RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009-2029
Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Provinsi Jawa Tangah 2 - 11
1 menetapkan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis provinsi untuk
pemanfaatan sumber daya alam di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan
pemanfaatan ruang wilayah; 2
mengembangkan kegiatan budi daya unggulan di dalam kawasan beserta infrastruktur secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan
perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya; 3
mengembangkan kegiatan budi daya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi;
4 mengembangkan dan melestarikan kawasan budi daya pertanian untuk mewujudkan
ketahanan pangan daerah dan atau nasional; 5
mengembangkan dan melestarikan kawasan budi daya hutan produksi, perkebunan, peternakan untuk mewujudkan nilai tambah daerah dan atau nasional;
6 mengembangkan dan melestarikan kawasan peruntukan industri untuk mewujudkan
nilai tambah dan meningkatakan perekonomian daerah dan atau nasional; 7
mengembangkan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil untuk meningkatkan daya saing dan mewujudkan skala ekonomi pada sektor perikanan dan pariwisata; dan
8 mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan yang bernilai ekonomi
tinggi untuk meningkatkan perekonomian daerah. 9
mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya lahan untuk meningkatkan kualitas permukiman.
Strategi pengembangan kawasan budidaya terkait upaya pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan
meliputi: 1
pengalokasian ruang bagi kegiatan budidaya yang dibolehkan dan dilarang berada di dalam kawasan lindung;
2 pengembangan bangunan fisik di kawasan rawan bencana dilakukan secara selektif
berdasarkan kajian teknis untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;
3 mengembangkan kawasan perkotaan dengan kecenderungan pertumbuhan
penduduk yang tinggi dan atau padat dengan pendekatan perencanaan kawasan perkotaan;
4 mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30 tiga puluh
persen dari luas kawasan perkotaan; 5
mengembangakan kawasan tanah nonproduktif untuk kegiatan pembangunan nonpertanian untuk mempertahankan lahan pangan berkelanjutan;
6 membatasi alih fungsi lahan sawah melalui penataan perkembangan kawasan
terbangun di kawasan perkotaan dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan tidak sporadis untuk mempertahankan tingkat pelayanan
infrastruktur dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya; dan
7 mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan keberadaan
kawasan dari dampak bencana.
2.3.3 Strategi Pengembangan Kaw asan Strategis Provinsi
Kawasan strategis merupakan kawasan yang dianggap perlu diprioritaskan pengembangannya atau penanganannya serta memerlukan dukungan penataan ruang
segera dalam kurun waktu rencana. Kawasan prioritas di wilayah Provinsi Jawa Tengah
RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009-2029
Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Provinsi Jawa Tangah 2 - 12
dibedakan menjadi dua, yaitu kawasan strategis yang terutama berkaitan dengan kepentingan ekonomis dan kawasan khusus yang memerlukan penanganan tersendiri.
Strategi umum pengembangan kawasan strategis adalah sebagai berikut : 1
Mengembangkan wilayah-wilayah yang diprioritaskan untuk mengakomodasikan perkembangan sektor-sektor strategis dan upaya penyiapan penataan ruangnya secara
lebih detail. 2
Menanggulangi dengan segera, kawasan-kawasan strategis yang memiliki permasalahan yang cukup mendesak untuk ditangani, seperti penanganan terhadap kawasan kritis,
daerah-daerah perbatasan dan kawasan tertinggal. 3
Memberi dukungan penataan ruang pada setiap kawasan strategis, daerah perbatasan dan kawasan tertinggal.
Tabel 2.2 Matriks
grand strategy
Permasalahan Rendah
Tinggi
Potensi
Tinggi Kuadran 2
1. Market development
2. Market penetration
3. Product development
4. Horizontal integration
5. Divestiture
6. Liquidation
7.
Concentric Diversification
Kuadran 1
1. Market development 2. Market penetration
3. Product development 4. Forward integration
5. Backward integration 6. Horizontal integration
Rendah Kuadran 3
1. Retrenchment 2. Concentric diversification
3. Horizontal diversification 4. Conglomerat diversification
5. Divestiture 6. Liquidation
Kuadran 4
1. Concentric diversification 2. Horizontal diversification
3.Conglomerat diversification 4. Joint venture.
