Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
317
Lokasi SLPHT berkelanjutan Musim I di Balai Dusun Kaweden, Tirtoadi, Mlati Sleman
c Terlaksananya pertemuan pembukaan SLPHT di lokasi kegiatan dengan peserta 30 orang bertempat di Balai Dusun Kaweden Tirtoadi, Mlati
Sleman pada tanggal 25 Mei 2016 d Terlaksananya SLPHT musim I dengan pertemuan sebanyak 10 kali
setiap 1 minggu sekali tiap hari Rabu. Pelaksanaan
Lokasi Pelaksanaan Tanggal pertemuan
MT I Kaweden, Tirtoadi , Mlati,
Sleman 25 Mei sd 7
September 2016 tiap hari Rabu
e Kegiatan MT II dan kegiatan Field day di lokasi SLPHT Berkelanjutan tidak dilaksanakan karena ada kebijakan penghematan anggaran per
tanggal 1 September 2016
6. Uji Ketahanan Varietas
Alokasi dana Kegiatan Uji Ketahanan Varietas Padi Tahun 2016
bersumber dari dana APBD I serbesar : Rp. 39.991.800,- Tiga puluh
sembilan juta sembilan ratus Sembilan pulih satu ribu delapan ratus rupiah. Pada bulan Agustus ada pemotongan evisiensi I anggaran APBD sebesar
Rp. 22.470.000 Sehingga pagu anggaran menjadi Rp. 17.521.800 Tujuh belas juta lima ratus dua pulih satu ribu delapan ratus rupiah.
Pada bulan September ada rencana evisiensi II sebesar Rp. 5.040.000, sehingga secara teknis pelaksaan fisik yang direncanakan
dilaksanakan untuk 2 musim tanam, hanya dilaksanakan satu musim saja. Akan tetapi evisiensi II tidak terlaksana sehingga pagu tetap Rp. 17.521.800,
meskipun anggaran tetap tetapi bulan September sudah lewat musim tanam sehingga untuk kegiatan di musim tanam II tetap tidak dapat dilaksanakan.
Pencapaian realisasi anggaran sebesar Rp. 11.809.800,- Sebelas juta delapan ratus Sembilan ribu delapan ratus rupiah atau sebesar 67,4.
Pada kegiatan ini terdapat sisa dana sebesar : Rp. 5.712.000,- Lima juta
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
318
tujuh ratus dua belas ribu rupiah atau sebesar 32,6 merupakan sisa mati yang harus disetor ke kas negara. Sisa mati ini dikarenakan pelaksanaan
kegiatan di musim tanam kedua tidak dapat dilaksanakan. Tidak terlaksananya kegiatan di musim tanam kedua ini karena waktu tanam yang
sudah jauh mundur kebelakang sehingga apabila dilaksankan tidak akan dapat diselesaikan di TA. 2016.
Pelaksanaan kegiatan Uji Ketahanan Varietas TA. 2016 adalah sebagai
berikut : Intensitas serangan kompleks OPT
Jenis OPT dari golongan hama yang menyerang selama kegiatan berlangsung antara lain Penggerek batang padi, Wereng Batang Coklat,
Kepinding Tanah, Walang Sangit, Thrips, Hama Putih Palsu, dan Keong. Sedangkan jenis OPT dari golongan penyakit antara lain BLB dan Blas.
Grafik berikut menunjukkan tingkat populasi komples Hama tertinggi pada varietas IR 64 dan varietas Pepe, sedangkan populasi hama
terendah pada varietas Pandan Wangi dan Situbagendit. Pada populasi hama yang tinggi dapat diasumsikan varietas disukai oleh hama dan
sebaliknya pada serangan hama yang rendah varietas tersebut kurang disukai oleh hama.
Tingkat Intensitas serangan penyakit tertinggi pada varietas Sidenuk, Inpari 23 dan varietas Pepe, sedangkan intensitas serangan
penyakit terendah pada varietas Pandan Wangi dan Melati Menoreh. Pada intensitas serangan penyakit yang tinggi dapat diasumsikan varietas
disukai oleh penyakit sebagi inang dan sebaliknya pada intensitas serangan yang rendah varietas tersebut kurang disukai oleh OPT.
