Pelajaran 9 Pertanian
199
2002 terjadi penurunan. Jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian menjadi 6,18 juta jiwa. Pada tahun 2003, terjadi
peningkatan yang cukup tajam. Jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian adalah tertinggi dibanding tahun-tahun
lainnya, yaitu mencapai 6,78 juta jiwa. Selanjutnya, jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian ke tahun-tahun
berikutnya makin merosot hingga tahun 2006.
Uji Kemampuan 3
Bacalah teks berikut dengan cermat
Tahun 2000, jumlah penduduk Indone- sia akan mencapai 200 juta sampai 210 juta
jiwa. Perkiraan ahli statistik itu tidak terlalu meleset. Juga perkiraan mengenai ledakan
populasi yang akan menimbulkan masalah lingkungan, energi, pangan, dan gizi. Semua
masalah itu dihadapi Indonesia saat ini.
Jumlah penduduk saat ini 230 juta jiwa. Gizi buruk pada anak balita sering terjadi.
Produksi pertanian pangan berkejaran dengan keperluan yang dicerminkan oleh tingginya
harga bahan pangan dan keperluan pokok lainnya.
Kompleksitas masalah jumlah penduduk dan penyediaan pangan adalah tantangan yang
dihadapi bangsa Indonesia sejak memulai Pembangunan Lima Tahun Pelita I tahun
1969, minus globalisasi.
Ketika itu jumlah penduduk Indonesia 120 juta jiwa dengan pertumbuhan 2,3 persen
per tahun dan sebagian besar di Jawa. Produksi pertanian sangat rendah.
Ahli ekonom pertanian, A.T. Birowo, mencatat, tahun 1968 produksi beras nasional
rata-rata 1,27 ton per hektare ha dengan luas tanam 8,02 juta ha.
Ekonomi Indonesia juga belum terdiversifikasi, terlihat dari sumbangan sektor
pertanian sebesar 50 persen pada produk domestik bruto PDB, 50 persen ekspor dari
sektor pertanian dalam arti luas, penyumbang besar untuk pembentukan modal, dan
pemberian lapangan kerja untuk 70 persen penduduk.
Berikut dijelaskan ke dalam grafik mengenai perekonomian dan ekonomi
berdasarkan sektor pertanian menurut Badan Pusat Statistik.
Grafik 9.2
Sumber: Kompas, 31 Januari 2008, dengan
pengubahan
Kerjakanlah soal-soal berikut dengan cermat di buku tugasmu
1. Apakah tema pokok pada teks di atas?
2. Apakah fungsi pencatuman grafik pada bacaan di atas?
3. Jelaskan isi tabel di atas dalam bentuk kalimat
4. Susunlah kalimat-kalimat tersebut menjadi uraian bentuk
paragraf
1974 1972
1970 2006
2004 2006
2002 2000
1998 1996
1994 1992
1990 1988
1986 1984
1982 1980
1978 1968
Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 3
200
D. Menyusun Naskah Drama berdasarkan Cerpen
Sebuah drama dapat dikatakan sebagai karya yang sempurna apabila drama tersebut sudah selesai dipentaskan. Namun, karena
satu dan lain hal, ada beberapa naskah drama yang tidak dapat dipentaskan. Naskah drama yang tidak dapat dipentaskan disebut
dengan istilah “closed drama”.
Drama merupakan sebuah seni yang kompleks, karena di dalamnya terdapat berbagai macam seni, seperti seni sastra,
dekorasi tata panggung, tata lampu, busana, make up, musik, dan lain sebagainya. Untuk itu, pemahaman terhadap sebuah drama
tidak cukup hanya dengan membaca naskah drama tanpa melihat hasil interpretasi dari sang sutradara di atas panggung.
Saat ini, banyak karya drama yang diciptakan atau dibuat berdasarkan karya-karya lain seperti prosa cerpen atau novel
dan puisi. Proses perubahan karya semacam ini dikenal dengan istilah ekranisasi, misalnya: kita mengenal ada sinetron “Cintaku di
Kampus Biru” yang diangkat dari novel dengan judul yang sama karya Mira. W; “Si Doel Anak Sekolah” diangkat dari novel “Si
Doel Anak Betawi”; film “November 1828” diangkat dari novel “Diponegoro”; film “Sengsara Membawa Nikmat” diangkat dari
novel “Sengsara Membawa Nikmat”, film “Sitti Nurbaya” diangkat dari novel “Sitti Nurbaya”, dan lain sebagainya.
