20
karya yang dibuat oleh siswa maka guru dapat memberikan penilaian kepada siswa tentang seberapa jauh pemahaman siswa mengenai
materi fotosintesis. Dapat disimpulkan bahwa belajar melalui budaya merupakan
cara yang dapat digunakan oleh guru untuk memberikan kesempatan kepada siswa, agar siswa dapat membuat suatu karya nyata hasil dari
materi pelajaran yang sudah disampaikan oleh guru, sehingga siswa tidak harus mengerjakan soal-soal untuk menilai ketercapaian
pemahaman materi pelajaran.
F. Landasan Pembelajaran Berbasis Budaya
Ada berbagai teori belajar yang mendukung diterapkannya pembelajaran berbasis budaya, salah satunya adalah teori konstruktivime
dalam pendidikan yang dikembangkan dari pemikiran Vygotsky Social and Emancipator Constructivism. Teori konstruktivisme ini disimpulkan
bahwa siswa mengkonstruksikan pengetahuan yang dimiliki atau
penciptaan sebuah makna yang dijadikan sebagai hasil dari pemikiran dan berinteraksi dalam konteks sosial Udin S. Winataputra, dkk 2012: 4.18.
Teori konstruktivisme juga dikembangkan oleh Piaget dalam Udin S. Winataputra dkk 2012: 4.18, yang mendeskripsikan bahwa setiap siswa
menciptakan makna atau pengertian baru, berdasarkan melakukan interaksi antara apa yang telah dimiliki, diketahui, dan dipercayai, dengan
fenomena, ide atau informasi yang dipelajari. Selanjutnya Piaget juga menyatakan bahwa setiap peserta didik memberikan pengertian dan
21
pengetahuan yang telah dimilikinya ke dalam proses belajar, yang harus ditambahkan, dimodifikasi, diperbaharui, direvisi, dan diubah oleh
informasi yang baru dan hal tersebut dijumpai dalam proses pembelajaran. Brooks Brooks dalam Udin S.Winataputra, dkk 2012: 4.20
mendeskripsikan bahwa ciri-ciri pembelajaran konstuktivis adalah sebagai berikut.
1. Tidak terpaku pada proses mempelajari sebagaimana tercantum dalam kurikulum, tetapi memungkinkan proses pembelajaran berfokus pada
ide atau gagasan yang bersifat umummakro big conceptidepicture berdasarkan konteks kehidupan siswa.
2. Proses belajar merupakan milik siswa sehingga siswa sangat diberi keleluasaan untuk menuruti minat dan rasa ingin tahunya, untuk
membuat keterkaitan antar konsepide, untuk merefolmulasikan ide dan gagasan, serta untuk mencapai suatu kesimpulan yang unik.
3. Mempercayai adanya beragam perspektif yang berbeda-beda, dan kebenaran merupakan suatu hasil interpretasi makna meaning making.
Selanjutnya Brooks Brooks mempercayai apabila seorang guru mengintegrasikan ketiga hal tersebut dalam proses belajar, guru akan
mampu untuk menciptakan pembelajaran berbasis budaya yang konstruktivis. Di mana guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menciptakan makna dan mencapai pemahaman atas pengetahuan yang diperoleh.