Tafsir Ilmu Tafsir Kurikulum 2013
51
Karena itulah, ayat ini memerintahkan untuk bertawakkal dan menyerahkan urusan itu kepada Allah adalah untuk menguatkan hati optimisme da’i bahwa Allah
Maha Perkasa. Betapapun keras hati kaummasyarakat mad’u menentang seruan dakwah, namun kehendak Allah tidaklah akan dapat mereka tentang. Jerih paya
da’i dalam menyampaikan dakwah itu tidaklah akan dibiarkan Allah hilang dengan percuma saja.
Selanjutnya untuk memperkuat pembahasan tentang kewajiban berdakwah ini, pelajari QS. Al-Hijr: 94-96 berikut
Ananda sekalian, mari kita membaca QS. Al-Hijr: 94-96 berulang-ulang secara tartil dan bersama-sama hingga lancar serta usahakan dapat menghafalnya
a. Mari Membaca QS. Al-Hijr: 94-96 dengan Tartil.
َنيِ َ
لٱ ٥ َنيِءِزۡهَت ۡسُم ۡ
لٱ َكٰ َنۡيَفَك اَنِإ ٤ َنِكِ ۡشُم ۡ
لٱ ِنَع ۡضِرۡع َ
أَو ُرَمۡؤُت اَمِب ۡعَد ۡصٱَف ٦ َنوُمَلۡعَي َفۡو َسَف َۚرَخاَء اًهَٰلِإ ِ َلٱ َعَم َنو
ُلَعۡ َي
b. Mari Mengartikan Beberapa Mufradāt Penting dengan Teliti
Maka sampaikan olehmu secara terang-terangan
ۡعَد ۡصٱَف
Diperintahkan
ُرَمۡؤُت
Berpalinglah
ۡضِرۡع َ
أ
Kami memeliharamu
َكٰ َنۡيَفَك
Orang-orang yang memperolok-olokan
َنيِءِزۡهَتۡسُمۡلٱ
c. Mari Memaknai Mufradāt Penting dari QS. Al-Hijr: 94-96
1. Kata
عدصاف
fashda’ terambil dari kata
عدص
shada’a yang berarti membelah. Kemudian, karena pembelahan biasanya menampakkan sesuatu yang terdapat
pada belahan, maka kata tersebut berkembang maknanya menjadi menampakkan atau terang-terangan. Makna inilah yang dimaksud di sini. Di sisi lain pembelahan
mengesankan kekuatan dan kesungguhan. 2. Kata
َنِكِ ۡشُمۡلٱ
musyrikî�n berasal dari kata syarikah yakni persekutuan. Musyrik adalah orang yang melakukan mempersekutukan atau membuat tandingan
hukum atau ajaran lain selain dari ajaranhukum Allah.Kemusyrikan secara
Buku Siswa Kelas XII 52
personal dilaksanakan dengan mengikuti ajaran selain ajaran Allah secara sadar dan sukarela. Kata musyrikin pada ayat diatas menunjuk pada kemantapan
orang Quraisy Makkah zaman Rasulullah dalam menolak ajaran Ilahi, memusuhi siapa saja yang mengikuti ajaran tersebut dan menganggap apa yang dikatakan
Rasulullah SAW., adalah dongeng belaka. Mereka lebih mempercayai dan mengikuti apa yang dikatakan oleh moyang mereka menyangkut keyakinan
adanya tuhan. 3. Kata
لا
Allâh adalah nama bagi suatu Wujud Mutlak, Yang berhak disembah, Pencipta, Pemelihara dan Pengatur seluruh jagat raga. Dialah Tuhan Yang Maha
Esa, yang disembah dan diikuti segala perintah-Nya. Para pakar bahasa berbeda pendapat tentang kata ini. Ada yang menyatakan bahwa ia adalah nama yang
tidak terambil dari satu akar kata tertentu, dan ada juga yang menyatakan bahwa ia terambil dari kata
ها
aliha yang berarti mengherankan, menakjubkan karena setiap perbuatan-Nya menakjubkan, sedang Dzat-Nya sendiri, bila akan dibahas
hakikat-Nya akan mengherankan pembahasnya. Ada juga yang berpendapat bahwa kata ilâh yang terambil dari akar kata yang berarti ditaati karena Ilâh
atau Tuhan selalu ditaati. 4. Apapun asal katanya yang jelas Allah menunjuk kepada Tuhan yang Wajib
Wujud-Nya itu, berbeda dengan kata
هلإ
ilâh yang menunjuk kepada siapa saja yang dipertuhan, baik itu Allah maupun selain-Nya, seperti matahari yang
disembah oleh umat tertentu, atau hawa nafsu yang diikuti dan diperturutkan kehendaknya oleh para pendurhaka itu Baca QS. Al- Furqân [25]: 43.
d. Mari Menterjemahan QS. Al-Hijr: 94-96