Mengidentifikasi Kebiasaan, Adat, dan Etika dalam Novel Angkatan 20–30-an
Pelajaran 6 Komunikasi
129
Budak itu memegang tangan ibunya, seraya memandang mukanya dengan pandang
yang lemah. Ibunya memeluk dan mencium cahaya matanya itu, seraya berkata: “Ibu tidak
menidakkan pemberian Allah, nafkah kita cukup selamanya, dan Riam lebih daripada
permata yang mahal bagi ibu.”
Sudah tentu si anak itu kurang mengerti akan ibunya itu. Sebab itu, ia melihat muka
ibunya lagi dengan herannya. “Anakku bertanya tadi, apa sebabnya ada orang kaya
dan ada pula orang miskin, sedang Tuhan itu menyayangi sekalian yang diadakan-Nya. Apa
sebabnya, orang kaya itu kaya, ada. Ibu sudah berkata dahulu, Tuhan itu amat menyayangi
manusia itu, bukan?”
“Ya, Mak” sahut Mariamin, “Bagus. Allah yang Rahim amat mencintai hambanya.
Oleh sebab itu, haruslah manusia itu menaruh sayang kepada sesamanya manusia.
Mereka itu harus tolong-menolong. Riam berkata tadi ibu si Batu miskin, kita kaya.
Jadi sepatutnya bagi kita menolong mereka itu, itulah kesukaan Allah. Riam pun haruslah
mengasihi orang yang papa lagi miskin, dan rajin disuruh Mak mengantarkan makanan ke
rumah orang yang serupa itu. Sudahkah mengerti Riam, apa sebabnya orang kaya itu
kaya?”
“Sudah, yakni akan menolong manusia yang miskin,” sahut si anak yang cerdik itu.
“Benar, begitulah kehendak Allah” kata si ibu serta mencium kening anaknya itu
berulang-ulang, matanya basah oleh air mata; dalam hatinya berkata, “Mudah-mudahan
Allah memeliharakan anakku ini dan memberikan hati yang pengiba bagi dia.”
Azab dan Sengsara, 2001:81-84
Berdasarkan kutipan novel tersebut, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Kebiasaan, adat, dan etika yang terdapat dalam kutipan novel
adalah berikut. a. Budaya makan keluarga selalu dilakukan bersama-sama
lengkap; ayah, ibu, dan anak. Jika ada sesuatu hal yang di luar kebiasaan terjadi, maka anak diperbolehkan makan
terlebih dahulu. Sementara istri harus tetap mengunggu suaminya. Kutipannya sebagai berikut.
“Ayah sudah datang, sajikanlah nasi itu Mak, saya pun sudah lapar,” …
“Baik, … Panggillah ayahmu, supaya kita bersama-sama makan …”
“Ayah belum hendak makan” … “Baiklah anakku dahulu makan, hari sudah tinggi. Ibulah nanti kawan
ayahmu makan.”
b. Anak harus menurut perintah ibunya. Kutipannya sebagai berikut.
“Pekerjaan itu, yakni mengantar-antarkan sedekah ke rumah orang lain, tiadalah paksaan bagi
Mariamin …”
“Jadi sepatutnya bagi kita menolong mereka itu, itulah kesukaan Allah. Riam pun haruslah mengasihi orang
yang papa lagi miskin, dan rajin disuruh Mak mengantarkan makanan ke rumah yang serupa itu.”
Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 3
130
2. Perasaan dan pola pikir yang digunakan dalam novel sangat
sederhana dan sesuai dengan realitas. Hal ini ditunjukkan saat Ibu Mariamin menjelaskan kepada Mariamin tentang mengapa
ada orang kaya dan mengapa ada orang miskin. Penjelasan tersebut diungkapkan secara sederhana, bijaksana, dan masuk
akal.
3. Keterkaitan isi kutipan novel dengan kehidupan masa kini.
a. Kebersamaan dalam keluarga harus dibina sejak anak- anak masih berusia dini. Contoh: makan bersama adalah
kesempatan keluarga untuk dapat berkumpul bersama. b. Hidup hemat juga harus diterapkan dalam kehidupan
keluarga sehingga mampu menjadi teladan bagi si anak. Contoh: Ibu Mariamin meneladankan sikap dan perilaku
hemat dengan memilih menganyam tikar daripada membelinya di pasar.
c. Menanamkan nilai tolong-menolong kepada anak dapat dilakukan dengan cara orang tua memberikan teladan
sikap dan perilaku. Contoh: Ibu Mariamin sering meminta anaknya mengantarkan makanan ke rumah orang yang
miskin.
d. Menanamkan nilai-nilai persamaan derajat juga dapat dilakukan sejak anak masih berusia dini. Contoh: Mariamin
anak orang kaya bersahabat karib dengan Aminuddin anak orang miskin.
Dalam mengidentifikasi kebiasaan, adat, dan etika yang terdapat dalam novel angkatan 20 sampai 30-an, kalian dapat
melihat nilai historis yang terdapat dalam kutipan novel tersebut. Selain itu, kalian juga dapat mengidentifikasikannya dari ungkapan
peribahasa yang terdapat dalam kutipan novel.
Berikut dijelaskan nilai historis dan ungkapan peribahasa yang terdapat dalam kutipan novel Azab dan Sengsara.
1. Nilai historis yang terdapat dalam kutipan novel.
Sekolah zaman dulu adalah SR Sekolah Rakyat. Sekolah ini diperuntukkan bagi anak orang kaya, dan anak bangsawan.
