Mari Mengartikan Beberapa Mufradāt Penting secara Teliti: Mari Memaknai Mufradāt Penting QS. An Nisâ’: 36

Buku Siswa Kelas XII 68 kondisi tidak menguntungkan atau lemah. Tugas Rasulullah dan umat Islam adalah tidak putus-putusnya mendakwahkan ajaran Islam kepada siapapun dengan cara yang santun dan tegas. Tugas ini merupakan bagian dari mewujudkan kehidupan masyarakat yang baik. Balasan bagi orang-orang yang suka mengolok-olok atau melecehkan ayat-ayat Allah yaitu azab neraka. Kalau dalam konteks kehidupan masyarakat sekarang, orang yang melecehkan dan menistakan ajaran Islam akan di “siksa” di dunia dengan hukuman penjara. Selanjutnya untuk memperkuat pembahasan tentang tanggungjawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat ini, pelajari QS. An Nisâ’: 36 berikut Ananda sekalian mari kita pelajari surah An Nisâ’: 36 bersama-sama dan ber ulang- ulang hingga lancar serta usahakan dapat menghafalnya a. Mari Membaca QS. An Nisâ’: 36 secara Tartil: ٰ َبۡرُقۡلٱ يِذِبَو اٗنٰ َسۡحِإ ِنۡيَ ِدَٰو ۡلٱِبَو ۖاٗٔ ۡيَش ۦِهِب ْاوُكِ ۡشُت َلَو َ َلٱ ْاوُدُبۡعٱَو۞ ِبَۢ ۡ لٱِب ِبِحا َصلٱَو ِبُنُ ۡ لٱ ِراَ ۡ لٱَو ٰ َبۡرُقۡلٱ يِذ ِراَ ۡ لٱَو ِنِكٰ َسَم ۡ لٱَو ٰ َمٰ َتَ ۡ لٱَو ٦ اًروُخَف ٗ لاَتۡ ُم َن َك نَم ُبِ ُي َ ل َ َلٱ َنِإ ۗۡمُكُنٰ َمۡي َ أ ۡتَكَلَم اَمَو ِليِب َسلٱ ِنۡبٱَو

b. Mari Mengartikan Beberapa Mufradāt Penting secara Teliti:

tetangga yang dekat َبْرُقْلا يِذ ِراَْلا tetangga yang jauh ِبُنُ ْ لا ِراَ ْ لا teman sejawat ِبْنَ ْ لاِب ِبِحا َصلا sombong لاَتْ ُم membangga-banggakan diri اًروُخَف

c. Mari Memaknai Mufradāt Penting QS. An Nisâ’: 36

• اٗنٰ َسۡحِإ ِن ۡيَ ِدَٰوۡلٱِبَو wa bi al-walidaini ihsana. Di sini Al-Qur’an menggunakan kata penghubung “bi” bukan “ li” yang berarti untuk dan “ila” yang berarti kepada, Tafsir Ilmu Tafsir Kurikulum 2013 69 ketika berbicara tentang bakti kepada ibu-bapak. Menurut pakar-pakar bahasa, kata “ila” mengandung makna jarak, sedangkan Allah tidak menghendaki adanya jarak walau sedikit pun dalam hubungan antara anak dan orang tuanya. Anak harus selalu mendekat dan merasa dekat kepada lbu-bapaknya. Itu pula sebabnya tidak dipilih kata penghubung “li” yang mengandung makna peruntukan. • Al-Qur’an menggunakan ناسحI� ihsân sebanyak enam kali, lima di antaranya dalam konteks berbakti kepada kedua orang tua. Kata husn, mencakup segala sesuatu yang menggembirakan dan disenangi. “Hasanah” digunakan untuk menggambarkan apa yang menggembirakan manusia karena perolehan nikmat, menyangkut diri, jasmani, dan keadaannya. Demikian menurut ar-Raghib Al- Asfahani. Selanjutnya, kata ihsan digunakan untuk dua hal, yakni memberi nikmat kepada pihak lain dan perbuatanbaik. Karena itu, kata ihsan lebih luas dari sekadar memberi nikmat atau nafkah, maknanya, bahkan lebih tinggi dan dalam dari kandungan makna adil, karena adil adalah “memperlakukan orang lain sama dengan perlakuannya kepada Anda”, sedangkan ihsan adalah “memperlakukannya lebih baik dari perlakuannya terhadap Anda.” Adil adalah “mengambil semua hak Anda dan atau memberikan semua hak orang lain”, sedangkan ihsan adalah “memberi lebih banyak danpada yang hams Anda berikan dan mengambil lebih sedikit dari yang seharusnya Anda ambil”. Karena itu Rasul Saw berpesan kepada seseorang, “Engkau dan hartamu adalah untuk milik ayahmu, orang tuamu” HR. Abu Daud. • Kata َبۡرُقۡلٱ يِذ ِراَۡلٱَو tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh. Sementara ulama menetapkan bahwa tetangga adalah penghuni yang tinggal di sekeliling rumah Anda, sejak dari rumah pertama hingga rumah keempat puluh. Baik yang anda kenal maupun tidak nama masing-masing. • Kata ِبَۢ ۡ لٱِب ِبِحا َصلٱَو dapat dipahami dalam arti isteri, bahkan siapa pun yang selalu menyertai seseorang di rumahnya, termasuk para pembantu rumah tangga. Makna ini perlu ditekankan terutama karena sementara orang baik sebelum dan sesudah turunnya Al Qur’an, hingga kini, masih banyak yang memperlakukan isteri dan atau para pembantunya secara tidak wajar. • Kata ليبس نبا ibnu sabî�l yang secara harfiah berarti anak jalanan. Maka para ulama dahulu memahami dalam arti siapapun yang kehabisan bekal, dan dia sedang dalam perjalanan. Buku Siswa Kelas XII 70 • Kata ٗ لاَتۡ ُم mukhtâlan terambil dari akar kata yang sama dengan khayal. Karenanya, kata ini pada mulanya berarti orang yang tingkah lakunya diarahkan oleh khayalannya, bukan oleh kenyataan yang ada pada dirinya. Biasanya orang semacam ini berjalan angkuh dan metasa diri memiliki kelebihan dibandingkan dengan orang lain. Dengan demikian, keangkuhannya tampak secara nyata dalam kesehariannya. Seorang yang mukhtal membanggakan apa yang dimilikinya, bahkan tidak jarang membanggakan apa yang pada hakikatnya tidak ia miliki. Dan inilah yang ditunjuk oleh kata ·‘qã‚sù fakhuran yakni sering kali membanggakan diri. Memang, kedua kata ini yakni mukhtdl dan fakhur mengandung makna kesombongan. Tetapi yang pertama kesombongan yang terlihat dalam tingkah laku, sedang yang kedua adalah kesombongan yang terdengar dari ucapan-ucapan.

d. Mari Menterjemahkan QS. An Nisâ’: 36