redup dan ada gelembung gas Contoh :
Garam dapur (NaCl), Cuka dapur (CH3COOH), Air accu (H2SO4)
Garam magnesium (MgCl2)
3. Lampu tidak menyala dan tidak ada gelembung gas
Contoh :
Larutan gula (C12H22O11)
Larutan urea (CO(NH2)2)
Alkohol /etanol (C2H5OH)
Pada saat elektroda yang terhubung dengan rangkaian listrik dicelupkan ke dalam larutan elektrolit, ion- ion yang bergerak bebas akan menuju ke elektroda bermuatan. Ion- ion positif akan menuju elektroda negatif (katoda) dan ion- ion negatif akan menuju elektroda positif (anoda). Proses daya hantar listrik suatu larutan elektrolit dapat dilihat pada gambar di bawah.
Gambar 3. Proses daya hantar listrik larutan elektrolit
Sebagai contoh, jika larutan dalam bejana di atas adalah larutan HCl, maka dalam larutan akan terjadi reaksi sebagai berikut :
Reaksi di katoda : 2H+(aq) + 2e → H2(g) Reaksi di anoda : 2Cl-(aq)→Cl2(g) + 2e
(48)
commit to user
30
Larutan HCl di dalam air terurai menjadi kation (H+) dan anion (Cl-). Terjadinya hantaran listrik pada larutan HCl disebabkan ion H+ menangkap elektron pada katoda dengan membebaskan gas Hidrogen. Sedangkan ion-ion Cl -melepaskan elektron pada anoda dengan menghasilkan gas klorin.
Proses di atas akan terus berjalan sehingga terbentuk aliran elektron (arus listrik) dari anoda ke katoda. Aliran listrik ini akan terhenti jika semua ion dalam larutan telah berubah menjadi partikel netral. Artinya, tidak ada lagi ion negatif yang dapat memberikan elektron dan ion positif yang dapat menerima elektron.
c. Pengelompokkan Larutan Berdasarkan Jenisnya
Tabel 2. Pengelompokan Larutan Berdasarkan Jenisnya
Jenis Larutan
Sifat dan Pengamatan
Lain Contoh Senyawa Reaksi Ionisasi Elektrolit
kuat
-terionisasi sempurna -menghantarkan arus listrik listrik
-lampu menyala terang -terdapat gelembung gas
NaCl, HCl, NaOH dan H2SO4 KCl
NaCl → Na+ + Cl -NaOH → Na+ + OH- H2SO4→ 2H+ + SO4 2-KCl → K+ + Cl
-Elektrolit lemah
-terionisasi sebagian -menghantarkan arus listrik
-lampu menyala redup -terdapat gelembung gas
CH3COOH, HCN dan Al(OH)3
CH3COOH → H++ CH3COO-
HCN→ H+ + CN -Al(OH)3 → Al3+ + 3OH
-Non elektrolit
-tidak terionisasi
-tidak menghantarkan arus listrik
-lampu tidak menyala -tidak terdapat gelembung gas
C6H12O6, C12H22O11, CO(NH2)2 dan C2H5OH
C6H12O6, C12H22O11 CO(NH2)2,,C2H5OH
Membedakan larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah juga dapat dilakukan dengan pengujian menggunakan rangkaian listrik sederhana seperti gambar di berikut:
(49)
commit to user
31
Gambar 4. Menguji konduktivitas larutan elektolit kuat ,elektrolit lemah dan non elektrolit
d. Elektrolit Kuat dan Elektrolit Lemah
Jenis dan konsentrasi (kepekatan) suatu larutan dapat berpengaruh terhadap daya hantar listriknya. Untuk menunjukkan kekuatan elektrolit digunakan derajat ionisasi yaitu jumlah ion bebas yang dihasilkan oleh suatu larutan. Makin besar harga α, makin kuat elektrolit tersebut.
1) Reaksi Ionisasi Elektrolit Kuat
Larutan yang dapat memberikan lampu terang, gelembung gasnya banyak, maka larutan ini merupakan elektrolit kuat. Umumnya elektrolit kuat adalah larutan garam. Dalam proses ionisasinya, elektrolit kuat menghasilkan banyak ion. Elektrolit kuat ada beberapa dari asam dan basa.