Cekaman komples OPT tertinggi pada varietas Sidenuk, Pepe dan varietas Inpari 23, sedangkan terendah serangan OPT pada varietas
Melati menoreh dan Pandan wangi. Pada serangan tinggi oleh OPT adapat di asumsikan varietas disukai oleh OPT sebagai inang OPT dan
sebaliknya pada serangan OPT yang rendah varietas tersebut kurang disukai oleh OPT.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
319
Bila di hubungkan antara serangan komplek OPT dengan produksi, maka penurunan produksi yang rendah pada varietas Ciherang
dan IR 64 di sebabkan oleh adanya serangan OPT yang cukup tinggi rentan. Sedangkan pada varietas Pepe dan Inpari 23 produksi relatif
tinggi walaupun ada serangan OPT yang agak cukup juga, artinya veriatas Pepe dan Inpari 23 termasuk varietas toleran terhadap serangan
OPT. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan varietas yang toleran
terhadap OPT yang lain adalah varietas Melati menoreh, Situbagendit dan varietas Pepe karena masih bisa menghasilkan produksi yang cukup
tinggi dibandingkan dengan varietas lainnya meskipun cekaman OPT juga cukup tinggi.
Populasi, intensitas dan perkembangan serangan OPT Penggerek Batang Padi PBP
Perkembangan serangan hama penggerek batang pada 10 varietas yang diuji dapat di gambarkan seperti pada Grafik dibawah ini.
Intensitas serangan hama penggerek batang padi masih di bawah 2 , hal ini tergolong masih sangat rendah. Kondisi ini juga dapat diduga
karena pupulasi hama yang ada di lapangan juga relatif rendah. Serangan mulai mengalami peningkatan dari umur tanaman 25 HST
sampai dengan puncaknya pada umur 67 HST, bentuk grafik serangan pengerek batang sigmoid, sedangkan serangan puncak hama penggerek
batang padi pada umur 31-39 HST. Bila dibandingkan antar varietas maka, serangan penggerek batang
PB teringgi pada varietas Code dan varietas Melati Menoreh, sedangkan serengan paling rendah hama penggerek batang adalah IR 64
dan Mikongga. Berdasarkan Uji Anova yang dilakukan tidak memberikan indikasi
tentang adanya beda antar rata-rata serangan Penggerek Batang terhadap 10 varitas yang diuji, dari 10 varietas sebagai perlakuan yang
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
320
diuji, uji Anova menginformasikan tidak adanya perbedaan yang signifikan terkait serangan Penggerek batang terhadap 10 varietas yang diuji, maka
dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar rata-rata perlakuan.
Kepinding Tanah Kepinding tanah yang menyerang malai mengakibatkan malai
tidak berkembang sempurna dan bulir kosong. Pada populasi tinggi, dapat menyebabkan pertanaman mati. Penurunan hasil padi pada
infestasi stadia anakan 30 hst pada kepadatan 25 –75 ekor per rumpun
hasilnya akan berkurangantara 51 –71. Sedang jika infetasi pada stadia
tanaman generatif, pada kepadatan 25 –75 ekor per rumpun hasilnya
akan berkurang antara 37 –48. Pada serangan berat dapat menurunkan
hasil 60 sampai 80. Dari hasil pengamatan menunjukan perkembangan hama
kepinding tanah mulai mengalami peningkatan pada umur tanaman 25 HST hingga puncaknya pada umur 39 HST. Populasi tertinggi sebesar
3,74 ekorrumpun pada varietas Pepe. Meskipun cukup tinggi tetapi belum sampai pada ambang pengendalian maupun kehilangan hasil.
Populasi terendah pada varietas Pandan wangi. Berdasarkan Uji Anova yang dilakukan tidak memberikan indikasi
tentang adanya beda antar rata-rata serangan kepinding tanah terhadap 10 varitas yang diuji, dari 10 varietas sebagai perlakuan yang diuji, uji
Anova menginformasikan tidak adanya perbedaan yang signifikan terkait serangan kepinding tanah terhadap 10 varietas yang diuji, maka dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar rata-rata perlakuan.
Wereng Batang Coklat Serangan hama Wereng Batang Coklat WBC di amati dengan
melihat dinamika populasi yang terjadi pada setiap varietas yang diuji. Dari hasil pengamatan menunjukan perkembangan hama WBC sangat
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
321
bervariasi populasi pada hari pengamatan dan bervariasi antar varietas, namun demikian populasinya sangat rendah.
Populasi WBC selama kegiatan berlangsung cukup terkendali oleh keberadaan musuh alami yang melimpah serta kondisi lingkungan yang
suhunya cukup tinggi. Puncak populasi WBC terjadi pengamatan hari 31 dan 60 HST. Populasi WBC tertinggi pada varietas Situbagendit dengan
rata-rata populasi 0,4 ekorrumpun, sedangkan populasi rendah pada varietas Pepe dengan populasi 0,01 ekorrumpun. Hal ini dapat juga
dikatakan varietas Situbagendit lebih disukai WBC di bandingkan dengan variatas Pepe.