Berdasarkan catatan sejarah diketahui bahwa pendirian sekolah ini sebagai akibat dijalankannya politik balas budi
politik etik pemerintah Belanda sejak tahun 1918. Dengan adanya Sekolah Rakyat ini memberikan kesempatan bagi
kalangan pribumi untuk belajar membaca dan menulis. Setelah mereka pandai, kelak akan dijadikan pegawai pemerintah
Belanda.
Pelajaran 6 Komunikasi
131
2. Ungkapan peribahasa yang terdapat dalam kutipan novel.
a. “Hemat pangkal kaya, sia-sia utang tumbuh” artinya kalau hendak kaya harus pandai berhemat, sebab kalau
boros tentu terjerumus ke dalam utang. b. “Hendak kaya berdikit-dikit, hendak mulia bertabur
urai” artinya kalau ingin kaya, harus pandai berhemat; kalau ingin jadi orang terpandang wajib suka berdana.
c. “Hancur badan di kandung tanah, budi baik dike- nang jua” artinya budi bahasa yang baik takkan mudah
dilupakan orang. d. “Alang berjawat, tepuk berbalas” artinya baik dibalas
dengan baik, jahat dibalas dengan jahat. e. “Kecil teranja-anja, besar terbawa-bawa” artinya
apabila selagi kecil dimanjakan, sudah besar akan bermanja-manja.
f. “Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga”
artinya sifat anak tak jauh dari sifat orang tuanya. g. “Di mana ranting dipatah, di situ air disauk” artinya
hendaklah kita menurut adat-istiadat negeri tempat kita tinggal.
h. “Guru makan berdiri, murid makan berlari” artinya kelakuan guruorang tua selalu diturut muridanaknya.
i. “Tuntut ilmu dari ayunan sampai ke liang kubur”
artinya belajarlah selalu sejak muda sampai tua.
Uji Kemampuan 3
Guna meningkatkan kemampuanmu terhadap materi mengidentifikasi novel angkatan 20-30-an, bacalah kutipan
novel berikut dengan cermat
Maka menyerahlah Midun belajar silat oleh ayahnya kepada Pendekar Sutan. Karena
Pak Midun seorang yang tahu dan arif, tiadalah ditinggalkannya syarat-syarat aturan
berguru, meskipun tempat anaknya berguru itu adik sebapak dia. Pendekar Sutan
dipersinggah dibawa, dijamu oleh Pak Midun dengan makan-minum, maka
diketengahkannyalah oleh Pak Midun syarat- syarat berguru ilmu silat, sebagaimana yang
sudah di Minangkabau. Syarat berguru silat itu adalah; beras sesukat, kain putih
sekabung, besi sekerat pisau sebuah, uang serupiah, penjahit jarum tujuh, dan sirih
pinang selengkapnya. Segala barang-barang itu sebenarnya
kiasan saja semuanya. Arti dan wujudnya: Beras sesukat, gunanya akan dimakan
guru, selama mengajari anak muda yang hendak belajar itu, seolah-olah mengatakan;
perlukanlah mengajarnya, janganlah dilalaikan sebab hendak mencari penghidupan
lain.
Kain putih sekabung, “alas tobat” namanya; maksudnya dengan segala putih hati
dan tulus anak muda itu menerima pengajaran; samalah dengan kain itu putih
dan bersih hati anak muda itu menerima barang apa yang diajarkan guru. Ia akan
Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 3
132
menurut suruh dan menghentikan tegah. Dan lagi mujur tak boleh diraih, malang tak boleh
ditolak, kalau sekiranya ia kena pisau atau apa saja sedang belajar, kain itulah akan
kafannya kalau ia mati.
Besi sekerat pisau sebuah itu maksudnya, seperti senjata itulah tajamnya
pengajaran yang diterimanya dan lagi janganlah ia dikenai senjata, apabila telah
tamat pengajarannya.
Uang serupiah, ialah untuk pembeli tembakau yang diisap guru waktu melepaskan
lelah dalam mengajar anak muda itu. Hampir searti dengan beras sesukat tadi.
Penjahit tujuh, artinya sepekan tujuh hari hendaklah guru itu terus mengajarnya, dengan
pengajaran yang tajam seperti jarum itu. Dan meski tujuh macamnya mara bahaya yang
tajam-tajam menimpa dia, mudah-mudahan terelakkan olehnya, berkat pengajaran guru
itu. Pengajaran guru itu menjadi darah daging hendaknya kepadanya, jangan ada yang
menghalangi, terus saja seperti jarum yang dijahitkan.
Sirih pinang selengkapnya, artinya ialah akan dikunyah guru waktu ia menghentikan
lelah tiap-tiap sesudah mengajar anak muda itu, dan lagi sirih pinang itu telah menjadi
adat yang biasa di tanah Minangkabau.
Sengsara Membawa Nikmat, Tulis Sutan Sati
TAGIHAN
1. Carilah novel Indonesia terbitan tahun 1920 sampai 1930-an
2. Bacalah sebuah novel yang menurutmu menarik
3. Buatlah rangkuman singkat tentang isi novel tersebut
4. Temukanlah kebiasaan, adat, dan etika yang terdapat dalam
novel tersebut 5.
Jelaskanlah keterkaitan isi novel tersebut dengan kehidupan nyata sekarang
Kerjakanlah sesuai dengan perintah
1. Temukanlah kebiasaan, adat, dan etika yang terdapat dalam
kutipan novel tersebut 2.
Jelaskanlah keterkaitan isi kutipan novel tersebut dengan kehidupan nyata sekarang