Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 3
82
Kerjakanlah sesuai dengan perintah
1. Pahamilah puisi di atas secara makna beserta penunjuk
iramanya 2.
Mainkanlah puisi di atas dengan iringan gitar sesuai kunci yang ditunjukkan
3. Pilihlah sebuah puisi yang kamu sukai, baik puisimu sendiri
atau puisi orang lain 4.
Berilah notasi musik pada puisi tersebut 5.
Mainkanlah musikalisasi puisimu di depan kelas
TAGIHAN
1. Carilah buku kumpulan puisi di perpustakaan
2. Pilihlah puisi yang menurutmu paling menarik
3. Pahamilah makna puisi tersebut
4. Buatlah notasi musik pada puisi tersebut
5. Mainkan musikalisasi puisimu di depan teman-temanmu
6. Mintalah tanggapan dari teman dan gurumu
7. Perbaikilah hasil pekerjaanmu berdasarkan berbagai masukan
yang diberikan 8.
Kumpulkan hasil pekerjaanmu kepada guru
Portofolio
Kumpulkanlah hasil pekerjaanmu mengenai
musikalisasi puisi dalam pelajaran ini, kemudian
suntinglah
Jiwa sayang kenangan padamu Am Em
Adalah derita di sisiku Dm Am
Bayangan yang membikin tinjauan beku F Em
Angin bangkit ketika senja Am Em
Ingatkan musin gugur akan tiba Am Em
Aku cemas bisa kehilangan kau Dm Am
Aku cemas pada kecemasanku F Em
Reff Di batu penghabisan ke Huesca
A Dm Pagar penghabisan dari kebanggaan kita
G C Kenanglah sayang kenanglah dengan mesra
A Dm Kau kubayangkan di sisiku ada
F Em
Dan jika untung malam menghamparkan Am Em
Aku dalam kuburan dangkal Am Em
Ingatlah sebisamu segala yang baik Dm Am
Dan cintaku yang kekal F Em
Pelajaran 4 Ekonomi
83
C. Menganalisis Nilai-nilai Kehidupan pada Cerpen-cerpen dalam Satu Buku Kumpulan
Cerpen
Kalian telah membaca cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen dan menganalisis unsur-unsur intrinsiknya.
Sekarang kalian kembali membaca cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen dan menganalisis nilai-nilai kehidupan dalam
cerpen-cerpen tersebut.
Tentu kalian tahu bahwa sebuah cerpen memiliki unsur amanat atau pesan-pesan moral yang ingin disampaikan pengarang
kepada pembacanya. Apabila kalian cermati, kalian akan menemukan nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam pesan
moral. Pesan moral tersebut senantiasa berhubungan dengan sifat- sifat luhur manusia serta memperjuangkan hak dan martabat
manusia.
Perhatikan kedua cerpen berikut
Cerpen 1
Tujuan Pembelajaran
Tujuan belajar kalian adalah dapat
membandingkan dan menyimpulkan nilai-
nilai kehidupan pada cerpen-cerpen dalam
buku kumpulan cerpen yang dapat
menjadi teladan.
Sumber: Dok. Penerbit
Alun-Alun Suryakencana
Karya: F. Rahardi “Suryakencana, Pak Inilah tempat yang
paling eksotis untuk pesta pengantin. Bukan sekadar pesta kebun, tapi pesta alam. Tidak
ada yang pernah punya gagasan seperti seorisinil Bapak. Orang mantu biasanya kan
di Balai Kartini, Hilton, Manggala Warna Bhakti, paling banter Istana dan Kebun Raya
Bogor. Atau Singapura, Hongkong, dan Mekah. Tapi Bapak lain, Bapak mendatang-
kan tamu-tamu pilihan itu ke Suryakencana”
“Sudahlah John, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Inilah lokasi paling
eksotis untuk resepsi pernikahan anakku. Ayo pulang dan segera membentuk panitia.”
Rapat panitia itu berlangsung di sebuah ruang perkantoran di Jalan Sudirman, Jakarta
Pusat. Beberapa mahasiswa pecinta alam diikutkan. Ada seksi perizinan, perlengkapan,
dekorasi, transportasi, dokumentasi, proto- kuler, menu, dan seksi-seksi lainnya. Semua
perlengkapan akan diangkut dengan belasan heli carteran. Belasan toilet mobil juga akan
dipasang. Seperti biasa, pagi itu Alun-Alun
Suryakencana di Taman Nasional Gede Pangrango sangat cerah. Langit begitu biru
dan bersih. Tak ada awan, tak ada kabut, dan tak ada angin. Matahari putih dan silau, tetapi
udara masih juga dingin. Semula sepi. Hanya sekali-kali dipecah tawa, teriakan dan suara
misting beradu dari arah tenda. Pagi itu, beberapa tenda pecinta alam tampak
bertebaran di sekitar mata air, di tengah alun- alun. Selebihnya kosong sampai jauh.