Kita pun dapat berlatih membuat naskah drama berdasarkan bentuk karya sastra yang lain. Berikut ini bentuk karya prosa
cerpen yang kemudian diangkat menjadi naskah drama. Perhatikanlah dengan cermat bacaan berikut sebagai bahan
referensi kalian
Tujuan Pembelajaran
Tujuan belajar kalian adalah dapat meng-
ubah naskah karya sastra cerpen menjadi
naskah drama yang siap dipentaskan.
MIMPI
Karya: Putu Wijaya “Ya Tuhan, baru sekali inilah Kau
kabulkan aku untuk mimpi, padahal aku sudah setengah mati merindukannya. Baru
sekarang aku bisa melakukan apa saja yang ingin aku lakukan. Memukul pohon cemara
misalnya,” katanya sambil menyepak dengan tenang pohon cemara itu.
“Atau melemparkan sebuah botol kosong ke atas panggung …” Ia segera mencari botol
Seven Up kosong. Yang ditemukannya sebuah botol
Fanta, lalu dilemparkannya ke panggung. Seekor kucing melonjak karena
bunyi pecahan botol itu. Pian tertawa ngakak. “Gile,” katanya
berulang-ulang. “Baru sekali ini aku berhasil menjelmakan mimpiku. Coba kapan lagi aku
bisa naik ke atas menara lampu ini kalau bukan sekarang dan mencuri lampu-
lampunya?”
Tanpa pikir panjang lagi, ia langsung memanjat menara lampu, mencopot lampu-
lampu follow dan kemudian menjatuhkan balonnya ke bawah, bunyinya berdencing.
Pian ketawa lagi.
Hari sudah pukul tiga, sedang enak- enaknya orang tidur. Entah kenapa tak seorang
pun yang menghalangi apa yang dilakukan
Sumber: Dok. Penerbit
Pelajaran 9 Pertanian
201
oleh Pian. Bahkan ketika Pian kemudian meloncat turun dari tembok dan ngeloyor
menaiki sebuah mobil yang kebetulan parkir. Sopirnya sedang ngorok. Pian langsung saja
membetot dan menendangnya keluar. Kemudian ia menjalankan mobil itu keluar
sedikit seradak-seruduk, sebab ia memang tidak lihai betul mengemudi.
“Pokoknya aku harus ke Pecenongan sekarang,” katanya sambil melewati gerbang
TIM. Begitu selamat lewat gerbang, gas
ditancapnya, mobil melesat ke arah yang bertentangan dengan arah lalu lintas, maklum
jalan Cikini sebenarnya jalan satu arah. Dengan cepat ia lewat di pompa bensin,
lalu melemparkan puntung rokok sambil meludah.
“Rasain lhu. Kapan lagi gue bisa ngelempar rokok di pompa bensin kalau
bukan sekarang” teriaknya dengan acuh. Ia juga sengaja menabrak warung Tegal
dengan memaki-maki, “He mata lhu di mana, jualan yang bener dong, lihat mobil lewat
masih nongkrong saja kayak nggak pernah lihat mobil. Masih pingin hidup nggak?”
tanyanya. Karena gertaknya yang keras itu tak ada orang yang berani protes. Mengira ia
militer yang sedang mabuk.
Karena terlalu banyak variasi, mobil Pian tidak sempat sampai di Pecenongan. Agaknya
Pecenongan juga sudah sepi. Di samping itu Pian sendiri sudah lupa mau ke mana. Setelah
putar-putar nabrak sana nabrak sini, entah berapa korban yang jatuh, mobilnya mulai
batuk-batuk. Periksa punya periksa rupanya bensinya mulai habis.
“God Verdom Zeg, Gresi Kok mobil dalam mimpi bisa kehabisan bensin” teriak
Pian sambil tertawa. Sambil nggenjot gas kemudian ia tekan
klakson. Korek api diraihnya. Lalu mobil itu dibakarnya. Sementara mobil meluncur
menuju ke tangki minyak yang sedang parkir di muka Rumah Sakit, ia melompat.
Pian terpental-pental. Kepalanya benjol- benjol dan berdarah. Seluruh tubuhnya luka-
luka kecil. Mungkin sekali salah satu bagian tubuhnya patah. Tapi ia masih sempat berdiri.
“Aneh juga, mimpi kok bisa sakit seperti ini,” katanya sambil mengurut badannya.
Tetapi yakin bahwa itu hanya mimpi, ia segera menguatkan dirinya bahwa setelah
mimpi berakhir, toh segala kesakitan itu akan dengan sendirinya pudar.
Dengan tertatih-tatih Pian pulang. Ia tersungkur di selokan. Badannya basah kuyup,
tapi ia hanya ketawa. “Ini cuma mimpi. Dan mimpi buruk
biasanya pahalanya kebalikannya,” katanya menghibur diri.
