Buku Siswa Kelas XII 48
kualitas kemanusiaannya merosot. Tanpa adanya dakwah manusia akan kehilangan akhlak, nuraninya tertutup, menjadi egois, rakus, liar, kehilangan moral, dan akan
saling menindas. Tanpa adanya dakwah atau karena lemahnya dakwah manusia akan melakukan kerusakan dimana-mana. Tanpa adanya dakwah manusia akan
kehilangan cinta kasih, rasa keadilan, hati nurani, kepedulian sosial dan lingkungan, karena manusia akan menjadi semakin egois dan hedonis. Manusia hanya akan
mementingkan dirinya sendiri tanpa mau memikirkan lingkungannya dan tidak peduli terhadap kesulitan dan penderitaan masyarakat lain. Di sinilah kita melihat
betapa kegiatan dakwah itu sangat penting dan harus dilakukan secara terus menerus tak mengenal lelah dan putus asa. Allah akan selalu menolong hambanya
yang mendakwahkan ajaran Islam. Selanjutnya untuk memperkuat pembahasan tentang kewajiban berdakwah ini,
pelajari QS. Asy-Syua’râ’: 214-216 berikut
Ananda sekalian, mari kita pelajari QS. Asy-Syua’râ’: 214-216 bersama-sama dan berulang-ulang hingga lancar serta usahakan dapat menghafalnya
a. Mari Membaca QS. Asy-Syua’râ’: 214-216 secara Tartil
٥ َنِنِمۡؤُم ۡ
لٱ َنِم َكَعَبَتٱ ِنَمِل َكَحاَنَج ۡضِفۡخٱَو ٤ َنِبَر ۡقَ ۡلٱ َكَتَرِشَع ۡرِذنَأَو
٦ َنوُلَمۡعَت اَمِّم ٞء ٓيِرَب ِ ّنِإ ۡلُقَف َكۡو َصَع ۡنِإَف
b. Mari Mengartikan Beberapa Mufradāt Penting dengan Teliti:
Berilah peringatan
ۡرِذنَأَو
Kerabat
َتَرِشَع
Rendahkanlah
ۡضِفۡخٱَو
Mereka mendurhakaimu
َكۡو َصَع
Orang-orang dekat
نِبَر ۡقَأ
Dirimu
َكَحاَنَج
Tafsir Ilmu Tafsir Kurikulum 2013
49
c. Mari Memaknai Mufradāt Penting dari QS. Asy-Syua’râ’: 214-216
1. Kata
ةرشع
‘asyîrah berarti anggota suku yang terdekat. Ia terambil dari kata
را
‘âsyara yang berarti saling bergaul, karena anggota suku yang terdekat atau keluarga adalah orang-orang yang sehari-hari saling bergaul. ‘Asyîrah bisa
juga bisa difahami orang-orang dekat dalam pergaulan, kerabat, teman dan tetangga.
2. Kata
نبرقلا
al-aqrabîn yang menyifati kata ‘âsyirah, merupakan penekanan sekaligus guna mengambil hati mereka sebagai orang-orang dekat dari mereka
yang terdekat. Yakni orang-orang dalam pergaulan yang terdekat. 3. Kata
حانج
janâh, pada mulanya berarti sayap. Penggalan ayat ini mengilustrasikan sikap dan perilaku seseorang seperti halnya seekor burung
yang merendahkan sayapnya pada saat ia hendak mendekat dan bercumbu kepada betinanya, atau melindungi anak-anaknya. Sayapnya terus dikembangkan
dengan merendah dan merangkul, serta tidak beranjak meninggalkan tempat dalam keadaan demikian sampai berlalunya bahaya. Dari sini ungkapan itu
dipahami dalam arti kerendahan hati, hubungan harmonis dan perlindungan serta ketabahan dan kesabaran kaum beriman, khususnya pada saat-saat sulit
dan krisis. 4. Kata
كعبتإ
ittaba’aka mengikutimu yakni dalam melaksanakan tuntunan agama. Sedang penyebutan
ننمؤملا
al-mu’minîn adalah untuk menjelaskan mengapa Nabi SAW. diperintahkan untuk berendah hati kepada mereka,
seakan-akan ayat ini berkata : “Hadapilah mereka dengan kerendahan hati karena keimanan mereka”. Sedangkan al-Biqâ’i menggarisbawahi bahwa asal
kata
كعبتإ
ittaba’aka atau
عبت
tabi’a yang kemudian dibubuhi huruf
ت
ta’ yang mendandung makna kesungguhan. Menurutnya penambahan itu, untuk mengeluarkan orang-orang yang belum beriman, atau beriman secara
lahiriah, atau lemah imannya dan munafik, dan karena itu dilanjutkan dengan penjelasannnya yaitu
ننمؤملا نم
min al-mu’minîn dari orang-orang mukmin yang telah mantap imannya.
d. Mari Menterjemahan QS. Asy-Syua’râ’: 214-216