Sumber : Umar, 2003:243 Keterangan:
1.
Market development
: Pengembangan pasar
2.
Market penetration
: Penetrasi pasar usaha memasarkan hasil produksi
wilayah 3.
Product development
: Memperbaiki mengembangakan produk wilayah yang sudah ada
4.
Horizontal integration
: I ntegrasi horizontal pertumbuhan
5.
Divestiture
: Menjual hasil produksi wilayah
6.
Liquidation
: Menghentikan arus produksi dari wilayah lain yang merugikan suatu wilayah
7.
Concentric Diversification
: Penambahan fasilitas baru
8.
Retrenchment
: Memperbaiki produk fasilitas wilayah yang ada
9.
Horizontal diversification
: Penambahan fasilitas
baru di beberapa wilayah 10.
Conglomerat diversification
: Penambahan fasilitas baru yang belum dimiliki di
wilayah Berdasarkan tingkat kemampuan fasilitas pelayanan maka dapat diidentifikasi strategi
pengembangan untuk kawasan strategis Provinsi Jawa Tengah sehingga strategi dapat tepat
RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009-2029
Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Provinsi Jawa Tangah 2 - 13
pada sasaran dan dapat mengenai potensi dan permasalahan Provinsi Jawa Tengah. Pada tahap ini strategi yang digunakan berdasarkan Matriks
grand strategy
yang dilihat dari segi potensi dan permasalahan kelas tinggi dan rendah yang dibagi dalam beberapa kuadran
dengan masing-masing memiliki alternatif-alternatif strategi yang dapat digunakan. Adapun bentuk-bentuk strategi untuk mewujudkan kebijakan pengembangan kawasan strategis di
Provinsi Jawa Tengah, adalah sebagai berikut:
a. Strategi untuk pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan
kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya daerah, meliputi:
1
menetapkan kawasan strategis provinsi berfungsi lindung; 2
mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis provinsi yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;
3 membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis provinsi yang berpotensi
mengurangi fungsi lindung kawasan; 4
membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis provinsi yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya;
5 mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis
provinsi yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun;
6 merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan
ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis provinsi. b.
Strategi untuk pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan pengembangan perekonomian meliputi:
1 menetapkan kawasan strategis provinsi dengan fungsi pengembangan ekonomi;
2 mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan
budi daya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah; 3
menciptakan iklim investasi yang kondusif; 4
mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan;
5 mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas
lingkungan hidup dan efisiensi kawasan; 6
mengintensifkan promosi peluang investasi; dan 7
meningkatkan pelayanan infrastruktur dan sarana penunjang kegiatan ekonomi. c.
Strategi untuk peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara, meliputi:
1 menetapkan kawasan strategis provinsi dengan fungsi khusus pertahanan dan
keamanan; 2
mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis provinsi untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;
3 mengembangkan kawasan lindung dan atau kawasan budi daya tidak terbangun di
sekitar kawasan strategis provinsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis provinsi dengan kawasan budi daya terbangun.
d. Strategi untuk pemanfaatan sumber daya alam dan atau teknologi tinggi secara optimal
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meliputi:
RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009-2029
Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Provinsi Jawa Tangah 2 - 14
1 mengembangkan kegiatan penunjang dan atau kegiatan turunan dari pemanfaatan
sumber daya dan atau teknologi tinggi; 2
meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya dan atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan atau turunannya;
3 mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan atau teknologi tinggi
terhadap fungsi lingkungan hidup, dan keselamatan masyarakat. e.
Strategi untuk pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa, meliputi: 1
meningkatkan kecintaan masyarakat akan nilai budaya yang mencerminkan jati diri bangsa yang berbudi luhur;
2 mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan masyarakat; dan
3 melestarikan situs warisan budaya bangsa.
f. Strategi untuk pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai
warisan dunia, meliputi: 1
melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan ekosistemnya; 2
meningkatkan kepariwisataan provinsi; 3
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan 4
melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup. g.