Pian termenung. “Ya Tuhan,” rintihnya. “Mengapa
mimpi ini panjang sekali. Aku cuma mau makan di Pecenongan, mengapa panjang
sekali jalannya. Apa sih salahnya orang ingin mimpi makan sekali. Mentang-mentang nama
gua Pian. Gua nggak mau mimpi lagi dah sekarang, kapok. Gua jual mimpi ini sama
penjahat. Sama Idi Amin. Sama raksasa. Sama setan, biar dimakannya semua isi dunia ini.
Masak jadi begini. Mau nggak gua jual mimpi ini sama Rusia, sama Amerika? Makanya kasih
dong Pian ini kesempatan sedikit, ...”
Pian tidak bisa melanjutkan kata- katanya. Badannya lemas. Ia rubuh. Tapi
bersamaan dengan itu, hilang segala sakit. Segala perasaan. Segala keluh. Hilang segala
mimpi. Ia tergeletak di depan rumahnya. Kaku. Matanya terpejam. Tapi mulutnya
tersenyum, seakan-akan ia sudah terlepas dari mimpi buruk dan kembali ke dalam
kehidupan nyata.
Jakarta, 2 September 1981
Sumber: Mimpi dalam Gress, 1987
Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 3
202
Beberapa hal yang perlu kalian perhatikan dalam memilih karya sastra bukan bentuk drama, yang akan kalian jadikan menjadi
naskah drama, antara lain berikut. 1.
Pilihlah naskah yang memiliki tema atau cerita yang menarik. 2.
Pilihlah naskah yang memiliki muatan yang dapat kalian bentuk menjadi dialog antartokoh.
3. Pahamilah isi cerita atau tema dari karya tersebut sebelum
kalian ubah menjadi bentuk drama. 4.
Kembangkan kreativitas pemikiran kalian dengan referensi yang kalian miliki untuk menciptakan bentuk-bentuk dialog
dengan diksi yang menarik.
Berikut naskah drama sebagai hasil penggubahan cerpen “Mimpi” di atas, sebagai bahan pertimbangan kalian dalam
menyusun sebuah naskah drama dari karya sastra lain.
Mimpi
Karya: Putu Wijaya Pian : Ya Tuhan, baru sekali inilah Kau
kabulkan aku untuk mimpi, padahal aku sudah setengah mati merindukan-
nya. Baru sekarang aku bisa melakukan apa saja yang ingin aku
lakukan. Memukul pohon cemara misalnya
sambil menyepak dengan tenang pohon cemara itu
Atau melemparkan sebuah botol kosong ke atas panggung …
lalu sebuah botol kosong melayang ke atas
panggung. Gile
sambil tertawa ngakak Baru sekali ini aku berhasil
menjelmakan mimpiku. Coba kapan lagi aku bisa naik ke atas menara
lampu ini kalau bukan sekarang ini
Ha … ha … ha … sambil terus
memanjat ke atas, lalu mencopot dan menjatuhkan lampu-lampu itu ke
bawah Ha ... ha ... ha ...
Hari sudah pukul tiga dini hari, orang sedang enak-enaknya tidur. Dan entah kenapa tak ada
seorang pun yang menghalangi apa yang dilakukan Pian.
Pian : Pokoknya aku harus ke Pecenongan sekarang
Sambil terus tertawa Pian seolah mengemudikan mobilnya seradak-
seruduk, lampu-lampu merah diterjangnya, pejalan, pedagang kaki
lima, dan mobil mewah yang kebetulan parkir di pinggir jalan
diserempetnya
Ha ... ha ... haa Dengan cepat ia pun lewat di pompa
bensin, lalu melemparkan puntung- puntung rokok sambil meludah
Rasain lhu Kapan lagi gua bisa ngelempar rokok di pompa bensin
kalau bukan sekarang Suara berdebum, lalu seolah ia melanjutkan
perjalanannya. Pian : He mata lhu di mana???
Jualan yang bener dong Lihat ada mobil lewat masih aja
nongkrong, emang nggak pernah lihat mobil???
Masih ingin hidup nggak?? Mobilnya pun mulai batuk-batuk,
periksa punya periksa rupanya bensinnya mulai habis.
Pian : God Verdom Zeg, Gresi
Selintas Makna
Dialog adalah pengguna- an bahasa untuk mencip-
takan pemikiran, karak- ter, dan peristiwa. Setiap
naskah drama selalu melibatkan pemikiran.
Dalam struktur dramatik, pemikiran meliputi ide
dan emosi, yang ditun- jukkan oleh kata-kata da-
ri semua karakter dalam cerita. Pemikiran juga
meliputi keseluruhan arti dari naskah drama, yang
kadang disebut tema.