Alam yang senyap itu, tiba-tiba digusur bunyi yang gemuruh memekakkan telinga.
Heli itu besar dan tahu-tahu menyembul begitu saja dari gerumbulan sentigi. Setelah
berputar beberapa kali, ia mendarat di tempat yang lapang dan datar. Rumput, edelweis,
dan rentetan
rhododendron, semua meliuk- liuk mengikuti pusaran baling-baling heli. Se-
mua seakan ingin roboh dan tiarap rata dengan tanah. Tetapi setelah baling-baling itu makin
pelan dan berhenti, semua jadi biasa lagi.
“Ini sungguh hebat John Luar biasa Mengapa baru sekarang saya diberitahu kalau
ada alun-alun yang namanya apa ini tadi?” tanya si Bos itu kepada si John.
Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 3
84
Rapat panitia sore ini mendapat kehor- matan dihadiri Menteri Kehutanan, Menteri
Lingkungan Hidup, dan beberapa dirjen. Semua manggut-manggut dan sepakat, bahwa
perhelatan Bos Besar ini harus didukung secara politis dan ekonomis. Wartawan yang
mengendus berita kontroversi ini segera mem- blow up-nya di media masing-masing.
“Ini sudah sangat keterlaluan. Tidak bisa dibiarkan. Kita harus gerak” teriak seorang
aktivis lingkungan di depan para mahasiswa pecinta alam UI.
“Gila memang, beberapa teman kita, ternyata ada yang membelot ikut jadi
panitia,” kata seorang seniman di warung Alex di TIM.
“Mereka harus kita sikat. Minggu depan kita harus menggelar demo. Menteri-menteri
bego itu harus kita beri pelajaran.” Demo menentang resepsi pernikahan di
Alun-Alun Suryakencana itu berlangsung seru. Koran dan televisi gencar mengekspos. Tokoh
demonstran tampil dalam wawancara eksklusif. Pengantin laki-laki dan perempuan
juga diuber infotainmen. Tetapi mereka berdua menghilang. Wartawan kecewa, tapi
mereka tidak kehilangan akal. Menteri Kehutanan dicecar dengan pertanyaan gencar.
“Jadi Pak Menteri memang mengizinkan Taman Nasional kita diacak-acak untuk hura-
hura?” tanya wartawan. “Yang mau hura-hura siapa? Itu lokasi
saya izinkan untuk resepsi pernikahan. Bukan untuk hura-hura seperti kalian kira,” jawab
Menteri keras. “Saya dengar Pak Menteri telah terima
amplop hingga izin keluar dengan lancar?” “Ya memang saya sudah menerima
amplop. Isinya permohonan izin dan pro- posal acara yang kalian ributkan ini.”
“Berapa em Pak yang Bapak terima?” “Banyak sekali, namanya juga surat. Ada
a, ada b, ada c, tentu juga ada emnya. Tapi saya ya hanya membaca. Tidak perlu
menghitung huruf emnya.” “Maksud saya, Bapak telah terima uang
berapa em dari pengusaha yang akan mantu itu?”
“Lo, pasti beberapa em. Dia memang harus menyewa dan saya mematok harga
tinggi. Kalian cek saja ke Sekjen.” “Untuk Bapak sendiri?”
“Saya juga pernah mau dikasih tetapi saya tolak. Cukup begitu?”
“Anu Pak, katanya ...” “Sudahlah, nanti diselesaikan saja
dengan Pak Dirjen” Pro dan kontra resepsi pernikahan di
Alun-Alun Suryakencana, makin hari makin ramai. September seharusnya sudah mulai
hujan. Tetapi langit masih tetap tidak berawan. Di mana-mana kering kerontang;
kebakaran hutan terjadi di mana-mana dan asapnya terbang sampai ke negeri Jiran.
Menteri Kehutanan diprotes, didemo, dan dikejar-kejar wartawan. Isu kebakaran hutan,
juga digunakan untuk memojokkan Menteri ini. “Kalau nanti sampai terjadi kebakaran di
Taman Nasional bagaimana, Pak?”
“Kalau sampai terjadi kebakaran, ya dipadamkan. Kebakaran di lokasi sulit seperti
di Sumatra dan Kalimantan saja saya urus. Apalagi kebakaran di situ. Apa kalian ingin
kalau ada kebakaran, saya diem saja?”
