RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009-2029
Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah 3 - 3
Mertoyudan, Boyolali, Prambanan, Delanggu, Sukoharjo, Ampel, Purwantoro, Tawangmangu, Jaten, Karanganyar, Sragen, Purwodadi, Gubug, Godong, Wirosari, Blora, Rembang, Tayu,
Pecangaan, Demak, Temanggung, Parakan, Kaliwungu, Kendal, Sukorejo, Boja, Weleri, Batang, Kajen, Wiradesa, Kedungwuni, Comal, Pemalang, Randudongkal, Slawi-Adiwerna,
Bumiayu, Ketanggungan-Kersana, dan Brebes. Penetapan PKN dan PKW yang telah dilakukan di tingkat Nasional akan diikuti dalam RTRWP
ini, demikian juga dengan penetapan PKL dalam RTRWP 2003-2018 mengingat kawasan- kawasan perkotaan yang telah ditetapkan tersebut memang berpotensi sebagai PKN, PKW
dan PKL, sesuai dengan hasil analisis indeks dan sistem kota-kota pada bab terdahulu. Selain yang telah ditetapkan dalam RTRWN, bagian ini akan mengemukakan arahan
kebijakan sistem pusat kegiatan dengan mengusulkan strategi penguatan fungsi keterpusatan bagi kawasan-kawasan perkotaan yang telah ditetapkan sebagai PKN, PKW
ataupun PKL tapi sebenarnya masih kurang potensial pada saat ini. Uraian selanjutnya akan dilakukan dalam tiga bagian, yaitu untuk Pusat Kegiatan Nasional, Pusat Kegiatan Wilayah,
dan Pusat Kegiatan Lokal.
3.2.1. Pusat Kegiatan Nasional PKN
Sesuai dengan definisi RTRWN, Pusat Kegiatan Nasional adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.
Dengan pengertian ini, suatu PKN harus mempunyai fasilitas-fasilitas yang jangkauan pelayanannya minimal meliputi lebih dari satu provinsi, seperti misalnya pelabuhan laut
berskala internasional atau nasional, baik kelas utama ataupun pengumpan, atau juga bandar udara internasional ataupun nasional, atau juga kegiatan industri manufaktur yang
proses input-outputnya melampaui skala Provinsi Jawa Tengah. Kota-kota yang sudah ditetapkan sebagai PKN oleh Pemerintah Pusat dalam RTRWN adalah:
1
Kedungsepur Merupakan kawasan perkotaan yang meliputi kawasan perkotaan Kendal, Demak,
Ungaran, Semarang dan Purwodadi. 2
Surakarta Solo Merupakan kawasan perkotaan yang meliputi kota Surakarta dan sekitarnya.
3 Cilacap
Meliputi Kabupaten Cilacap khususnya kawasan perkotaan di dalamnya.
3.2.2. Pusat Kegiatan Wilayah PKW
Pusat Kegiatan Wilayah adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten. Dengan pengertian ini, suatu PKW harus
mempunyai fasilitas-fasilitas yang jangkauan pelayanannya minimal meliputi lebih dari satu kabupaten, seperti misalnya kegiatan industri manufaktur yang proses input-outputnya
menjangkau antar kabupaten dan sangat signifikan pada tingkat provinsi. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, selanjutnya dapat ditetapkan kota-kota yang menjadi
PKW sesuai dengan RTRWN adalah: Purwokerto, Kebumen, Wonosobo, Boyolali, Klaten, Cepu, Kudus, Kota Magelang, Kota Salatiga, Kota Pekalongan dan Kota Tegal.
RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009-2029
Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah 3 - 4
3.2.3. Pusat Kegiatan Lokal PKL
Kota-kota yang menjadi Pusat Kegiatan Lokal di Jawa Tengah dapat dipastikan bukanlah Kota Otonom. Artinya, setiap ibukota kabupaten yang belum ditetapkan ataupun diusulkan
sebagai PKN atau PKW dapat ditetapkan sebagai PKL. Karena itu, kebijakan RTRWP 2003- 2018 yang menetapkan 54 kota sebagai PKL, sebagian besar masih dapat digunakan dalam
RTRWP 2009-2029 ini, dengan beberapa catatan. Pertama, banyak di antara ke-54 PKL tersebut yang tingkat kekotaannya masih rendah sehingga memerlukan strategi penguatan
fungsi, misalnya Purwantoro di Kabupaten Wonogiri dan Randudongkal di Kabupaten Pemalang. Strategi penguatan fungsi ini akan tercermin dari indikasi program yang diusulkan
pada bab selanjutnya. Kedua, banyak pusat-pusat selain yang telah ditetapkan RTRWP 2003-2018 yang index kekotaannya lebih tinggi, seperti misalnya Kartosuro dengan index
479. Karena itu RTRWP 2009-2029 ini mengusulkan perubahan PKL sbb.: • Kecamatan dengan indeks kekotaan di bawah 150 tidak dapat ditetapkan sebagai PKL.
Dengan demikian, ada empat kota PKL yang tidak masuk kategori minimal, yaitu Randudongkal, Purwantoro, Kedungwuni Kabupaten Pekalongan dan Wirosari
Kabupaten Grobogan.
• Posisi ke-4 PKL tersebut digantikan oleh Kecamatan-kecamatan dengan indeks kekotaan yang lebih tinggi, yaitu Kartasura Kabupaten Sukoharjo, Ampel Kabupaten Boyolali,
Kroya Kabupaten Cilacap, dan Juwana Kabupaten Pati Selanjutnya, berdasarkan analisis indeks kekotaan, kota-kota yang yang ditetapkan sebagai
PKL di Jawa Tengah adalah: Kroya, Majenang, Wangon, Ajibarang, Banyumas, Purbalingga, Bobotsari, Sokaraja, Banjarnegara, Klampok, Gombong, Karanganyar Kebumen, Prembun,
Kutoarjo, Purworejo, Mungkid, Muntilan, Mertoyudan, Borobudur, Secang, Ampel, Sukoharjo, Kartasura, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Jaten, Delanggu, Prambanan, Tawangmangu,
Blora, Purwodadi, Gubug, Godong, Rembang, Pati, Juwana, Tayu, Jepara, Pecangaan, Demak, Mranggen, Ungaran, Ambarawa, Temanggung, Parakan, Kendal, Boja, Kaliwungu,
Weleri, Sukorejo, Batang, Kajen, Wiradesa, Comal, Pemalang, Slawi-Adiwerna, Ketanggungan-Kersana, Brebes dan Bumiayu.
RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009-2029
Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah 3 - 5
Peta 3.1 Peta Rencana Sistem Perkotaan di Provinsi Jaw a Tengah
RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009-2029
Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah 3 - 6
3.3. Rencana Sistem Perw ilayahan Regionalisasi
Penetapan Sistem Perwilayahan utamanya ditujukan sebagai arahan umum bagi para pelaku pembangunan di Provinsi Jawa Tengah tentang keterkaitan fungsional kota-kota dan
hinterland yang ada di Jawa Tengah. Jadi, suatu satuan wilayah dapat dipandang sebagai suatu subsistem kota-kota dan
hinterland-nya dalam kesatuan sistem kota-kota dan hinterland lingkup Jawa Tengah. Perencanaan sarana dan prasarana, misalnya, terutama
yang terkait dengan pelayanan lebih dari satu kabupaten kota, akan memerlukan pertimbangan keterkaitan fungsional pada tingkat sub sistem ini.
Rencana sistem perwilayahan di Jawa Tengah adalah sebagai berikut: a.
Barlingmascakeb; meliputi Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap,
dan Kebumen dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal, Provinsi dan Nasional khusus Cilacap. Untuk skala provinsi dan nasional, pengembangan fasilitas
diarahkan pada fasilitas perhubungan udara bandara, laut Pelabuhan dan darat Terminal Tipe A, kawasan industri dan pergudangan, fasilitas pendidikan tinggi, serta
jasa-jasa keuangan perbankan dan simpul pariwisata.
b.
Purw omanggung; meliputi Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten
Magelang, Kota Magelang dan Kabupaten Temanggung, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal dan Provinsi. Untuk skala provinsi, pengembangan
fasilitas diarahkan pada fasilitas perhubungan darat Terminal Tipe A, kawasan industri dan pergudangan, jasa-jasa keuangan perbankan dan simpul pariwisata.
c. Subosukaw onosraten; meliputi Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali, Sukoharjo,
Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal, Provinsi, Nasional dan I nternasional. Untuk skala nasional dan
internasional, pengembangan fasilitas diarahkan pada fasilitas perhubungan udara Bandara dan darat Terminal Tipe A, kawasan industri dan pergudangan, fasilitas
pendidikan tinggi, serta jasa-jasa keuangan perbankan dan simpul pariwisata.
d.
Banglor; meliputi Kabupaten Rembang dan Blora, dengan pusat di Cepu, dengan fungsi
pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal dan Provinsi. Untuk skala provinsi, pengembangan fasilitas diarahkan pada fasilitas perhubungan udara Bandara, laut
Pelabuhan, dan darat Terminal, kawasan industri dan pergudangan, jasa-jasa keuangan perbankan dan simpul pariwisata.
e. Wanarakuti Juwana-Jepara-Kudus-Pati; meliputi Kabupaten Jepara Kudus dan Pati
dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal, Provinsi dan Nasional. Untuk skala provinsi dan nasional, pengembangan fasilitas diarahkan pada fasilitas
perhubungan laut Pelabuhan dan darat Terminal Tipe A, kawasan industri dan pergudangan, fasilitas pendidikan tinggi, serta jasa-jasa keuangan perbankan.
f.
Kedungsepur; meliputi Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang
Ungaran, Kota Semarang, Kota Salatiga, dan Kabupaten Grobogan Purwodadi, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal, Provinsi, Nasional dan
I nternasional. Untuk skala nasional dan internasional, pengembangan fasilitas diarahkan pada fasilitas perhubungan udara Bandara, laut Pelabuhan, dan darat Terminal Tipe
A, kawasan industri dan pergudangan, fasilitas pendidikan tinggi, serta jasa-jasa keuangan perbankan dan simpul pariwisata.
g.
Petanglong; meliputi Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang dan Kota Pekalongan
dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal dan Provinsi. Untuk skala provinsi, pengembangan fasilitas diarahkan pada fasilitas perhubungan laut Pelabuhan,
dan darat jalan dan kereta api, industri dan pergudangan, jasa-jasa keuangan perbankan dan simpul pariwisata.
RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009-2029
Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah 3 - 7
Peta 3.2 Peta Rencana Sistem Perw ilayahan di Provinsi Jaw a Tengah
RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009-2029
Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah 3 - 8
h. Bregasmalang; meliputi Kabupaten Brebes, Kota Tegal, Kabupaten Tegal Slawi dan
Kabupaten Pemalang, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal, Provinsi dan Nasional. Untuk skala provinsi dan nasional, pengembangan fasilitas
diarahkan pada fasilitas perhubungan udara Bandara, laut Pelabuhan dan darat Terminal Tipe A, kawasan industri dan pergudangan, fasilitas pendidikan tinggi, serta
jasa-jasa keuangan perbankan.
3.4. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
3.4.1. Sistem Prasarana Utama A. Sistem Jaringan Transportasi Darat