Homostatik, Transplantasi [Kedokteran] 6:468 Membaca Memindai dari Indeks ke Teks Buku

Pelajaran 3 Lingkungan Hidup 65 “Kita bukan bangsa Rusia, dan Siberia lain dengan Digul, Letnan. Digul hutan lebat. Apa yang bisa diharapkan dari daerah seterpencil itu? Kalau kita membuka hutannya, masalah mengerikan lain telah menunggu: malaria Bukankah itu sama saja dengan mengirimkan kaum interniran itu ke lembah kematian?” “Saya tak takut dengan malaria, Kapten. Tapi tinggal di hutan lebat semacam Digul sama saja dengan menyerahkan kepala kita kepada para pengayau atau para kanibal hitam di sana. Itulah yang saya takutkan,” ujar Letnan Drejer dengan kepala bergidik. “Hehm, benar. Dan kita, kaum terhormat yang baru saja mendapatkan bintang kehormatan dari tindakan militer, harus mengotorkan tangan dengan tindakan memalukan. Sungguh keterlaluan orang-orang Batavia” “Yang lebih mengherankan, bukankah Gubernur Jenderal de Graeff itu terkenal berbudi baik, Kapten? Bagaimana ia bisa membuat keputusan-keputusan yang menge- rikan seperti membuka kamp pembuangan?” ujar Letnan Drejer tak mengerti. “Apalah artinya seorang gubernur berbudi baik bila sistemnya telah diracuni oleh para pejabat berhati kotor? Merekalah yang tak ingin kedudukannya terancam dengan ulah para pemberontak yang ingin menjatuhkan kekuasaan. Dan, untuk menangkal ancaman tersebut, tindakan kotor pun buat mereka tak apa-apa dan tak ada salahnya dilakukan. Letnan Drejer mengangkat bahu. Dipandangnya punggung Kapten Becking yang jangkung itu. Rasa hormatnya yang tinggi tak pernah lenyap terhadap lelaki ksatria yang beranjak tua ini. Di luar dinas militernya, opsir berambut putih itu sungguh terpelajar. Satu minggu sebelumnya Kapten Becking telah meminta bawahannya untuk mencari segala pengetahuan yang ada hubungannya dengan Digul dan bumi hitam di ujung timur Hindia itu. Sementara para prajurit dan opsir bawahannya membual dan membayangkan petualangan di tanah mereka yang akan mereka lakukan, ia justru tenggelam dengan buku-buku dan tumpukan laporan tentang Digul dan wilayah New Guinea secara umum. Ia gemar sekali membaca suku-suku pedalaman yang tinggal di hutan belantara itu dan di sepanjang Sungai Digul, kebaikan- kebaikan mereka dan kesukaan mereka dalam mengayau. Tak jarang ia mengingatkan Letnan Drejer akan kebuasan alam tempat baru itu dan berujar ia akan menundukkannya secepat mungkin. Sumber: Kompas, 13 Januari 2008 Berdasarkan kutipan cerita pendek di atas, kalian dapat menentukan ide-ide pokok cerita pendek sesuai alur. Penggalan kutipan cerita pendek tersebut merupakan alur perkenalan. Berikut ide-ide pokoknya. 1. Ingatan “tokoh” kembali kepada masa lalunya yang merupakan rangkaian petualangan demi petualangan yang tidak berkesudahan. 2. Penunjukan “tokoh” oleh Gubernur Jenderal Pemerintah Batavia sebagai komandan ekspedisi ke Digul. 3. Sikap protes “tokoh” kepada temannya, Letnan Drejer. Ide-ide pokok cerita pendek pada alur perkenalan di atas dapat dikembangkan menjadi cerita pendek dengan kalimat sendiri. Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 3 66 Kembali ia teringat masa lalunya. Masa lalu yang tak kan bisa ia lupakan. Ia teringat pada hidupnya yang merupakan petualang. Memang dulu ia ialah seorang pahlawan untuk negerinya, negeri Belanda. Jika orang pernah mendengar tentang peristiwa Banten, tentu mereka akan mendengar keharuman namanya. Oleh keberanian akan tindakan kepahlawanan itu, maka Gubernur Jenderal Pemerintah Batavia menunjuknya sebagai komandan ekspedisi ke Digul. Ia ditunjuk untuk mempersiapkan kamp pembuangan bagi kaum interniran yang telah memenuhi penjara-penjara di Jawa dan Sumatra. Namun, penunjukan ini tidak membuatnya bangga sebagai pahlawan. Justru ia mengata-ngatakan Gubernur Jenderal telah gila. Ia berpikir bahwa Digul adalah daerah terpencil, hutan- hutan lebat yang belum dijamah. Ia melontarkan segala protesnya kepada Letnan Drejer. Letnan Drejer adalah opsir yang juga mendapatkan perintah untuk menemaninya masuk belantara Digul. “Apa yang membuat Gubernur Jenderal menunjuk kita untuk ke Digul? Apa yang ada di benaknya?” tanyanya. “Mungkin Tuan Gubernur Jenderal de Graeff ingin meniru bangsa Rusia,” jawab Letnan Drejer. “Ini jelas beda. Digul hutan lebat. Apa yang bisa diharapkan dari daerah seterpencil itu? Malaria dan kematian” tegasnya. Uji Kemampuan 4 Bacalah kelanjutan cerita pendek Tanah Merah karya Dwicipta berikut Satu minggu sebelum bulan Januari 1927 berakhir, kapalnya yang membawa 120 serdadu dan 60 kuli paksa dengan kaki dirantai memasuki Sungai Digul dan membuang sauhnya pada jarak ratusan kilo- meter dari pantai. Hujan tipis tak menghalanginya untuk keluar dari kapal, memandang ke arah hutan lebat mahaluas dan tampak buas dalam bayangannya. Dari tabir tipis gerimis, ia masih bisa menangkap keluasan hijau yang terbentang di depan matanya, daerah sunyi yang oleh Gubernur Jenderal de Graeff telah dipilih sebagai kamp pembuangan kaum interniran merah yang memberontak itu. Tubuhnya yang jangkung dan rambutnya yang memutih bergoyang- goyang oleh kapal dan angin yang bertiup cukup keras. Ia menggelengkan kepala dan menarik napas dalam-dalam. “Di sinikah tahanan politik itu disembunyikan dari masyarakatnya, ataukah justru dikuburkan untuk selama-lamanya?” Lama ia berdiri di pagar kapal, mengamati hutan belantara dan buaya-buaya yang berjemur dengan moncong terkatup di pinggir sungai. Ia membayangkan suku-suku pedalaman yang nanti akan terganggu oleh pekerjaan barunya. Sayang ia tak bisa mundur lagi. Dengan seluruh perasaan mengeram di