Contoh :
NaCl (aq) → Na+(aq) + Cl-(aq)
KI (aq) → K+(aq) + I- (aq)
Ca(NO3)2(aq) → Ca2+(aq) + NO3-(aq)
Kation : Na+, Li+, K+, Mg2+ , Ca2+ , Sr2+ , Ba2+ , NH4+
Anion : Cl-, Br-, I-, SO42- , NO3-, ClO4-, HSO4-, CO32- , HCO3-
2) Reaksi Ionisasi Elektrolit Lemah
Larutan yang dapat memberikan nyala redup ataupun tidak menyala, tetapi masih terdapat gelembung gas pada elektrodanya maka larutan ini
(50)
commit to user
32
merupakan elekrtolit lemah. Daya hantarnya buruk dan memiliki α (derajat ionisasi) kecil, karena sedikit larutan yang terurai (terionisasi). Makin sedikit yang terionisasi, makin lemah elektrolit tersebut.
Contoh :
CH3COOH(aq) CH3COO-(aq) + H+ (aq)
NH4OH(aq) NH4+ (aq) + OH- (aq)
e. Senyawa Ion
NaCl adalah senyawa ion, jika dalam keadaan kristal sudah sebagai ion-ion, tetapi ion-ion itu terikat satu sama lain dengan rapat dan kuat, sehingga tidak bebas bergerak. Jadi dalam keadaan kristal (padatan) senyawa ion tidak dapat menghantarkan listrik, tetapi jika garam yang berikatan ion tersebut dalam keadaan lelehan atau larutan, maka ion-ionnya akan bergerak bebas, sehingga dapat menghantarkan listrik. Pada saat senyawa NaCl dilarutkan dalam air, ion-akan menyusup di sela-sela butir-butir ion tersebut (proses hidrasi) yang akhirnya akan terlepas satu sama lain dan bergerak bebas dalam larutan.
Reaksi: NaCl (s) + air → Na+ (aq) + Cl- (aq)
Proses ionisasi padatan natrium klorida (garam dapur) dapat dilihat pada gambar di bawah.
(1)
kelas SSCS sikap ilmiah tinggi dan siswa kelas EDI sikap ilmiah tinggi terhadap prestasi belajar psikomotor siswa. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 35). Dari rangkuman Tabel 37 disimpulkan bahwa : H0 ditolak karena Fhitung > Ftabel . Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara siswa kelas SSCS sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah dan siswa kelas EDI sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi belajar psikomotor siswa. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 35).
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian hasil belajar yang lebih tinggi pada pembelajaran kimia pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit antara yang menggunakan model SSCS dan EDI yang ditinjau dari sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar.
Dalam penelitian ini terdapat tiga hipotesis. Hasil analisis variansi dua jalan, diperoleh dua hipotesis yang diajukan ditolak dan satu hipotesis yang diterima. Analisis dilakukan dengan taraf signifikansi 0,05, derajat kebebasan 1 dan jumlah sampel 79 siswa didapatkan :
1. Pengujian hipotesis pertama
Untuk menguji hipotesis yang pertama pembelajaran kimia dengan model SSCS dan EDI memberi pengaruh terhadap prestasi belajar pada materi pokok larutan elektrolit dan non elektrolit, digunakan analisis variansi dua jalan sel tak sama. Dari anava dua jalan dengan sel tak sama aspek kognitif diperoleh Fhit = 7,9077 > 3,98 = Ftab. Hal ini berarti pembelajaran dengan mengunakan model SSCS dan model EDI memberikan perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Untuk aspek afektif diperoleh Fhit = 23,1735 > 3,98 = Ftab. Hal ini berarti pembelajaran dengan mengunakan model SSCS dan model EDI memberikan perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar afektif siswa pada materi pokok larutan elektrolit dan non elektrolit. Untuk aspek psikomotor diperoleh Fhit = 24,5182 > 3,98 = Ftab. Hal ini berarti pembelajaran dengan mengunakan model SSCS dan model EDI
(2)
commit to user
memberikan perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar psikomotor siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit
