Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

berada di dalam mobil L tidak membalas sapaan P dan memarahinya karena membersihkan kaca mobil MT. 3 P : “Bonjour madame” “Selamat pagi nyonya” MT : “Non, non, non, j’ai pas l’argent J’ai pas l’argent Les gars c’est pas la peine, retourne d’où vous venez, s’il vous plaît” “Tidak, tidak, tidak, aku tidak punya uang Aku tidak punya uang Tuan-tuan itu tidak perlu, tolong kembali ketempat kalian” Paris à Tout Prix Pada tuturan 3 terjadi pelanggaran prinsip kerjasama yang termasuk di dalam maksim relevansi The Maxim of Relevance. Secara pragmatik tuturan yang diucapkan P dan MT tidak berkaitan satu dengan yang lain, karena MT tidak menjawab sapaan P dengan baik, tetapi memarahi mitra tutur yang mencoba bersikap sopan. Pelanggaran yang terjadi antara P dan MT tentunya memiliki maksud tertentu yang ingin disampaikan. Merujuk pada contoh tuturan 1, 2, dan 3 yang telah diuraikan sebelumnya bahwa maksim-maksim yang ada pada prinsip kerjasama tidak selalu dapat dipenuhi dan dipatuhi dalam percakapan sehari-hari. Pelanggaran prinsip kerjasama dapat mengakibatkan bentuk suatu komunikasi menjadi janggal. Begitu pula tindak komunikasi yang terdapat dalam sebuah film. Meskipun setiap adegan dan skenario di dalam sebuah film sudah ditentukan akan tetapi, bentuk-bentuk pelanggaran dapat terjadi pula. Hal ini terjadi pada film “Paris À Tout Prix”, film karya Reem Kherici yang juga berperan sebagai Maya merupakan salah satu tokoh utama sekaligus sutradara dan untuk pertama kalinya berperan dalam karyanya sendiri. Film ini merupakan film Prancis bergenre komedi yang meraih kesuksesan di 50 Negara dan secara resmi diterjemahkan ke dalam bahasa yang berbeda antara lain, Brasil, Belanda, dan Spanyol yang dilansir dalam situs www.allociné.fr dan masuk dalam daftar film box office di Prancis. Film ini tidak terhindar pula dari pelanggaran-pelanggaran prinsip kerjasama dalam setiap tindak tutur yang ada pada adegan filmnya.

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang diidentifikasi pada film ini, antara lain: 1. Jenis-jenis pelanggaran prinsip kerjasama yang dituturkan tokoh-tokoh dalam film Paris À Tout Prix. 2. Maksud pelanggaran prinsip kerjasama yang terjadi dalam film Paris À Tout Prix. 3. Faktor-faktor penyebab pelanggaran prinsip kerjasama dalam film Paris À Tout Prix. 4. Dampak dari pelanggaran maksim dalam film Paris À Tout Prix.

C. Batasan Masalah

Masalah yang akan dibahas pada film ini adalah masalah yang berkaitan dengan pelanggaran prinsip kerjasama dalam berbahasa, yaitu sebagai berikut. 1. Bentuk-bentuk pelanggaran prinsip kerjasama yang terdapat dalam film Paris À Tout Prix. 2. Maksud dari bentuk-bentuk pelanggaran prinsip kerjasama dalam film Paris À Tout Prix.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang sebelumnya, rumusan masalah dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua yaitu: 1. Bentuk-bentuk pelanggaran prinsip kerjasama apakah yang ada dalam film “Paris À Tout Prix” pada karya Reem Kherici? 2. Apakah maksud pelanggaran prinsip kerjasama dalam film “Paris À Tout Prix” pada karya Reem Kherici?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk pelanggaran prinsip kerjasama yang terdapat dalam film “Paris À Tout Prix” karya Reem Kherici. 2. Mendeskripsikan maksud pelanggaran prinsip kerjasama yang terdapat dalam film “Paris À Tout Prix” karya Reem Kherici.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis a. Diharapkan dapat memberi gambaran atas deskripsi bentuk-bentuk pelanggaran prinsip kerjasama pada film “Paris À Tout Prix”. b. Penelitian ini juga digunakan untuk mengkaji dan menerapkan teori prinsip kerjasama maksud tuturan dalam film “Paris À Tout Prix” karya Reem Kherici. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini, secara umum diharapkan dapat memberikan informasi dan motivasi bagi para pecinta film bergenre komedi, khusunya film “Paris À Tout Prix” karya Reem Kherici. a. Bagi peneliti, memperoleh pengetahuan mengenai pelanggaran- pelanggaran prinsip kerjasama yang terdapat dalam film “Paris À Tout Prix” karya Reem Kherici. b. Bagi mahasiswa, dapat dijadikan referensi yang digunakan untuk perbandingan, pertimbangan dalam menyusun tugas akhir dan menambah pustaka dari hasil penelitian yang dilakukan penulis. c. Bagi proses belajar mengajar dan pengembangan kurikulum, dapat dijadikan sebagai bahan penelitian untuk peneliti-peneliti ilmu linguistik, khususnya cabang ilmu pragmatik. Sementara itu, untuk pengembangan kurikulum dapat digunakan sebagai acuan mengajarkan keterampilan berbicara “Expression Orale”. 8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pragmatik 1. Pengertian Pragmatik

Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual Yule, 2014: 4. Menurut Yule 2014: 5 pragmatik adalah salah satu ilmu linguistik yang memungkinkan seseorang ke dalam suatu analisis bahasa yang dituturkan antara cabang-cabang ilmu linguistik lain seperti sintaksis dan semantik karena melalui pragmatik seseorang dapat bertutur kata tentang maksud yang dimaksud orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan mereka, dan jenis-jenis tindakan ketika mereka sedang berbicara. Pada sisi lain, Levinson 1983: 5-7 berpendapat ba hwa “pragmatik adalah kajian mengenai penggunaan bahasa atau kajian bahasa dan perspektif fungsional”. Pendapat Levinson tersebut lebih menekankan kepada aspek tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Austin 2001: 375 mengemukakan bahwa “pragmatik merupakan cabang ilmu pengaturan pernyataan, untuk mengungkapkan sesuatu dan wacana sesuai dengan aturan kebenaran dan analisis lisan”. Parker dalam Wijana dan Rohmadi, 2011: 4 mengungkapkan bahwa “Pragmatics is distinct from grammar, which is the study of the internal structure of language. Pragmatic is the study of how language is used to communicate. Berdasarkan teori Parker tersebut dapat diketahui bahwa pragmatik memiliki unsur yang berbeda dari struktur sebuah kalimat yang digunakan dalam bahasa itu sendiri. Pragmatik merupakan studi