Berdasarkan Uji Anova yang dilakukan memberikan indikasi tentang adanya beda antar rata-rata serangan WBC, dari 10 varietas
sebagai perlakuan yang diuji, uji Anova menginformasikan adanya perbedaan yang signifikan terkait serangan WBC pada varietas
Situbagendit dengan 9 varietas lainnya yang diuji. Berdasarkan hasil analisis tersebut rata-rata serangan WBC pada
9 varietas, ketan, Pepe, Pandang wangi, Melati menorah, Logawa, Ciherang, IR 64 Inpari 23 dan Sidenuk tidak menunjukkan beda nyata,
tetapi pada varietas Situbagendit menunjukkan beda nyata terhadap varietas yang lain.
Walang sangit Perkembangan populasi hama walang sangit dapat dilihat pada
grafik di bawah. Kemunculan hama walang sangit sesuai dengan perkembangan pertumbuhan tanaman padi saat pembentukan malai
baru. Hama walang sangit mulai muncul saat tanaman berumur 53 HST hingga 67 HST dan populasi turun pada saat tanaman berumur 80 HST.
Dari 10 varietas padi yang diuji populasi hama walang sangit mempunyai pola sebaran yang sama, artinya tidak ada varietas yang
berbeda dalam hubungan serangan hama walang sangit. Populasi hama walang sangit juga relative rendah, populasi tertinggi hanya 1,85
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
322
ekorrumpun pada varietas IR 64. Sedangkan populasi paling rendah pada varietas Situbagendit dengan populasi 0,69 ekorrumpun.
Berdasarkan Uji Anova yang dilakukan tidak memberikan indikasi tentang adanya beda antar rata-rata serangan Walang sangit terhadap 10
varitas yang diuji, dari 10 varietas sebagai perlakuan yang diuji, uji Anova menginformasikan tidak adanya perbedaan yang signifikan terkait
serangan Walang sangit terhadap 10 varietas yang diuji, maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antar rata-rata perlakuan.
Keong
Perkembangan serangan hama keong pada 10 varietas yang diuji dapat di gambarkan seperti pada Grafik dibawah ini. Intensitas serangan
hama keong tinggi diawal pertanaman karena memang kondisi lingkungan dengan air tergenang sesuai dengan habitat keong. Serangan
mulai mengalami ppenurunan dari umur tanaman 25 HST dan sedikit tinggi pada umur 46 HST, sedangkan serangan puncak hama penggerek
batang padi pada umur 10 HST. Bila dibandingkan antar varietas maka, serangan Keong teringgi
pada varietas Pandan Wangi dan Pepe, bahkan diawal pertanaman varietas Pandan wangi harus disulam karena serangan keong yang tinggi
sedangkan serengan paling rendah hama Keong adalah Logawa dan Sidenuk.
Berdasarkan Uji Anova yang dilakukan memberikan indikasi tentang adanya beda antar rata-rata serangan WBC, dari 10 varietas
sebagai perlakuan yang diuji, uji Anova menginformasikan adanya perbedaan yang signifikan terkait serangan WBC pada varietas
Situbagendit dengan 9 varietas lainnya yang diuji. Rata-rata serangan hama keong pada varietas Pandan wangi
menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan varietas Sidenuk, Logawa, Inpari 23 dan Ketan. Tetapi tidak berbeda nyata dengan Melati
Menoreh, Ciherang, SItubagendit, Pepe, dan IR 64. Sedangkan Rata-rata
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
323
serangan hama keong pada 9 varietas selain Pandan Wangi menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Sehingga dapat
disimpulkan varietas pandan wangi relative lebih disukai hama keong dibandingkan dengan varietas lainnya.
Perkembangan Penyakit Tanaman BLB Hasil pengamatan serangan penyakit BLBKresek Xantomonas
orizae pada sepuluh varietas yang diuji digambarkan pada grafik di bawah.Serangan penyakit BLB mulai meningkat pada umur tanaman 25
HST terjadi peningkatan serangan sampai umur 53 HST dan 60 HST dan gejala serangan terlihat sampai menjelang panen.
