RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG RPJP PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2005-2025
47
seperti granit, pasir bangunan dan pasir kwarsa golongan C terdapat di Kabupaten Karimun.
Untuk lebih jelasnya mengenai sebaran potensi bahan galian yang terdapat di Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.22. Sebaran Potensi Bahan Galian di Provinsi Kepulauan Riau No
Jenis Bahan Galian Lokasi Sebaran
1 Timah
Perairan Kab. Lingga dan Karimun 2
Bauksit Kec. Bintim, Teluk Bintan, Teluk Sebong, Gn. Kijang Kab. Bintan
Kec. Kundur Kab. Karimun Kec. Singkep Kab. Lingga
P. Dompak Senggarang Kota Tanjungpinang
3 Batu Besi
P. Baruk, Kec. Lingga Kab. Lingga 4
Granit Kec. Bintan Timur Bintan Utara Kab. Bintan
Kec. Meral, Moro, Tebing, Karimun Kab. Karimun P. Selayar Kab. Lingga
5 Pasir Darat
Kec. Bintan Timur Bintan Utara, Gn. Kijang dan Teluk Bintan Kab. Bintan Kec. Moro dan Kundur Barat Kab. Karimun
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kepulauan Riau 2009
Potensi pertambangan yang terdapat di Kepulauan Riau memberikan kontribusi bagi pendapatan daerahnya. Kontribusi pendapatan daerah yang terbesar merupakan hasil
dari pertambangan minyak bumi dan gas yang terdapat di Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.23. Pendapatan Daerah Penghasil dan Bukan Penghasil Minyak dan Gas Bumi di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2006
ProvinsiKabKota Bagian Daerah
Keterangan Minyak
Bumi Gas Alam
Total
1. Provinsi Kepulauan Riau 284,711
43,052 327,763
Penghasil Migas 2. Kab. Natuna
560,361 59,235
619,596 Penghasil Migas
3. Kab. Kep. Anambas Data Masih Bergabung Dengan Kabupaten Natuna
4. Kab. Karimun 113,522
16,146 129,668
Bukan Penghasil Migas 5. Kab. Bintan
113,522 16,146
129,668 Bukan Penghasil Migas
6. Kab. Lingga 113,522
16,146 129,668
Bukan Penghasil Migas 7. Kota Batam
113,522 16,146
129,668 Bukan Penghasil Migas
8. Kota Tajungpinang 113,522
16,146 129,668
Bukan Penghasil Migas
Sub Total 1,412,682
183,017 1,595,699
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kepulauan Riau 2009
e. Permukiman
Masalah penyediaan rumah sudah menjadi masalah besar bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Saat ini negara-negara di Asia Tengah, Selatan dan
Tenggara seperti India, Bangladesh, Pakistan, Indonesia sedang mengalami krisis perumahan. Krisis perumahan ini semakin diperparah akibat pertambahan penduduk di
negara-negara tersebut khususnya di daerah urban yang menyebabkan munculnya
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG RPJP PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2005-2025
48
perumahan kumuh atau slum. Sedangkan dipemukiman penduduk pesisir dan pulau terpencil serta komunitas adat terpencil masih terdapat rumah yang kurang layak huni serta dengan
kondisi kurang baik. Perpindahan penduduk dari desa ke kota juga menambah permasalahan di dalam
penyediaan rumah yang layak. Tingkat urbanisasi semakin pesat akibat terjadinya perubahan yang sangat pesat dari sektor pertanian ke sektor industri. Perubahan ini tentunya
mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang pesat pula yang pada akhirnya perubahan tersebut dapat berdampak positif pula pada kehidupan sosial masyarakat.
