Subjek dan Objek Penelitian Teknik Analisis Data

2. Sample

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian 58 . Untuk mengukur sampel, pertama ditentukan berapa batas toleransi kesalahan. Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dengan persentase. Semakin kecil toleransi kesalahan, semakin akurat sampel menggambarkan populasi. Misalnya, penelitian dengan batas kesalahan 5 berarti memiliki tingkat akurasi 95. Penelitian dengan batas kesalahan 2 memiliki tingkat akurasi 98. Dengan jumlah populasi yang sama, semakin kecil toleransi kesalahan, semakin besar jumlah sampel yang dibutuhkan. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota populasi untuk menjadi sampel. Kemudian teknik penarikansampel berupa Simple Random Sampling, yaitu sampel diambil secara acak, tanpa memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi 59 . Pada penelitian ini, teknik penarikan sample menggunakan rumus Slovin dengan ketentuan sebagai berikut : ɳ = N 1+Ne 2 Keterangan: ɳ = Jumlah sampel yang dicari N = Jumlah populasi e = Nilai Presisi Berdasarkan rumus diatas kemudian diperoleh jumlah sampel sebagai berikut: 58 Mustafa Edwin Nasution Hardius Usman, Proses Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2007, h. 103. 59 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2010, h. 103. 1 Sample mahasiswa Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta angkatan 2013-2014 ɳ = 135 1+135 0,1 2 ɳ = 135 1+1,35 ɳ = 135 2,35 ɳ = 57,446 mendekati 57 2 Sample mahasiswa Jurnalistik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta angkatan 2013-2014 ɳ = 116 1+116 0,1 2 ɳ = 116 1+1,16 ɳ = 116 2,16 ɳ = 53,703 mendekati 54

H. Operasionalisasi Konsep

Setiap penelitian kuantitatif dimulai dengan menjelaskan konsep penelitian yang digunakan, karena konsep penelitian ini merupakan kerangka acuan peneliti di dalam mendesain instrumen penelitian. Konsep juga dibangun dengan maksud agar masyarakat akademik atau masyarakat ilmiah maupun konsumen penelitian atau pembaca laporan penelitian memahami apa yang dimaksud dengan pengertian variabel, indikator, parameter, maupun skala pengukuran yang dimaksud peneliti dalam penelitiannya kali ini. 60 Metode pengukuran merupakan salah satu masalah penting dalam meneliti kepuasan khalayak.Sebagai suatu hal yang abstrak sifatnya, pengukuran kepuasan perlu memperoleh perhatian lebih agar menghasilkan perhitungan yang akurat. Katz, Blumler, dan Gurevitch menyatakan bahwa pengukuran kepuasan merupakan salah satu masalah yang paling rumit dihadapi dalam penelitian empirik mengenai kepuasankhalayak dari media massa. Keadaan ini memungkinkan karena konsep kepuasan itu berorientasi pada khalayak. 61 Dalam penelitian ini pengukuran kepuasan yang dipergunakan berdasarkan tanggapan responden. Meskipun sering digunakan,cara ini mempunyai kelemahan. Kelemahannya yakni responden diasumsikan harus mampu menjawab kepuasan mana yang penting, atau kalaupun responden mengetahuinya, terkadang mereka tidak mampu menyampaikannya secara verbal. Variabel operasional adalah sebuah konsep yang mempunyai variasi nilai yang diterapkan dalam suatu penelitian.Pada teori uses and gratification yang digunakan oleh peneliti adalah mengenai beberapa konsep yang dapat diukur, yaitu konsep penggunaan media, Gratification Sought GS dan Gratification Obtained GO. 60 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, danKebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, h. 57 61 Dwinie Karessa, Hubungan Antara Motif dan Tingkat Kepuasan Khalayak Terhadap Situs www.metrotvnews.com Survei Terhadap Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam dan Jurnalistik UIN Jakarta, Skripsi, S1 Program Studi Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, 2015, h. 46. Variabel yang diukur adalah media exsposure, motif, dan tingkat kepuasan yang diperoleh.