Bila di bandingkan serangan antar varietas ada perbedaan yang menyolok yaitu pada varietas Sidenuk dan Inpari 23 tingkat serangan BLB
paling tinggi dengan intensitas serangan mencapa lebih darii 14 pada umur tanaman 60 HST. Sedangkan pada varietas IR 64 dan Melati
Menoreh meski terjadi serangan BLB sejak umur tanaman 18 HST tetapi sampei menjelang panen serangan tidak lebih dari 4, bila dilihat dari
perkembangan serangannya 2 varietas ini termasuk agak tahan bila di bandingkan dengan varietas Sidenuk dan Inpari 23.
Sedangkan varietas Sidenuk sendiri pada umur tua terjadi serangan yang agak tinggi. Dengan demikian dari 10 varietas yang di uji
varietas Sidenuk termasuk varietas yang lebih peka serangan BLB diikuti varietas Inpari 23 dan Situbagendit. Sedang varietas yang relatif tahan
adalah varietas IR 64 dan Melati Menoreh. Berdasarkan Uji Anova yang dilakukan tidak memberikan indikasi
tentang adanya beda antar rata-rata persentase serangan penyakit BLB terhadap 10 varitas yang diuji, dari 10 varietas sebagai perlakuan yang
diuji, uji Anova menginformasikan tidak adanya perbedaan yang signifikan terkait serangan BLB terhadap 10 varietas yang diuji, maka dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar rata-rata perlakuan.
Perkembangan Penyakit Tanaman Blas
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
324
Perkembangan serangan penyakit Blas pada 10 varietas yang diuji dapat dilihat pada grafik dibawah. Serangan penyakit Blas mulai
menyerang saat tanaman berumur 18 HST, dan perkembangan intensitas serangan fluktuatif sampai menjelang panen. Dari 10 varietas tanaman
yang diuji menunjukan pola serangan yang mirip, namun terjadi perbedaan tingkat serangan.
Serangan penyakit Blas tertinggi sebesar 0,899 pada varietas Ciherang, diikuti di bawahnya varietas Situbagendit dan varietas Inpari
23. Sedangkan varietas yang agak tahan dari serangan Blas adalah Pandan wangi, Logawa dan varietas Melati mernoreh. Data selengkapnya
perkembangan serangan Blas pada 10 varietas yang diuji. Berdasarkan Uji Anova yang dilakukan tidak memberikan indikasi
tentang adanya beda antar rata-rata persentase serangan penyakit Blas terhadap 10 varitas yang diuji, dari 10 varietas sebagai perlakuan yang
diuji, uji Anova menginformasikan tidak adanya perbedaan yang signifikan terkait serangan Blas terhadap 10 varietas yang diuji, maka dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar rata-rata perlakuan.
Perkembangan Musuh Alami
Dari hasil pengamatan populasi musuh alami pada 10 varietas tanaman padi yang diuji cukup melimpah dan beragam. Apabila
kelimpahan populasi musuh alami dibandingkan antar 10 varietas yang diuji dapat dilihat bahwa pada varietas ketan populasi musuh alaminya
tertinggi dilanjutkan Sidenuk dan Situbagendit. Pola perkembangan populasi musuh alami berbentuk pola
sigmoid, pola ini tentu mengikuti pola perkembangan inangnya hama. Jenis Musuh alami yang muncul adalah Paederus, Coccinelide dan Laba-
laba. Rata-rata tingkat populasi tertinggi sampai 4,224 ekorrumpun pada musih alami Laba-laba dan 4,124 pada musuh alami paederus.
Musuh Alami Paederus
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
325
Hasil pengamatan perkembangan populasi musuh alami hama pada pada uji 10 varietas tanaman padi di gambarkan pada grafik
dibawah. Populasi musuh alami Paederus mulai muncul pada umur 10 HST, populasi paederus stabil hingga panen, hanya terjadi fluktuasi
peningkatan populasi pada umur tanaman 25 HST dan 60 HST. Grafik dibawah menunjukkan tingkat kelimpahan populasi
paederus pada masing-masing varietas. Populasi musuh alami tertinggi sebesar 5,1 ekorrumpun pada varietas ketan. di bawahnya pada
varietas Sidenuk, Pepe dan Situbagendit masing-masing sebesar 4,84 ekorrumpun; 4,31 ekorrumpun dan 4, 21 ekorrumpun.