Strategi untuk pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan kawasan tertinggal dalam kerangka mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antarkawasan, meliputi ;
1 memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan;
2 membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan tertinggal dan pusat
pertumbuhan wilayah; 3
mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat; 4
meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan; 5
meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi.
RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009-2029
Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah 3 - 1
Bab 3
Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Jaw a Tengah
Rencana struktur ruang wilayah provinsi merupakan rencana kerangka tata ruang wilayah provinsi yang dibangun oleh konstelasi pusat-pusat kegiatan sistem perkotaan yang
berhirarki satu sama lain dan dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah provinsi terutama jaringan transportasi.
Pusat-pusat kegiatan pada wilayah provinsi merupakan pusat pertumbuhan wilayah provinsi, yang dapat terdiri atas:
a. PKN yang berada di wilayah provinsi;
b. PKW yang berada di wilayah provinsi;
c. PKSN yang berada di wilayah provinsi; dan
d. PKL yang ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi.
Sistem jaringan prasarana wilayah provinsi meliputi sistem jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikan dan memberikan layanan bagi
pusat-pusat kegiatan yang ada di wilayah provinsi.
Rencana struktur ruang wilayah provinsi berfungsi: a.
Sebagai pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah provinsi yang memberikan layanan bagi wilayah kabupaten dan wilayah kota yang berada dalam wilayah provinsi; dan
sebagai arahan perletakan sistem jaringan prasarana antarwilayah b.
Kabupaten kota yang juga menunjang keterkaitan pusat kabupaten kota antarwilayah provinsi.
Rencana struktur ruang wilayah provinsi dirumuskan berdasarkan: a.
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah provinsi; b.
Kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah provinsi dalam rangka mendukung kegiatan sosial, ekonomi;
c. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah provinsi;
d. Kedudukan provinsi di dalam wilayah yang lebih luas; dan
e. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
3.1. Rencana Pengembangan Sistem Perdesaan
Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaan, pelayanan jasa Pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Sistem perdesaan di Jawa Tengah dikembangkan sebagai berikut: 1.
Memperlakukan sistem perdesaan sebagai kontinum dari sistem perkotaan dalam kerangka sistem wilayah Jawa Tengah.
RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009-2029
Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah 3 - 2
2. Mengembangkan sektor-sektor primer perdesaan, yang meliputi pertanian, perkebunan,
kehutanan, pertambangan, perikanan, serta produksi pesisir dan kelautan lainnya, melalui upaya peningkatan produktifitas tanpa mengabaikan aspek kelestarian lingkungan.
3. Untuk mengantisipasi pengurangan daya serap tenaga kerja sebagai akibat peningkatan
produktifitas sektor-sektor primer tersebut pada ayat 2 di atas, dan untuk mencegah arus migrasi ke kota-kota besar, perlu dikembangkan kegiatan-kegiatan non-pertanian
perdesaan rural non-farm sector, yaitu kegiatan ekonomi perdesaan yang merupakan keterkaitan langsung dengan potensi sektor-sektor primer perdesaan, seperti misalnya
industri makanan dan industri kerajinan, yang berkerakteristik usaha mikro, kecil dan menengah, dan membutuhkan keahlian yang tidak terlalu tinggi low skilled, serta padat
karya.
4. Dalam mengembangkan kegiatan non-pertanian perdesaan seyogyanya dilakukan dengan
pendekatan komprehensif, tidak hanya pengembangan produksinya, tapi juga pengembangan pemasarannya. Dalam sistem ekonomi spasial, strategi ini bisa
menggunakan pendekatan agropolitan.
5. Melengkapi kawasan perdesaan dengan prasarana dan sarana, baik yang bersifat umum,
sosial dan ekonomi, yang lengkap dan terjangkau oleh masyarakat. 6.
