Buku Siswa Kelas XII 134
Ayat ini menyatakan bahwa manusia dan jin diberi oleh Allah potensi berupa hatiakal Qalbu. Namun karena akalhatinya tidak digunakan untuk mengerti,
berfikir, dan merenung apa yang tersurat dan yang tersirat, sehingga melanggar ketentuan yang digariskan oleh Allah, akibatnya mereka menjadi penghuni neraka.
Ayat ini menjadi penjelasan mengapa seeorang tidak mendapat petunjuk dan mengapa pula yang lain disesatkan Allah, ayat ini juga berfungsi sebagai ancaman
kepada mereka yang mengabaikan tuntunan pengetahuannya. Manusia pada dasarnya makhluk yang sempurna dan mulia, namun bisa
berubah statusnya menjadi makhluk yang paling rendah dan hina, bahkan lebih hina daripada perilaku binatang. Hal itu terjadi, karena manusia memperturutkan
hawa nafsunya dan menghilangkan akal atau nalar sehatnya. Islam mengajarkan bahwa karunia Allah berupa potensi generik yaitu telinga,
penglihatan dan fu’ad hati nurani seharusnya digunakan sebagai fasilitas utama untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuannya, dengan tujuan agar
semakin dapat mendekatkan diri kepada Allah. .
Ananda sekalian, mari kita pelajari QS. Al-Isrâ’: 36. bersama-sama dan berulang- ulang hingga lancar serta usahakan dapat menghafalnya
a. Mari Membaca QS. Al-Isrâ’: 36 Secara Tartil:
ُهۡنَع َن َك َكِئٓ َلْوُأ ُ ُك َداَؤُفۡلٱَو َ َصَ ۡلٱَو َعۡمَسلٱ َنِإ ٌۚمۡلِع ۦِهِب َكَل َسۡيَل اَم ُفۡقَت َلَو
٦ ٗ
لؤُ ۡسَم
b. Mari Mengartikan Beberapa Mufradāt Penting Dengan Teliti:
Mengikuti
ُفۡقَت
Pendengaran
َعۡم َسلٱ
Pengelihatan
َ َصَ ۡلٱَ
Hati
َداَؤُفۡلٱ
Dimintai pertanggung jawaban
ٗ لؤُ ۡسَم
Pengetahuan
ٌمۡلِع
Tafsir Ilmu Tafsir Kurikulum 2013
135
c. Mari Memaknai Mufradāt Penting Dari QS. Al-Isrâ’: 36
1. Kata
ٌمۡلِع
‘Ilm, menurut Ibnu Faris di dalam Mu‘jam Maqâyis al-Lughah menyebutkan bahwa rangkaian fonem ‘ain, lam, dan mim, pada asalnya
memiliki arti yang menunjuk pada adanya tanda atau jejak pada sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Dari akar kata ini, di antaranya lahir turunan
kata berikut: Al-‘alâmah ai al-ma‘rûfah
ُةَفْوُرْعَمْلا ْيَأ ُةَمَلَعلْا
= yang dikenal; al-’alam
ُمَلَعْلا
= bendera atau panji; dan al-‘ilmu
ُمْلِعلْا
= pengetahuan. ‹Ilm dari segi bahasa berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar
katanya mempunyai ciri kejelasan. AlAsfahani di dalam Al-Mufradât fi Garî�b al- Qur’ân menyebutkan bahwa al-‘ilmu
ُمْلِعلْا
adalah pengetahuan tentang hakikat sesuatu.
2. Kata
َداَؤُفۡلٱ
Al-Fu’ad berasal dari akar kata f a d, yang bermakna gerak, atau menaruh dalam gerak. Secara leksikal, ia adalah sinonim dari jantung, dengan
sedikit perbedaan bahwa fuad merupakan bagian paling luar. Al Fu’ad merupakan potensi Qalb hati yang berkaitan dengan indrawi, mengolah informasi yang
sering dilambangkan berada dalam otak manusia. Fu’ad mempunyai tanggung jawab pikiran yang jujur kepada apa yang dilihatnya. Potensi ini cenderung dan
selalu merujuk pada kejujuran dan jauh dari berbohong 3. Ayat ini berbeda dengan QS. An-Nahl, disana kata yang menunjuk penglihatan
berbentuk jamak
راصبلا
al-abshâr, sedang di sini berbentuk tunggal, yakni
صلا
al-absharpenglihatan. Hal ini disebebkan karena penekanan pada surah An-Nahl pada aneka nikmat Allah, antara lain aneka penglihatan yang
dapat diraih manusia akibat posisinya yang berbeda-beda, sedang ayat Al-Isrâ’ ini dikemukakan dalam konteks tanggung jawab dan untuk itu setiap pandangan
yang banyak dan berbeda-beda itu, masing –masing secara berdiri sendiri akan di tuntut pertanggung jawabannya.
d. Mari Menterjamahkan QS. Al-Isrâ’: 36