1. Media Use

Dalam penelitian ini, terpaan media yang diukur adalah frekuensi dan durasi waktu. Terpaan dapat diartikan sebagai kegiatan mendengar, melihat, dan membaca pesan-pesan media ataupun mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang dapat terjadi pada individu atau kelompok. Frekuensi dapat dilihat melalui seberapa sering khalayak menonton talkshow ILC yang dihitung dalam jangka waktu satu bulan, hal ini dikarenakan ILC merupakan program mingguan di TV One. Terdapat tiga kategori dalam penilaian frekuensi : 1 Rendah, yaitu jika responden menonton ILC1-2 kali dalam setiap bulannya. 2 Sedang, yaitu jika responden menonton ILC 3-4 kali dalam setiap bulannya. 3 Tinggi, yaitu jika responden menonton ILC 5-8 kali dalam setiap bulannya. Sedangkan durasi waktu dilihat melalui seberapa lama rata-rata waktu yang dihabiskan khalayak untuk menonton talkshow ILC dalam satu hari. Talkshow ILC berdurasi kurang lebih satu setengah jam dalam satu kali tayang. Terdapat tiga kategori penonton dilihat dari durasi atau curahan waktunya, yaitu: 1 Light viewers, yaitu jika menonton kurang dari 30 menit. 2 Medium viewers, yaitu apabila menonton 30-60 menit. 3 Heavy viewers, yaitu apabila menonton lebih dari 60 menit. 62 62 Ririn Rismayanti, Hubungan Antara Motif dan Tingkat Kepuasan Mahasiswa UIN Jakarta Pada Program Entertainment News Di NET, Skripsi, S1 Program Studi Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, 2015, h. 38. Skala yang digunakan untuk menghitung frekuensi dan durasi menggunakan rasio.

2. Gratification Sought GS

Konsep yang dipakai untuk mengukur variabel motif adalah Gratification Sought. Gratification Sought adalah kepuasan yang dicari atau diinginkan pengguna ketika menggunakan suatu jenis media tertentu. 63 Untuk mengukur Gratification Sought diajukan beberapa pertanyaan tentang kepuasan yang dicari dari menonton talkshow ILC. Tingkat GS dioperasionalkan melalui kategori motif pengonsumsian media menurut McQuail diantaranya, motif informasi surveillance. Motif Informasi adalah alasan atau dorongan seseorang untuk mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhannya. Pertanyaan yang menjadi pengukuran pada motif informasi yaitu, menonton untuk memuaskan rasa ingin-tahu akan informasi yang hangat dan terbaru, mendapatkan pengetahuan, untuk mendapatkan bimbingan, mendapatkan informasi yang akurat, mendapatkan informasi yang sedang berkembang dilihat dari berbagai perspektif, serta memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan. Motif yang kedua adalah identitas pribadi personal identity. Motif identitas pribadi adalah dorongan seseorang untuk mencari identitas pribadi. Pertayaan yang menjadi pengukuran pada motif identitas pribadi yaitu, menonton untuk meningkatkan kepercayaan diri, menonton untuk meningkatkan nilai-nilai pribadi, untuk meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri, untuk mendapatkan model perilaku yang dapat dicontoh. 63 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 211. Selanjutnya yaitu motif Integrasi dan Interaksi Sosial personal relationship. Motif integrasi dan interaksi sosial adalah dorongan seseorang untuk bisa berintegrasi dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Pertanyaan yang menjadi ukuran dalam motif integrasi dan interaksi sosial yaitu, menonton untuk memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain; empati sosial, menonton untuk mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki, untuk menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial, untuk membantu menjalankan peran sosial. Terakhir adalah motif hiburan. Motif hiburan adalah dorongan seseorang untuk mencari kesenangan sesuai dengan kebutuhannya. Pertanyaan yang menjadi ukuran dalam motif hiburan diantaranya, menonton untuk melepaskan penat atau terpisah dari permasalahan, menonton untuk bersantai, untuk mengisi waktu dengan waktu yang bermanfaat, menonton untuk penyaluran emosi. Responden akan diberikan pertanyaan yang terkait dengan indikator kebutuhan tersebut. Tingkat Gratification Sought diukur dengan menggunakan lima skala yaitu sangat setuju, setuju, cukup setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

3. Gratification Obtained GO

Konsep yang dipakai untuk mengukur variabel tingkat kepuasan adalah Gratification Obtained GO. Gratification Obtained adalah sejumlah kepuasan nyata yang diperoleh individu atas terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tertentu setelah individu tersebut menggunakan media. 64 Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kepuasan yang diperoleh adalah jumlah kebutuhan yang dapat dipenuhi setelah 64 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 213. menonton talkshow Indonesia Lawyers Club ILC. Kepuasan ini diukur berdasarkan terpenuhinya motif awal gratification sought yang mendasari individu dalam memilih situs tersebut. GO diukur dengan mengajukan pertanyaan yang dipakai dalam GS yang dihubungkan dengan tingkat kemampuan media dalam memuaskan responden dengan menggunakan skala yang sama. Skala yang digunakan juga sama yakni sangat setuju, setuju, cukup setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Skala yang digunakan untuk mengukur GS dan GO menggunakan skala ordinal.