“Bukan begitu Pak. Ini kan musim kemarau. Kalau nanti ada yang membuang
puntung, lalu hutannya terbakar, kita kan makin jadi sorotan internasional. Modal asing
akan sulit masuk lo, Pak”
“Semua sudah disiapkan. Semua sudah diurus sampai detilnya. Saya sudah konsultasi
ke Bapak Presiden dan beliau mengatakan bahwa saya harus jalan terus”
“Beliau malah ingin hadir dalam resepsi ini. Beliau juga mengatakan bahwa gagasan
memanfaatkan Taman Nasional untuk resepsi pernikahan merupakan terobosan yang brilian.
Diharapkan para wisatawan baik asing maupun lokal, akan makin mengenal Taman
Nasional kita, lalu mengunjunginya. Itu berarti devisa akan masuk.”
Pelajaran 4 Ekonomi
85
Seminggu sebelum hajatan besar berlangsung, kesibukan sudah mulai tampak.
Heli besar kecil hilir mudik. Kepala Taman Nasional telah menutup Gunung Gede
Pangrango bagi pendakian umum. Paspampres mulai menyisiri tempat-tempat
yang mencurigakan. Semua pintu masuk pendakian dijaga ketat. Jalur-jalur yang biasa
digunakan pencari kayu bakar dan pencari paku-pakuan semua dijaga tentara, polisi,
mahasiswa pecinta alam, dan warga setempat.
Hari H itu pun tiba. Cuaca sangat cerah. Tak ada secuil awan pun tampak di langit.
Heli demi heli berdengung dari Jakarta menuju Suryakencana. Semua membawa
tamu VVIP. Suasana alun-alun itu sendiri sudah berubah dari hari-hari biasa. Meskipun
sentigi,
rhododendron, edelweis, dan rumput liar, semua masih tegak menjadi hiasan alami
di antara tenda-tenda. Dan nun di tengah tenda-tenda kecil warna-warni itu, berdirilah
sebuah tenda raksasa yang megah. Di tenda besar itulah para tamu agung akan duduk
menyaksikan hajatan. Presiden dan Wapres, diharapkan hadir
tepat pukul 11.00 WIB. Hanya akan datang memberikan selamat kepada mempelai, foto
bersama lalu pulang. Sebab kesibukan beliau berdua hari ini, memang luar biasa. Pukul
09.00 pagi, tamu-tamu sudah mulai datang. Mereka tidak langsung masuk tenda,
melainkan berkeliling menikmati pemandangan yang belum pernah mereka
saksikan sebelumnya. Pukul 09.30 tamu yang datang makin banyak. Sebab pukul 10.00
akad nikah akan dimulai.
Pukul 09.45, mendadak kabut datang. Cuaca yang semula cerah tiba-tiba berubah
gelap. Angin juga bertiup sangat kencang. Kabut makin tebal. Angin makin menggila.
Hujan turun dengan lebat. Para tamu berlarian. Tenda-tenda kecil roboh dan
terbang dibawa angin. Cuaca makin tak karuan. Tenda besar terguncang-guncang
keras. Tiba-tiba sebuah tenda kecil terbang menghantam tenda besar itu. Tenda besar itu
pun roboh. Sebagian terpalnya melambai- lambai dimainkan angin. Kain tenda itu terus
berkibaran, bagai layar kapal yang tiangnya patah diterjang badai.
Sumber: Kumpulan Cerpen Kompas, 2006
– blow upblow ap
= memunculkan ke permukaan. –
rhododendron’ rowd
’ dendr n
= sejenis tumbuh-tumbuhan. –
VVIPVery Very Important Person = orang-orang yang sangat penting.
Cerpen 2
Sayuran
Karya: Zamhari Hasan Pagi yang cerah, embusan angin
menyapu kulit wajah, menembus pori-pori tubuh, menusuk tulang, membuat tubuh
menggigil. Pakaian yang digunakan tak mampu melawan angin pagi yang menusuk.
Dia berusaha melawan rasa dingin, dengan semangat membara di hati, guna mengangkut
sayuran di atas punggung, yang akan dijual di pasar. Gambar anak satu-satunya yang baru
masuk SD dan istri yang lembut, membuat rasa dingin mulai hilang perlahan-lahan,
bersamaan dengan langkah-langkah kaki yang semakin cepat.
Sumirat maju selangkah. Kematian terasa dekat. Bayang-bayang kehidupan
tergambar jelas di pelupuk mata. Peristiwa- peristiwa berlalu-lalang sepadat kendaraan di
jalan raya, berkelebat cepat dan tak dapat dihentikan. Dia telah berusaha lari dari
bayang-bayang, tapi bayang-bayang tidak mau berlari. Ke mana dia berlari, di situlah bayang-
bayang membayangi sepanjang waktu, membuat diri tak berkutik. Dia telah
mengacuhkan, tapi bayang-bayang tetap hadir membayangi. Kini dia benar-benar tak
berdaya.