Kesejahteraan Sosial GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG RPJP PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2005-2025 63 dokter, perawat, tenaga medis lainnya, seperti analis kesehatan, apoteker, fasilitas laboratorium, puskesmas rawat inap, dan juga penyediaan obat-obatan yang pada akhirnya dapat menjawab kebutuhan kesehatan. Persebaran fasilitas kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau masih belum merata untuk setiap wilayah pengembangannya. Satu kabupaten memiliki fasilitas kesehatan yang lengkap sedangkan kabupaten lainnya belum memadai. Akibatnya penduduk yang ingin memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan harus menempuh suatu jarak tertentu ke wilayah lain yang memiliki fasilitas kesehatan lebih lengkap. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan biaya serta waktu yang lebih tinggi yang akhirnya dibebankan terhadap masyarakat itu sendiri. Atas kondisi ini, upaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan yang dapat dilakukan baik oleh pemerintah maupun pihak lainnya adalah berupa puskesmas keliling yang menyediakan pelayanan kesehatan dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Puskesmas keliling ini dapat berupa kapal berukuran kecilsedang yang telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga mampu menjangkau seluruh wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

c. Kesejahteraan Sosial

Indeks pembangunan manusia di Kabupaten dan Kota di Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan bahwa pembangunan di KabupatenKota di Provinsi Kepulauan Riau sudah cukup baik. IPM Batam pada Tahun 2007 adalah 76,68; Tanjungpinang 72,88; Karimun 72,40; Bintan 72,97; Lingga 70,25 dan NatunaKep. Anambas 69,36. Diluar itu, Kota Batam menduduki urutan yang cukup tinggi di peringkat 8 pada Tahun 2007. Dengan demikian kesejahteraan sosial di Kepulauan Riau sudah cukup baik. Namun pemerataan dan ketimpangan kondisi sosial ekonomi tetap menjadi masalah dalam pembangunan daerah. Kelompok masyarakat yang termasuk rawan sosial perlu memperoleh perlindungan dan perhatian oleh pemerintah. Sebagai salah satu kawasan ekonomi strategis yang mengembangkan industri, perdagangan, pertambangan, dan pariwisata Provinsi Kepulauan Riau menjadi sasaran migrasi, mengakibatkan Provinsi Kepulauan Riau menghadapi berbagai masalah sosial, seperti kesenjangan sosial ekonomi, banyaknya rumah liar, kriminalitas, prostitusi, human trafficking perdagangan manusia, anak terlantar, peredaran narkotika dan obat terlarang. Sebagian besar masalah sosial terdapat di Batam yaitu lebih 80 persen atau sekitar 26.800 dari 34.664 masalah sosial, sisanya terdapat di Karimun sekitar 15 persen atau 4.772 masalah dan lainnya merata pada semua kabupatenkota. Masalah sosial yang menonjol adalah pekerja migran yang terlantar dan wanita tunasusila diikuti anak terlantar dan komunitas adat terpencil. Pada Tahun 2005 prostitusi dan child traffickingperdagangan anak banyak terjadi khususnya di Kota Batam, Tanjungpinang dan Karimun. Masalah prostitusi dan child trafficking ini perlu segera ditanggulangi karena bisa merusak moralitas, akhlak dan RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG RPJP PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2005-2025 64 keteraturan sosial. Penanggulangan masalah ini harus segera dilaksanakan secara menyeluruh baik melalui penegakan hukum, pendekatan budaya, agama, dan pendidikan. Hal yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan adalah partisipasi masyarakat di dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan terutama dalam penanggulangan masalah kesejahteraan sosial di Provinsi Kepulauan Riau yang telah berjalan cukup baik. Pada Tahun 2003 misalnya, sebagaimana dicatat oleh BPS di Provinsi Kepulauan Riau telah terdapat 11 panti sosial yang dikelola masyarakat dengan kapasitas 430 orang sementara penghuninya sekitar 275 orang.

d. Agama