Mengembangkan sistem pusat perdesaan yang terhirarki dengan baik dan mampu meningkatkan keterhubungan kawasan perdesaan dengan pusat-pusat kawasan
perkotaan terdekatnya. Hirarki sistem pusat perdesaan
rural centres adalah berupa dari yang tertinggi: • Pusat Antar Desa, yaitu dengan pelayanan beberapa kelurahandesa. Jika menggunakan
pendekatan agropolitan, desa-desa pusat pertumbuhan bisa masuk kategori ini. Harus diingat pula bahwa kemungkinan beberapa Pusat Antar Desa sudah termasuk kawasan
perkotaan.
• Pusat Desa Kelurahan, yang melayani satu desakelurahan di kawasan perdesaan • Pusat DusunPermukiman, yang melayani satu dusun atau satuan permukiman di
kawasan perdesaan.
3.2. Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan
Kota-kota, baik yang mempunyai status otonomi maupun tidak, merupakan pusat kegiatan bagi wilayah di sekelilingnya, yang sering disebut dengan beberapa istilah seperti wilayah
pengaruh, wilayah pelayanan, hinterland, dll., dengan bermacam fungsi seperti pusat pemasaran produk-produk hinterland atau pusat perdagangan dan jasa-jasa, pusat
pengolahan produk hinterland industri manufaktur, simpul transportasi transportation hub, jasa pendidikan bergelar maupun non-gelar, dan fungsi-fungsi keterpusatan lainnya.
Melalui UU Penataan Ruang No. 26 2007, telah ditetapkan istilah baku untuk pusat-pusat tersebut, yaitu secara hirarkis mulai dari Pusat Kegiatan Nasional PKN, Pusat Kegiatan
Wilayah PKW, dan Pusat Kegiatan Lokal PKL. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional RTRWN telah menetapkan Kawasan Perkotaan
Kedungsepur, Kota Surakarta dan Cilacap sebagai PKN. Sementara itu yang ditetapkan sebagai PKW adalah 11 Kawasan Perkotaan, yaitu Boyolali, Klaten, Salatiga, Tegal,
Pekalongan, Kudus, Cepu, Magelang, Wonosobo, Kebumen, Purwokerto. Kemudian RTRWP Jawa Tengah 2003-2018 telah menetapkan 54 PKL di Jawa Tengah, yaitu Majenang,
Wangon, Ajibarang, Sokaraja, Banyumas, Purbalingga, Bobotsari, Purworejo, Klampok, Banjarnegara, Gombong, Karanganyar, Kebumen, Secang, Muntilan, Mungkid, Borobudur,
RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009-2029
Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah 3 - 3
Mertoyudan, Boyolali, Prambanan, Delanggu, Sukoharjo, Ampel, Purwantoro, Tawangmangu, Jaten, Karanganyar, Sragen, Purwodadi, Gubug, Godong, Wirosari, Blora, Rembang, Tayu,
Pecangaan, Demak, Temanggung, Parakan, Kaliwungu, Kendal, Sukorejo, Boja, Weleri, Batang, Kajen, Wiradesa, Kedungwuni, Comal, Pemalang, Randudongkal, Slawi-Adiwerna,
Bumiayu, Ketanggungan-Kersana, dan Brebes. Penetapan PKN dan PKW yang telah dilakukan di tingkat Nasional akan diikuti dalam RTRWP
ini, demikian juga dengan penetapan PKL dalam RTRWP 2003-2018 mengingat kawasan- kawasan perkotaan yang telah ditetapkan tersebut memang berpotensi sebagai PKN, PKW
dan PKL, sesuai dengan hasil analisis indeks dan sistem kota-kota pada bab terdahulu. Selain yang telah ditetapkan dalam RTRWN, bagian ini akan mengemukakan arahan
kebijakan sistem pusat kegiatan dengan mengusulkan strategi penguatan fungsi keterpusatan bagi kawasan-kawasan perkotaan yang telah ditetapkan sebagai PKN, PKW
ataupun PKL tapi sebenarnya masih kurang potensial pada saat ini. Uraian selanjutnya akan dilakukan dalam tiga bagian, yaitu untuk Pusat Kegiatan Nasional, Pusat Kegiatan Wilayah,
dan Pusat Kegiatan Lokal.
3.2.1. Pusat Kegiatan Nasional PKN