Pengujian RBT Rose Bengal Test pada Sapi

Laporan Tahunan Tahun 2016 Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta 259 pengolahan susu dapat dilakukan pemeriksaan Milk Ring Test MRT tetapiharus dilanjutkan dengan pemeriksaan individu pada sapi mana saja yang terinfeksi dengan pengujian serologi test atau Rose Bengal Plate Testdan uji Complement Fixation Test, bahkan lebih teliti lagi yaitu dengan pengujian ELISA Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay. Pulau Jawa sebagai sentra sapi perah dengan populasi mencapai 98 dari populasi nasional menghadapi masalah brucellosis dengan angka prevalensi yang masih cukuptinggi.Tingginya populasi serta sanitasi danhigiene kandang yang kurang memadaimemudahkan penularan penyakit melaluikontak langsung. Selain itu tidak telihatnyagejala klinis pada ternak reaktor brucellosis,sukarnya monitoring lalu-lintas ternak, belumoptimalnya pelaksanaan test and slaughter,tidak sesuainya biaya kompensasi denganjumlah kasus, pemakaian vaksin B. abortusS19 di beberapa daerah, dan belum optimalnyakeikutsertaan petani dalam penaggulanganmenjadi penyebab sulitnya melakukanpemberantasan dan pengendalian brucellosispada sapi perah. Untuk mencegah kerugian yangditimbulkan akibat brucellosis perlu ditetapkansuatu program yang bersifat menyeluruh untukmelakukan pemberantasan dan pengendalianpenyakit pada sapi.Salah satu usaha yang dilakukan adalah melakukan pengambilan spesimen secara rutin untuk mengethaui kejadian bruselosis di lapangan. Spesimen yang diuji dengan RBT berasal dari Kota Yogyakarta sebanyak39 spesimen, Kabupaten Bantul sebanyak 120 spesimen, Kabupaten Kulonprogo sebanyak100 spesimen, Kabupaten Gunungkidul 120 spesimen, serta Kabupaten Sleman sebanyak 121 spesimen. Spesimen tersebut terdiri dari 124 ekor sapi perah dan 376 sapi potong. Hasil pengujian menunjukkan 0,4 ternak yang diperiksa menunjukkan hasil positif terhadap penyakit Brucellosis.Keberhasilan Laporan Tahunan Tahun 2016 Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta 260 penanggulangan brucellosis pada sapi banyak tergantung pada para pemegang kebijakan. Sangat diperlukan dukungan pemerintah, dana, sumber daya manusia dan waktu untuk keberhasilan pengendalian brucellosis. KabupatenKota Jumlah Sampel Hasil Pemeriksaan Positif Negatif Yogyakarta 39 0,0 39 100,0 Bantul 120 0,0 120 100,0 Kulon Progo 100 1 1,0 99 99,0 Gunungkidul 120 0,0 120 100,0 Sleman 121 1 0,8 120 99,2 DIY 500 2 0,4 498 99,6 Tabel 8.72. Hasil Rekapitulasi Pengujian RBT 2016 Grafik 28. Hasil Pengujian RBT Tahun 2016 ,400 99,600 Positif Negatif Laporan Tahunan Tahun 2016 Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta 261 Grafik 29. Rekapitulasi Hasil Pengujian Brusellosis Tahun 2011-2016 Pada tahun 2016 terdapat kasus positif RBT sebanyak 2 spesimen yaituspesimen Kabupaten Kulonprogo sebanyak 1 spesimen, serta Kabupaten Sleman sebanyak 1 spesimen. Hewan dengan hasil positif dikarantina dan dimonitor sambil menunggu hasil uji Complement Fixation Test CFT. Setelah dikonfirmasi dengan Uji CFT 1 satu spesimen yang menunjukkan hasil postif yaitu spesimen dari Kabupaten Sleman. Sapi positif Brucella reaktor kemudian diperlakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mengingat adanya kasus positif di tahun 2016 meskipun sejak tahun 2011 pengujian bruselosis menunjukkan hasil negatif, hendaknya pengujian secara rutin tetap harus dilakukan, ternak reaktor dengan diberi tanda khusus, tidak boleh dipasarkan dan harus dipotong di Rumah Potong Hewan. Ternak dengan hasil uji negatif diberi sertifikat uji yang berlaku 1 tahun dan boleh ditransportasikan secara terbatas.Dan tak kalah penting, lalu lintas ternak antar daerah terus diperketat dan disertai pengawasan dokumen lalu lintas ternak secara ketat.

6. Pengujian Newcastle Disease

2 ,400 0,5 1 1,5 2 2,5 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Positif Laporan Tahunan Tahun 2016 Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta 262 Penyakit ND Newcastle Disease pada ayam masih merupakan ancaman bagi para peternak di Indonesia, karena menyebabkan kerugian ekonomis yang tidak sedikit. Upaya menanggulangi dengan vaksinasi yang menggunakan berbagai vaksin dan berbagai program vaksinasi telah dilakukan, namun demikian seringkali titer antibodi yang dihasilkan tidak seperti yang diharapkan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Untuk mengetahui keberhasilan program vaksinasi, secara berkala perlu dilakukan pemeriksaan serologik sehingga apabila hasilnya kurang memuaskan dapat segera dilakukan revaksinasi. Berbagai uji serologi dapat dilakukan untuk evaluasi titer antibodi antara lain : Uji Hemaglutinasi Inhibisi HI. Uji Pengikatan Komplemen CFT, uji Virus Netralisasi maupun uji ELISA Enzym Linked Immunosorbent Assay. Uji HI lebih banyak dipakai karena selain mudah dan murah, uji ini spesifik dan dapat menunjukkan status kekebalan pada ayam.Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa ayam-ayam kebal terhadap serangan ND bila hasil titer antibodi HI tinggi. Pada tahun 2016 dilakukan pengujian AI pada 4.000 spesimen darah ternak dari kabupatenkota di Daerah Istimewa Yogyakarta. Spesimen yang diuji berasal dari Kota Yogyakarta sebanyak 187 spesimen, Kabupaten Bantul sebanyak 613 spesimen Kabupaten Kulonprogo sebanyak 881 spesimen, Kabupaten Gunungkidul sebanyak 1.173 spesimen serta Kabupaten Sleman sebanyak 1.146 spesimen. Spesimen kemudian diuji dengan metode uji serologi HI di Laboratorium Kesehatan Hewan UPTD BPBPTDK. Hasil pengujian menunjukkan 2.422 spesimen 60,6 protektif terhadap ND, sedangkan sisanya 1.578 spesimen 39,5 non protektif. Data hasil pengujian selengkapnya tersaji dalam Tabel 8.Hasil pengujian ini menunjukkan jumlah ternak yang protektif cukup baik,