Sedangkan populasi musuh alami terendah pada varietas Pandanwangi sebesar 2,88 ekorrumpun dan varietas Ciherang sebesar
3,29 ekorrumpun. Musuh Alami Kumbang Coccinelid
Perkembangan populasi musuh alami pada 10 varietas tanaman padi yang diuji di gambarkan pada grafik di bawah ini. Pola
perkembangan populasi Coccinelide membentuk pola sigmoid, diawali dari rata-rata populasi 0,037 ekorrumpun pada umur tanaman 18 HST
meningkat sampai puncak populasi sebesar 0,62 ekorrumpun pada umur tanaman 46 HST dan populasi menurun lagi sampai menjelang panen.
Tingginya populasi musih alami ini dikarenakan selama kegiatan ini berlangsung pertanaman hanya diberi perlakuan berupa pupuk organik
dan pupuk tambahan tanpa adanya perlakuan penyemprotan perstisida, sehingga keberadan musuh alami dilapangan cukup melimpah.
Kelimpahan populasi musuh alami Coccinelide tertinggi sebesar 1,33 ekorrumpun pada varietas Sidenuk di bawahnya pada varietas
Inpari 23 dan Ketan toris sebesar 1,31 ekorrumpun dan 1,28 ekorrumpun. Populasi Coccinelide yang rendah pada varietas
Pandanwangi 0,68 ekorrumpun dan varietas IR 64 1,04 ekorrumpun, secara lengkap dapat dilihat pada grafik berikut.
Musuh Alami Laba-laba
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
326
Perkembangan populasi musuh alami Laba-laba pada 10 varietas yang diuji dapat digambarkan pada grafik dibawah ini. Pola perkembangan
populasi musuh alami laba-laba dari 10 varietas yang diuji memiliki pola yang hampir sama tidak berbeda antar varietas. Populasi laba-laba mulai
muncul pada umur tanaman 10 HST rata-rata sebesar 0,91 ekorrumpun meningkat sampai puncak populasi pada umur tanaman 60 HST sebesar
1,51 ekorrumpun dan menurun sampai menjelang panen. Kelimpahan populasi musuh alami Laba-laba tertinggi sebesar
4,97 ekorrumpun pada varietas Ketan toris di bawahnya pada varietas Situbagendit 4,61 ekorrumpun dan Melati menoreh sebesar 4,37
ekorrumpun. Populasi musuh alami laba-laba yang rendah pada varietas IR 64 dengan populasi 3,32 ekorrumpun dan varietas Inpari 23 dengan
jumlah populasi laba-laba 3,31 ekorrumpun, secara lengkap dapat dilihat pada grafik berikut.
Pertumbuhan Tanaman
Parameter pengamatan pertumbuhan tanaman adalah jumlah anakan , perhitungan jumlah anakan dilakukan sejak tanaman umur 10
HST sampai dengan 80 HST setelah tanam dengan jumlah rumpun contoh 15 rumpun. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman padi
pada seluruh varietas yang diuji mempunyai kecenderungan pola pertumbuhan yang sama hanya pada varietas Pandanwangi yang jumlah
anakan relatip rendah yakni rerata jumlah anakan maksimal 14,6 tunas rumpun dikarenakan serangan keong yang tingii di awal tanam dan
mengharuskan dilakukannya
penyulaman sehingga
varietas ini
perkembangannya lebih terlambat dibandingkan varietas lain.
Produksi
Untuk produksi padi pada kegiatan uji 10 varietas yang diuji diambil dengan produksi ubinan 2,5 x 2,5 m pada setiap perlakuan dan
petak Secara umum produktivitas padi sangat jauh di bawah standar
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
327
dikarenakan keterlambatan dalam proses pemanenan. Sebelum dipanen banyak bulir yang menjadi santapan hama burung sehingga menurunkan
jumlah ubinan. Sedangkan produktivitas varietas Pandan wangi yang jauh lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya dikarenakan usia tanaman yang
jauh lebih muda. Tanaman tersebut merupakan hasil penyulaman akibat serangan hama keong yang cukup tinggi diawal tanam. Dilanjutkan
varietas Menoreh dan Situbagendit. Untuk produksi dari 10 varietas padi yang diuji, rerata ubinan
terendah 1,173 kg dan yang tertinggi 3,253 kg hal tersebut dapat dikatakan jauh lebih rendah untuk potensi produksi masing-masing
varietas. Hasil ubinan yang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan
potensi produksi masing-masing varietas karena adanya serangan burung pipit, sehingga jika dibandingkan dengan potensi produksi normal
pada varietas tersebut menunjukkan selisih hasil yang dapat dilihat pada tabel berikut Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa rata-rata selisih
produktivitas 10 varietas padi yang diuji dengan potensi varietas tersebut sebesar 3,683 tonha atau 58,13.