Berdasarkan analisis data, ternyata terdapat perbedaan selisih prestasi belajar yaitu antara kelompok siswa yang dikenai pembelajaran dengan model SSCS dan model EDI. Rerata nilai prestasi belajar pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit pada kelas yang dikenai pembelajaran dengan model EDI lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang dikenai pembelajaran dengan model SSCS. Pada prestasi belajar kognitif siswa, kelas yang dikenai dengan model EDI memperoleh prestasi rata-rata = 17,08 lebih tinggi dibanding dengan kelas yang dikenai pembelajaran dengan model SSCS yang mempunyai rata-rata = 13,08. Sedangkan untuk prestasi belajar afektif siswa, kelas yang dikenai dengan model EDI memperoleh prestasi rata-rata = 45,65 lebih tinggi dibanding dengan kelas yang dikenai pembelajaran dengan model SSCS yang mempunyai rata-rata = 39,77. Untuk prestasi belajar psikomotor siswa, kelas yang dikenai dengan model EDI memperoleh prestasi rata-rata = 18,10 lebih tinggi dibanding dengan kelas yang dikenai pembelajaran dengan model SSCS yang mempunyai rata-rata = 15,92. Tingginya rata-rata prestasi aspek kognitif, rata-rata prestasi aspek afektif maupun rata-rata prestasi aspek psikomotor yang dikenai pembelajaran dengan model EDI menunjukkan bahwa model EDI memberikan hasil yang lebih baik dalam meningkatkan prestasi belajar aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotor pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan mengunakan model SSCS dan model EDI memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar kimia pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit dimana pembelajaran model EDI memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan model SSCS dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Penggunaan model pembelajaran EDI ternyata memberikan hasil yang lebih baik. Hal ini dikarenakan pada model EDI merupakan kombinasi dari metode eksperimen, demonstrasi dan ceramah. Dalam model ini, dengan kombinasi metode eksperimen dan demonstrasi siswa dapat melihat gambaran yang kongkrit tentang suatu peristiwa, mengamati proses, mengembangkan
(3)
ketrampilan inkuiri, ditambah dengan metode ceramah guru mudah menerangkan bahan pelajaran dan juga menguasai kelas dengan baik. Untuk model SSCS siswa memang dituntut untuk lebih mandiri dan aktif dalam berpikir sesuai kreativitas mereka, tetapi siswa harus menemukan sendiri permasalahan, mencari pemecahan sendiri dimana masih sulit dilakukan sebagian besar siswa.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Pada pengujian hipotesis yang kedua menyatakan bahwa sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit. Hasil pengujian menunjukkan untuk aspek kognitif bahwa Fhitung = 8,8697 > Ftabel 3,98 yang berarti Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa sikap ilmiah siswa memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar kognitif. Untuk aspek afektif diperoleh Fhit = 9,6111 > 3,98 = Ftab. Hal ini menunjukkan bahwa sikap ilmiah siswa memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar afektif. Untuk aspek psikomotor diperoleh Fhit = 7,7825 > 3,98 = Ftab Hal ini berarti terdapat pengaruh antara sikap ilmiah terhadap prestasi belajar psikomotor siswa.
Hasil anava menunjukkan bahwa kelas SSCS pada kelompok siswa dengan sikap ilmiah tinggi mempunyai rerata selisih nilai prestasi aspek kognitif 15,2075 dan kelompok siswa dengan sikap ilmiah rendah memiliki rerata selisih nilai prestasi kognitif 11,5952, untuk aspek afektif rerata nilainya 41,6875 dengan sikap ilmiah kategori tinggi dan 38,4348 untuk sikap ilmiah kategori rendah. Untuk aspek psikomotor rerata nilainya 16,5625 dengan sikap ilmiah kategori tinggi dan 15,4783 untuk sikap ilmiah kategori rendah. Sedangkan pada kelas EDI pada kelompok siswa dengan sikap ilmiah tinggi mempunyai rerata selisih nilai prestasi aspek kognitif 18,7882 dan kelompok siswa dengan sikap ilmiah rendah memiliki rerata selisih nilai prestasi kognitif 15,0011, untuk aspek afektif rerata nilainya 47,3182 dengan sikap ilmiah kategori tinggi dan 43,6111 untuk sikap ilmiah kategori rendah. Untuk aspek psikomotor rerata nilainya 18,6364 dengan sikap ilmiah kategori tinggi dan 17,4444 untuk sikap ilmiah kategori rendah Hal ini berarti siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi memiliki prestasi baik kognitif,
(4)
commit to user
afektif maupun psikomotor yang lebih baik bila dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit dimana siswa yang mempunyai sikap ilmiah kategori tinggi menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan sikap ilmiah kategori rendah.
Siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi cenderung memiliki rasa ingin tahu yang lebih, belajar dengan penuh percaya diri, bertanggungjawab dan mempunyai ketekunan terhadap tugas-tugas dan selalu berusaha memperoleh prestasi belajar yang lebih baik. Keyakinan dan keingintahuan yang kuat terhadap pengetahuan baru merupakan modal dasar bagi siswa dalam meraih prestasi belajar yang lebih baik. Untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah cenderung bersikap pasif, kurang memiliki rasa ingin tahu, mudah menyerah pada kondisi, tidak mempunyai keinginan yang kuat untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih baik.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama aspek kognitif diperoleh Fhit = 0,0049 < 3,98 = Ftab , sehingga Fhit anggota daerah kritik. Untuk aspek afektif diperoleh Fhit = 0,0410 < 3,98 = Ftab , sehingga Fhit anggota daerah kritik. Untuk aspek psikomotor diperoleh Fhit = 0,0174 < 3,98 = Ftab , sehingga Fhit anggota daerah kritik. Hal ini berarti tidak ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran SSCS dan model EDI dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor.
Perubahan prestasi belajar siswa dikarenakan oleh model pembelajaran yang diterapkan bukan karena sikap ilmiah tinggi atau rendah, dengan kata lain model pembelajaran dan sikap ilmiah tidak saling mempengaruhi atau tidak berinteraksi.
(5)
commit to user
74
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran SSCS dan EDI terhadap prestasi belajar kimia pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit. Hal ini dapat diketahui dari aspek kognitif Fhitung = 7,9077 > Ftabel = 3,98, aspek afektif Fhitung = 23,1735 > Ftabel = 3,98 dan aspek psikomotor Fhitung = 24,5182 > Ftabel = 3,98.
2. Model pembelajaran EDI memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar siswa dari pada model pembelajaran SSCS pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit. Hal ini dapat diketahui rerata nilai prestasi belajar kelas EDI untuk aspek kognitif: 17,08, aspek afektif: 45,65, aspek psikomotor: 18,10. Sedangkan kelas SSCS untuk aspek kognitif: 13,08, aspek afektif: 39,77, aspek psikomotor: 15,92.
3. Terdapat pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap peningkatan prestasi belajar pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit. Hal ini dapat diketahui dari aspek kognitif Fhitung = 8,8697 > Ftabel = 3,98, aspek afektif Fhitung = 9,6111 > Ftabel = 3,98 dan aspek psikomotor Fhitung = 7,7825 > Ftabel = 3,98.
4. Tidak ada interaksi antara pembelajaran dengan model SSCS dan model EDI dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit. Hal ini dapat diketahui dari aspek kognitif Fhitung = 0,0049 < Ftabel = 3,98, aspek afektif Fhitung = 0,0410 < Ftabel = 3,98 dan aspek psikomotor Fhitung = 0,0174 < Ftabel = 3,98.
(6)
commit to user
B. Implikasi
Bertitik tolak dari kesimpulan di atas, implikasi yang dapat disampaikan dalam upaya peningkatan prestasi belajar kimia siswa kelas X semester 2 SMA Negeri 1 Ceper, antara lain :
1. Model pembelajaran EDI dapat diterapkan pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit, dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Pada pembelajaran kimia pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit perlu memperhatikan sikap ilmiah siswa. Karena siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan sikap ilmiah rendah.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Dalam penyampaian mata pelajaran kimia pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit sebaiknya digunakan Model pembelajaran EDI dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Apabila ada 2 model pembelajaran yang dipakai, yaitu model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI, maka model pembelajaran EDI dapat dipilih untuk digunakan dalam proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
3. Sikap ilmiah siswa memberikan dampak yang berbeda terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit, maka guru perlu memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sikap ilmiah dalam menyampaikan materi pelajaran khususnya pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit siswa sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal pada prestasi belajar siswa.
4. Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar, sehingga dapat menambah pengetahuan guru dalam upaya meningkakan prestasi belajar siswa.