I. Uji Instrumen

1. Uji Validitas

Validitas atau kesahihan adalah menunjukkan sejauh mana alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Kevalidan suatu instrumen yangdikatakan valid apabila mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. 65 Sebelumnya, peneliti telah melakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Kedua uji tersebut merupakan dua syarat pengujian yang harus dipenuhi sebelum disebarkan kepada responden. Tujuan dari pengujian tersebut adalah untuk menguji kesahihan dan kekonsistenan suatu alat ukur. Pre-test perlu dilakukan untuk dapat mengetahui apakah alat ukur yang digunakan valid dan reliable. Pada tahap ini peneliti menyebarkan kuesioner kepada 30 orang. Butir pertanyaan dikatakan valid apabila r hitung r tabel. 65 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan perbandinganPerhitungan Manual SPSS, h. 46. Dasar pengambilan keputusan untuk menentukan apakah sebuah butir pernyataan valid atau tidak, yaitu: 1 Jika r hitung positif, dan r hitung r tabel, maka butir pertanyaan tersebut valid. 2 Jika r hitung positif, dan r hitung r tabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak valid. 3 df = n-2 = 30-2 = 28 dilihat dari angka kritik nilai r, untuk taraf signifikansi 5, angka kritik adalah 0,361. 66 Hasil uji validitas menghasilkan 25 pertanyaan yang dianggap valid untuk dijadikan pengukuran dalam penelitian ini, yaitu 8 pertanyaan pada dimensi informasi, 6 pertanyaan pada dimensi identitas pribadi serta integrasi dan interaksi sosial, dan 5 pertanyaan pada dimensi hiburan.

2. Uji Reliabilitas

Alat ukur disebut reliabel bila alat ukur tersebut secara konsisten memberikan hasil atau jawab yang sama terhadap gejala yang sama, walau digunakan berulang kali. Reliabilitas mengandung arti bahwa alat ukur tersebut stabil tidak beubah-ubah, dapat diandalkan dependable, dan tetapajeg consistent. 67 Instrumen dapat dikatakan reliabel atau handal apabila terdapat kesamaan data konsisten, alat ukurnya sama, respondennya sama dan dalam waktu yang berbeda- beda. Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach, bila koefisien reliabilitas0,6. Berikut adalah hasil uji reliabilitas dengan software SPSS21 : 66 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, Jakarta:LP3ES, 2011, h. 146. 67 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 140. Tabel 3.2 Hasil Uji ReliabilitasVariabel Motif Reliability Statistics Cronbachs Alpha N of Items .939 25 Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kepuasan Reliability Statistics Cronbachs Alpha N of Items .938 25 Sumber: Hasil Pengolahan Data Berdasarkan hasil dari uji reliabilitas tersebut, maka diperoleh nilai alpha sebesar 0,939 untuk variabel motif dan nilai alpha sebesar 0,938 untuk variabel kepuasan. Nilai Cronbach’s Alpha tersebut 0,60 maka butir pernyataan dalam kuisioner dapat dikatakan reliable. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa semua butir pernyataan tersebut mempunyai kehandalan yang tinggi untuk digunakan sebagai instrumen pengukuran dalam penelitian ini.

J. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisa hasil penelitian, metode yang digunakan adalah metode kuantitatif deskriptif yaitu penelitian kuantitatif yang bertujuan hanya menggambarkan keadaan gejala sosial apa adanya, tanpa melihat hubungan-hubungan yang ada. 68 Pada penelitian kuantitatif, pengolahan data secara umum dilaksanakan dengan melalui tahap memeriksa editing, proses pemberian identitas coding, dan proses pembeberan tabulating. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengitung mean rata-rata untuk mengetahui kesenjangan Gap antara motif yang dicari dan kepuasan yang didapat. 1. Menghitung Rata-rata atau Mean Mean adalah nilai rata-rata yang diperoleh dari perhitungan penjumlahan seluruh nilai dari data yang kemudian dibagi dengan banyaknya data. Dalam penelitian ini, perhitungan mean diperlukan untuk mengetahui skor rata-rata kepuasan yang diharapkan dan kepuasan yang didapatkan. Rumus mean untuk data berkelompok adalah sebagai berikut: Keterangan: = Rata-rata Fi = Frekuensi Pengamatan Xi.Fi = Jumlah perkalian antara jumlah data sampel dengan tanda kelas Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert untuk mengukur konsep gratification sought dan gratification obtained. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi sesorang atau sekelompok orang tentang 68 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, danKebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, 2009, h. 171 . fenomena sosial. Skala ini terdiri dari sejumlah pertanyaan yang meminta reaksi responden. Respon negatif sangat tidak setuju diberi nilai paling rendah dan respon positif sangat setuju diberi nilai paling tinggi. Untuk jawaban yang paling rendah diberikan skor 1, sedangkan yang paling tinggi diberikan skor 5. Nilai rata-rata dari masing-masing dimensi dapat dikelompokkan dalam kelas interval dengan jumlah kelas = 5, sehingga intervalnya dapat dilihat sebagai berikut : Interval = Nilai maksimal - Nilai minimal Jumlah Kelas Interval = 5-1 5 = 0,8 Dari hasil tersebut ditentukan skala distribusi kriteria pendapat responden sebagai berikut : 1. 0 - 0,8 = Sangat Rendah 2. 0,81 - 1,61 = Rendah 3. 1,62 - 2,42 = Cukup 4. 2,43 - 3,23 = Tinggi 5. 3,24 - 4,04 = Sangat Tinggi 69 69 Grestiyaning Harcahyani, Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien yang Dimoderasi Oleh Variabel Nilai Studi pada Pasien Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Yogyakarta, Tesis, S2 Program Studi Magister Manajemen, Universitas Pembangunan Veteran Nasional, Yogyakarta, 2010, h. 44. 57