Penurunan hasil produksi yang lebih dari 50 ini dapat disebabkan oleh banyak faktor antara lain dapat disebabkan pemupukan
yang kurang intensif baik pupuk organik maupun pupuk tambahannya, tidak adanya perlakuan pestisida selama musim tanam sehingga
keberadaan OPT tidak dikendalikan sama sekali kecuali oleh keberadaan musuh alaminya, dan faktor terakhir yang paling nampak dampaknya
terhadap penurunan produktivitas adalah serangan hama burung pipit. Serangan hama burung dimulai dari umur tanaman 67 hari hingga
80 hari ditambah mundurnya waktu panen menyebabkan serangan terus berlangsung hingga panen tanpa adanya usaha pengendalian.
Serangan burung pipit menurut beberapa informasi dapat menurunkan produksi secara signifikan. Data di Desa Utama Kec.
Cijeunjing, Kab. Ciamis pada Januari 2009 menunjukkan penurunan
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
328
produksi akibat serangan burung pipit hingga 30, di Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro pada bulan Juni 2014 menunjukkan
penurunan produksi sebesar 15, dan di Desa Pasuruan Kabupaten Lampung Selatan menunjukkan penurunan produksi sebesar 30.
Mengacu pada data di beberapa tempat tersebut terlihat bahwa serangan burung pipit dapat menurunkan produksi hingga 30. Sehingga
sangatlah mungkin penurunan produksi hingga 58,13 faktor terbesarnya serangan burung pipit, ditambah dengan kondisi pertanaman padi
disekitar petak percobaan telah dipanen semua dan tanpa adanya upaya penghalauan sehingga serangan burung pipit sangat tinggi.
B. Kegiatan APBN Satker Tanaman Pangan
1. Menyusun Kebijakan Program dan Anggaran Kegiatan Penguatan
Perlindungan Tanaman Pangan Anggaran penyusunan Kebijakan Program dan Anggaran Kegiatan
Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan TA 2016 telah diblokir 75,22 dan realisasi keuangan 24,67, realisasi fisik mencapai
66,11 karena adanya dukungan pedoman umum arah kebijakan dari Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sehingga kegiatan tetap
dapat dilaksanakan dengan arah kebijakan dari pusat.
Adapun keluaran dan hasil yang dapat terlaksana adalah sebagai
berikut : ROPAK dan Surat Keputusan mendukung kelancaran kegiatan.
Petunjuk pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan. Pedoman Kegiatan Pengendalian OPT dengan Agens Hayati.
Pedoman pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT.
Laporan Tahunan Tahun 2016
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
329
Verifikasi Penilaian POPT, POPT-PHP, LPHPLAH kelompok Tani PPAH, Petani PHT Teladan
Data dan peta daeran rawan DPI tanaman pangan. Data dan peta serangan OPT Tanaman pangan.
SOP pengujian mutu. RKAKL rencana kegiatan TA. 2017
Output yang tidak dapat dilaksanakan karena adanya blokir anggaran
adalah : Pedoman pelaksanaan PPHT padi skala luas.
Pedoman pelaksanaan PPHT kedelai skala luas. Pedoman pelaksanaan Rintisan PPHT ubikayu skala luas.
leafletbrosur OPT Utama. Pertemuan perencanaan penerapan metode pengamatan OPT 2
kali diikuti 30 orang untuk 2 periode musim tanam. Walaupun output tersebut diatas tidak dapat direalisasikan 100
namun telah ada pedoman umum arah kebijakan dari pusat sehingga kegiatan PPHT baik padi kedelai maupun rintisan ubikayu tetap dapat
dilaksanakan dengan baik sedangkan leaflet brosur Opt utama batal dicetak, sehingga dalam penyebarluasan informasi dengan leaflet yang
didanai dari APBD serta pembinaan langsung di tingkat petanipetugas lapang.
Sedangkan pertemuan perencanaan petode pengamatan OPT juga batal diselenggarakan sehingga dalam pelaksanaaan pengamatan OPT
oleh petugas POPT tetap dilakukan sesuai tupoksi dengan mengacu pada buku pedoman dari pusat yang dikenal dengan buku putih.
2 Pertemuan RPH Tingkat Propinsi
Anggaran pertemuan RPH tingkat provinsi turut dalam penghematan dan blokir sehingga yang dapat direalisasi 21,57 dan realisasi fisik
45 dengan
keluaran yang
dapat dilaksanakan
adalah
Terlaksananya pertemuan RPH di 4 kabupaten masing-masing 1 kali