Mari Menterjemahkan QS. An-Nisâ’: 9 Mari Memahami Kandungan QS. An-Nisâ’: 9

Tafsir Ilmu Tafsir Kurikulum 2013 29

b. Mari Mengartikan Beberapa Mufradāt Penting Dengan Teliti:

Anak-anak ٗةَيِّرُذ Benar اًديِدَس Dan hendaklah takut kepada Allah َشۡخَ ۡلَو Yang lemah اًفٰ َع ِض

c. Mari Memaknai Mufradāt Penting Dari QS. An-Nisâ’: 9

1. Kata اًديِدَس terdiri dan huruf Sin dan Dal yang menurut pakar bahasa Ibn Faris menunjuk kepada makna meruntuhkan sesuatu kemudian memperbaikinya. la juga berarti istiqamah konsistensi. Kata ini juga digunakan untuk menunjuk kepada sasaran. Seorang yang menyampaikan sesuatuucapan yang benar dan mengena tepat pada sasarannya, dilukiskan dengan kata ini. Dengan demikian dapat difahami bahwa kata ini tidak hanya berarti benar, tetap ia juga berarti tepat sasaran. Dalam konteks ayat ini keadaan sebagai anak yatim dan anak kandung memiliki perbedaan secara psikis, yakni mereka sebagai yatim lebih peka dan oleh karenanya memerlukan perlakuan yang lebih hati-hati, dengan menggunakan kata-kata atau kalimat yang lebih terpilih, bukan saja yang kandunganya benar tetapi tepat sasaran, begitu juga dalam hal memeberikan teguran. 2. Pesan Ilahi di atas didahului oleh ayat sebelumnya yang menekankan perlunya memilih افورعم لوق qaulan ma’rufan, yakni kalimat-kalimat yang baik sesuai dengan kebiasaan dalam masing-masing masyarakat, selama kalimat tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi.

d. Mari Menterjemahkan QS. An-Nisâ’: 9

“Ddan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.” Buku Siswa Kelas XII 30

e. Mari Memahami Kandungan QS. An-Nisâ’: 9

Islam memegang teguh prinsip keadilan. Prinsip ini juga ditegakkan dalam memelihara anak-anak yatim. Yaitu jangan sampai meninggalkan anak-anak yatim sebagai calon generasi muda berada dalam keadaan lemah baik dari segi fisik maupun mental. Pesan ini disampaikan terutama kepada orang-orang yang diberikan wasiat dan menjadi wali bagi anak-anak yang masih kecil. Mereka harus berupaya memelihara anak-anak yatim dengan baik, menjaga harta warisan anak yatim yang dititipkan orang tuanya kepadanya. Orang yang diberi wasiat itu harus pula membina akhlak anak yatim tersebut dengan memberikan keteladanan perbuatan dan perkataan yang baik serta membiasakan berakhlak mulia. Orang mukmin di ingatkan juga agar tidak meninggalkan keturuan yang melarat lemah dikala ditinggal wafat orang tua. Karena itu orang tua harus memperspiapkan generasinya dengan baik, yaitu dengan cara bertaqwa kepada Allah. Islam mengajarkan bahwa dalam berwasiat hendaklah jangan sampai wasiat merugikan ahli waris sendiri, terutama dzurriyah, yaitu anak cucu. Meskipun konteks ayat ini berkaitan dengan harta warisan, yang diharapkan dengan memperoleh harta bagian dari warisan kelangsungan hidup anak-anak terjaga dan tidak terlantar. Imam Nawawi mengingatkan bahwa yang dimaksud dzurriyatan dhi’âfan keturunan yang lemah yang perlu dicemaskan, yaitu jangan sampai meninggalkan keturunangenerasi yang lemah, dalam hal; ekonomi menyebabkan kemiskinan, ilmu pengetahuan, keagamaan pemahaman penguasaan dan akhlaqnya. Sedangkan Ibnu Katsir, menyatakan bahwa ayat ini ditujukan kepada mereka yang menjadi wali anak-anak yatim, agar memperlakukan anak-anak yatim itu seperti perlakukan yang mereka harapkan kepada anak- anaknya yang lemah, bila kelak para wali itu meninggal dunia. Bebeapa pakar tafsir, seperti at-Thabari dan ar-Razi memahami bahwa ayat ini ditujukan bagi orang-orang yang berada di sekeliling orang yang sakit atau diduga segera akan wafat. Sementara. Muhammad Sayyid Tanthawi berpendapat bahwa ayat tersebut ditujukan kepada semua pihak, siapapun mereka, karena semua diperintahkan untuk berlaku adil dan berucap yang benar dan tepat. Dengan demikian ayat ini mengamanatkan agar pesan hendaknya disampaikan dalam bahasa yang sesuai dengan adat kebiasaan yang baik menurut ukuran setiap masyarakat. Ayat-ayat ini dijadikan juga oleh sementara ulama sebagai bukti adanya dampak negative dari perlakuan kepada anak yatim yang dapat terjadi dalam kehidupan Tafsir Ilmu Tafsir Kurikulum 2013 31 dunia ini, sebaliknya, amal-amal saleh yang dilakukan seorang ayath dapat mengantar terpeliharanya harta dan peninggalan orang tua untuk anaknya yang telah menjadi yatim. Ananda sekalian, mari kita pelajari QS. Al-Baqarah 2: 44-45 bersama-sama dan berulang-ulang hingga lancar serta usahakan dapat menghafalnya a. Mari Membaca QS. Al-Baqarah 2: 44-45 Secara Tartil: َنوُلِقۡعَت َلَفَأ ۚ َبَٰتِكۡلٱ َنوُلۡتَت ۡمُتنَأَو ۡمُكَسُفنَأ َنۡوَسنَتَو ِِّبۡلٱِب َساَنٱ َنوُرُمۡأَتَأ۞ ٥ َنِعِشٰ َخ ۡلٱ َ َع َلِإ ٌةَرِبَكَل اَهَنِ ِۚةٰوَل َصلٱَو ِ ۡب َصلٱِب ْاوُنيِعَتۡسٱَو ٤

b. Mari Mengartikan Beberapa Mufradāt Penting Dengan Teliti: