xxvi disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, ketrampilan atau
sikapnya.
2. Teori-Teori Belajar
a. Teori David Ausubel
Ausubel menyatakan bahwa “Belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau penyajian materi
pelajaran pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif
yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi- generalisasi yang telah dipe
lajari dan diingat oleh siswa” Ratna Willis, 1989:12. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada
siswa dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final maupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk
menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi tersebut pada pengetahuan
berupa konsep-konsep atau lain-lain yang telah dimilikinya. Dalam hal ini terjadi belajar bermakna, yaitu suatu proses mengaitkan
informasi baru pada konsep-konsep yang relevan dengan struktur kognitif seseorang. Tetapi siswa dapat pula mencoba-coba menghafalkan informasi baru tersebut tanpa
menghubungkannya pada konsep-konsep yang telah ada pada struktur kognitifnya. Pembelajaran biologi materi anatomi dan fisiologi manusia sangat erat
kaitannya dengan proses yang terjadi dalam tubuh manusia. Meskipun praktikum dengan menggunakan laboratorium virtuil akan memberikan tambahan bermakna
pada penguasaan konsep anatomi dan fisiologi manusia, yaitu tidak hanya sekedar
xxvii hafalan, mengkaitkan pengetahuan lama dengan pengetahuan yang baru dan dapat
mengaplikasikan b.
Teori Piaget Jean Piaget menyatakan bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga
tahapan, yakni asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Asimilasi adalah proses penyatuan pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada
dalam benak siswa, akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru, sedangkan equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi
dan akomodasi penyeimbangan. Menurut Piaget, proses belajar harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Dalam hal ini Piaget membaginya menjadi empat tahap, yaitu : 1 Tahap sensorimotor 0
– 2 tahun, selama periode ini anak mengatur alam dengan indra-indranya sensori dan dengan tindakan-tindakan
motor. 2 Tahap pra operasional 2 – 7 tahun, pada tahap ini anak belum mampu
melakukan operasi matematika seperti menambah, mengurangi, dan lain sebagainya. 3 Tahap operasional 7
– 11 tahun, tahap ini merupakan tahap permulaan anak mulai berfikir secara rasional, akan tetapi belum dapat berurusan dengan materi-
materi abstrak. 4 Tahap operasional formal 11 tahun ke atas, anak pada periode ini tidak perlu berfikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa-peristiwa
konkret. Anak sudah mempunyai kemampuan untuk berfikir secara abstrak. Laboratorium virtuil dapat digunakan karena mahasiswa sudah dapat berfikir
abstrak. Mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Biologi menurut teori ini
termasuk kelompok tahap operasional formal yang telah mempunyai kemampuan
xxviii berfikir abstrak, sehingga dalam pembelajaran praktikum biologi tidak harus
menunjukkan benda asli atau sebenarnya, namun dapat diganti dengan model atau benda tiruan atau dengan simulasi animasi komputer. Laboratorium virtuil dapat
digunakan karena mahasiswa sudah dapat berfikir abstrak.
3. Media Pembelajaran