Peningkatan pertambahan penduduk tersebut secara langsung akan berpengaruh terhadap penyediaan sarana perumahan. Dengan berdasarkan kajian RMT perbandingan
penduduk dan banyaknya kepala keluarga diketahui rata –rata banyaknya anggota keluarga
pada satu rumah tangga, yaitu rata-rata untuk Provinsi Kepulauan Riau adalah 4,04 jiwaKK. Kawasan perumahan di Kota Tanjungpinang umumnya merupakan perumahan kecil
sampai menengah yang tersebar pada lahan dengan kemiringan yang bergelombang. Kawasan perumahan di Kota Batam umumnya merupakan perumahan menengah sampai
besar. Sedangkan
perumahan perorangan
umumnya terdapat
di Kabupaten
NatunaKepulauan Anambas yang mana masih banyak menggunakan kayu sebagai bahan utama perumahan. Rumah Toko RUKO banyak tersebar pada hampir setiap jalan di
wilayah Kota Batam, Tanjungpinang dan Karimun yang difungsikan sebagai rumah tinggal dan tempat usaha.
Selain pengembangan bangunan perumahan secara pribadi maupun developer pengembang, juga berkembang perumahan-perumahan liar, terutama di wilayah Kota
Batam. Hal tersebut dikarenakan Kota Batam pada wilayah Provinsi Kepulauan Riau merupakan pusat kegiatan masyarakat di wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Jika tidak
dilakukan pencegahan, pembenahan dan penataan maka perumahan yang kumuh akan mempengaruhi kenyamanan masyarakat dan memberikan dampak penyerapan energi yang
lebih besar dalam melaksanakan pelayanan publik dan pembangunan daerah. Istilah rumah liar atau ruli lebih dikenal di Pulau Batam dan mulai berkembang di daerah
mulai tumbuh lainnya seperti Tanjungpinang dan Bintan. Rumah liar atau pemukiman liar adalah rumah atau sekelompok rumah termasuk atau tidak termasuk fasilitas umum, sosial
maupun infrastruktur yang dibangun sendiri maupun secara kolektif di luar area yang direncanakan dan tidak sesuai dengan peruntukan yang telah ditetapkan dalam Master Plan
contra regulation. Untuk kasus rumah liar di Pulau Batam, rumah atau pemukiman ini telah tumbuh dengan pesatnya di atas sebidang tanah yang tidak dialokasikan baik untuk
perumahan maupun bangunan fisik seperti di daerah hijau, hutan lindung, dan cacthment area untuk waduk.
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG RPJP PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2005-2025
49
Kemunculan persoalan perumahan kerap terjadi di wilayah perkotaan dengan tingkat perkembangan wilayah yang pesat. Hal ini dikarenakan penyediaan perumahan di wilayah
perkotaan umumnya diserahkan kepada pihak swasta yang berorientasi profit serta umumnya hanya menyediakan perumahan-perumahan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke
atas. Kondisi ini pada akhirnya dapat menimbulkan kurangnya ketersediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah di wilayah perkotaan. Dengan demikian perlu
diketahui jumlah ketersediaan perumahan untuk masing-masing tingkat pendapatan masyarakat serta kebutuhan akan perumahan terutama untuk wilayah perkotaan.
Pesatnya migrasi desa ke kota pada akhirnya mendesak adanya suatu kebijakan permukiman perdesaan. Kebijakan ini dapat dilakukan melalui penciptaan sentra-sentra
produksi yang prospektif dalam penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan. Sejalan dengan itu perlu diciptakan saling keterhubungan antara suatu sentra produksi dengan pusat
pemasarannya sehingga dapat saling menunjang sistem perwilayahan. Khusus untuk persoalan perumahan, pengumpulan data dan informasi khususnya
mengenai potensi area atau alam di suatu daerah dapat membantu menentukan jenis perumahan yang pantas untuk daerah tersebut, apakah perumahan vertikal, horizontal, rumah
inti, rumah tumbuh, permanen, temporer, dan lain-lain yang akan berbeda satu wilayah dengan wilayah lainnya.
Gambar 2.4. Kebutuhan Rumah Selama Jangka Panjang 2005-2025
Sumber: Rancangan RTRW dan Hasil Analisa
f. Wisata