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL PENELITIAN

A. Profil TV One

1. Profil Perusahaan

TV One adalah stasiun televisi swasta Indonesia yang berdiri pada tanggal 9 Agustus 2012 oleh pengusaha Abdul Latief. TV One berganti nama nama setelah sebelumnya adalah Lativi. Pada saat itu, konsep penyusunan acaranya adalah banyak menonjolkan masalah yang berbau klenik, erotisme, berita kriminalisme dan beberapa berita hiburan lainnya. Tahun 2006 sebagian sahamnya juga dimiliki oleh group Bakrie yang juga memiliki Antv. Pada tahun 14 Februari 2008, Lativi resmi berganti nama menjadi TV One, dengan komposisi 70 persen berita, sisanya gabungan program olahraga dan hiburan. Abdul Latief tidak lagi berada dalam kepemilikan saham TV One. Komposisi kepemilikan saham TV One terdiri dari PT. Visi Media Asia Sebesar 49, PT. Radal Semesta 31, Good Response Ltd 10, dan promise result ltd 10. TV One secara progresif menginspirasi masyarakat Indonesia yang berumur 15 tahun keatas agar berpikiran maju dan melakukan perbaikan bagi diri sendiri dan masyarakat sekitar melalui program – programnya dalam kategori news One, Sport One, Info One, dan Reality One. TV One membuktikan keseriusannya dalam menerapkan strategi tersebut dengan menampilkan format-format yang inovatif dalam halpenerbitan dan penyajian program. Diawal tahun berdirinya, TV One mempunyai Tag Line “MEMANG BEDA”, karena menyajikan berbagai informasi yang dibutuhkan masyarakat dengan penyajian yang berbeda dan belum pernah ada sebelumnya seperti Apa Kabar Indonesia, yang merupakan program informasi dalam bentuk diskusi ringan dengan topik-topik terhangat bersama para narasumber dan masyarakat, disiarkan secara langsung pada pagi hari dari studio luar TV One. Program berita TV One dikemas dengan judul: Kabar Terkini, Kabar Pagi, Kabar Pasar, Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam. Kemasan yang berbeda juga disuguhkan oleh Kabar Petang. Diulang tahun ke-2, tag line TV One menjadi “TERDEPAN MENGABARKAN”, sebagai pembuktian dari hasil share dan rating kepemirsaan dalam kurun waktu 2 tahun berjalan, TV One selalu menjadi yang terdepan dalam menayangkan program-program beritainformasi seperti BREAKING NEWS yang setiap saat secara langsung dapat tayang, yang mana tidak dapat dilakukan oleh televisi lainnya. Beberapa program unggulan unggulan TV One diantaranya Indonesia Lawyers Club dulunya Jakarta Lawyers Club, Suara Keadilan, Tokoh Debat, Atas Nama Rakyat, Janji Wakil Rakyat dll, mengupas dan membedah berbagai isu, fakta dan data dengan berbagai kemasan penyajian yang menarik. Program unggulan lainnya seperti Satu Jam Lebih Dekat, Ketemu Pepeng, Damai Indonesiaku Religi, Bangkit Indonesiaku dll, ditayangkan untuk memberikan inspirasi kepada pemirsa untuk terus maju, selalu berpikiran positif dan tanpa unsur membodohi. Namun meski begitu, program-program tidak kalah penting lainnya juga terdapat di TV One, yaitu program sport pilihan seperti WORLD BOXING sertaprogram khusus lainnya yang berkaitan dengan hari besar nasional, Agenda Besar Negara Lembaga Negara dan Hari Raya Keagamaan yang senatiasa ditunggu oleh pemirsa. Diusia yang ke-3 tahun , TV One “GO INTERNASIONAL” dengan membuat terobosan baru sebagai langkah inovatif untuk terus berkembang dan mengepakkan sayap di kancah jaringan internasional dengan membuka kantor biro dibeberapa negara lain antara lain Amerika Serikat, Australia, Jerman, Rusia, Timur Tengah dan Malaysia sekaligus menjalin kerjasama dengan Televisi Berita Intenasional CNN dan Al Jazeera. Tabel 4.1 Struktur Organisasi TV One Chief Executive Officer Ardiansyah Bakrie Deputi CEO Chief Business Compliance Ahmad R. Widarmana Editor In Chief Pemred Karni Ilyas Chief Finance Officer Tolop Samosir Chief Business Development Corporate Communication Harya M. Hidayat Chief of Programming Brand Strategic Sulaeman Sakib Senior Vice Editor in Chief CA Sport Reva Deddy Utama Sumber: .www.tvonenews.tv

Dokumen yang terkait

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP TAYANGAN INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE (Studi pada Organisasi Jurnalistik Fotografi Club UMM)

6 63 37

KEPUASAN AUDIENCE PADA TAYANGAN TALKSHOW TELEVISI KEPUASAN AUDIENCE PADA TAYANGAN TALKSHOW TELEVISI (Studi Kuantitatif Uses and Gratification Kepuasan Audience pada Tayangan Indonesia Lawyers Club TV One dan Today’s Dialogue Metro TV, di Kalangan Mahasi

2 6 19

PENDAHULUAN KEPUASAN AUDIENCE PADA TAYANGAN TALKSHOW TELEVISI (Studi Kuantitatif Uses and Gratification Kepuasan Audience pada Tayangan Indonesia Lawyers Club TV One dan Today’s Dialogue Metro TV, di Kalangan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Atma Jay

1 9 32

KESIMPULAN DAN SARAN KEPUASAN AUDIENCE PADA TAYANGAN TALKSHOW TELEVISI (Studi Kuantitatif Uses and Gratification Kepuasan Audience pada Tayangan Indonesia Lawyers Club TV One dan Today’s Dialogue Metro TV, di Kalangan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

0 3 25

PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA PADA ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB (ILC) DI TV ONE (KAJIAN PRAGMATIK).

3 15 21

FENOMENA KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE.

3 13 27

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN INDONESIA LAWYERS CLUB (ILC) 29 AGUTUS 2012 “ADVOKAT KORUPTOR=KORUPTOR” (Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) 29 Agustus 2012 “Advokat Koruptor=Ko

1 4 94

MOTIF MASYARAKAT MENONTON ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE (Studi Deskriptif Motif Masyarakat Surabaya Menonton Acara Indonesia Lawyers Club Di Tv One).

0 0 93

MOTIF MASYARAKAT MENONTON ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE (Studi Deskriptif Motif Masyarakat Surabaya Menonton Acara Indonesia Lawyers Club Di Tv One).

0 0 93

INDONESIA LAWYERS CLUB (ILC) DI TVONE

0 1 18