Sejarah Kota Tanjung Balai

59 wanita tergantung dengan siapa dia menikah, jika martabat suaminya lebih rendah dari wan, maka gelar ini akan hilang dan tidak berhak dipakai anaknya dan keturunannya, karena keturunannya akan mengikuti gelar suaminya. Gelar kebangsawanan datuk awalnya dari kesultanan aceh baik langsung maupun melalui perantara Sultan Aceh di Deli. Gelar ini diberikan kepada seseorang yang mempunyai kekuasaan daerah pemerintahan otonomi yang dibatasi oleh dua aliran sungai. Batas-batas ini disebut dengan kedatuan atau kejeruan. Anak laki-laki turunan dari datuk berhak atas gelar datuk pula, sedangkan untuk anak datuk yang perempuan berhak mendapat gelar aja. Sultan atau raja dapat memberikan gelar datuk kepada seseorang yang dianggap berjasa untuk kerajaannya. Adapaun encik atau tuan merupakan panggilan kehormatan untuk masyarakat biasa.

2.3 Sejarah Kota Tanjung Balai

Kota Tanjung Balai merupakan salah satu kota yang ada di Propinsi Sumatera Utara, yang awalnya masuk dalam wilayah Kabupaten Asahan. Kota Tanjung Balai berawal dari Sejarah Kerajaan Asahan yang dimulai dengan penobatan raja pertama kerajaan Asahan bertempat di Kampung Tanjung. Penobatan raja yang terjadi pada tanggal 27 Desember 1962 kemudian ditetapkan menjadi “Hari Jadi Kota Tanjung Balai” yang ditetapkan dengan surat keputusan DPRD Kota Tanjung Balai Nomor: 4DPRDTB1986 tanggal 25 November 1986. Penetapan tanggl 27 Desember merupakan penghargaan dan kenangan atas jasa Sultan Iskandar Muda sebagi pendiri Kota Tanjung Balai yang wafat pada tanggal 27 Desember tahun 1636. Universitas Sumatera Utara 60 Asal mula nama Kota Tanjung Balai, bermula dari sebuah kampung yang ada disekitar Ujung Tanjung di muara Sungai Silau dan aliran Sungai Asahan. Ujung Tanjung ini memiliki sebuah Bandar kecil tempat persinggahan orang- orang yang ingin bepergian ke hulu Sungai Silau. Lama kelamaan Bandar kecil ini semakin ramai karena tempatnya yang strategis sebagai tempat melintas orang- orang yang ingin bepergian. Akhirnya kesibukan dari sebuah tempat persinggahan ini dinamai dengan Kampung Tanjung, dan orang biasa menyebutnya dengan balai “di Tanjung”. Ditemukannya Kampung Tanjung kemudian menjadikan daerah ini menjadi semakin ramai dan berkembang menjadi sebuah negeri. Penabalan Sultan Abdul Jalil sebagai raja pertama Kerajaan Asahan di Kampung Tanjung menjadi awalnya sejarah pemerintahan Kerajaan Asahan pada tahun 1620. Kota Tanjung Balai yang semula sebuah kota kecil, lama kelamaan menjadi kota yang padat, dikarenakan adanya pelabuhan dan menjadi kota perdagangan yang cukup ramai karena adanya pelabuhan yang menjadi pintu masuk ke daerah Asahan. Akhirnya kota ini menjadi daerah yang penting dalam perkembangan perekonomian, dan menjadi daya tarik bagi pendatang untuk tinggal menetap. Selain sebagai kota pelabuhan kota ini juga menjadi tempat kedudukan Asisten Resident untuk memperlancar kegiatan perkebunan, maskapai Belanda, sehingga mereka membuka kantor dagangnya di kota ini. Kota Tanjung Balai juga menjadi tempat kedudukan Sultan Kerajaan Asahan. Universitas Sumatera Utara 61 Gambar 2.1 Kantor perusahaan guntzel Schumacher di Jalan Heerenstraat di Tanjung Balai tahun 1917 sumber: www.google.com Gambar 2.2. Pelabuhan di Kota Tanjung Balai yang sudah ada sejak masa pemerintahan Belanda sumber www.google.com Universitas Sumatera Utara 62 Kota Tanjung Balai sebelumnya masuk dalam wilayah Kabupaten Asahan, namun pada tahun 1956 dikeluarkan Undang-undang Darurat No 9 dengan mengganti nama Haminte Tanjung Balai menjadi kota kecil Tanjung Balai dan Jabatan Walikota terpisah dari Bupati Asahan berdasarkan surat Menteri Dalam Negeri tanggal 18 September 1956. Selanjutnya dengan UU No. 1 Tahun 1957 kota Kecil Tanjung Balai diganti menjadi Kotapraja Tanjung Balai. Sementara itu tercatat 17 Kepala daerah yang pernah memimpin Kota Tanjungalai sejak tahun 1946 sampai sekarang. Perkembangan kota Tanjung Balai sangat pesat dan jumlah penduduk cukup padat, bahkan kota ini pernah menjadi kota terpadat di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk lebih kurang 40.000 orang dengan kepadatan penduduk lebih kurang 20.000 jiwa per Km², dengan luas wilayah hanya 199 Ha 2 Km² menjadi 60 Km². Jumlah penduduk yang padat, menjadikan kota ini daerah yang berkembang dengan ditunjang adanya pelabuhan. Akhirnya kemudian kota ini diperluas menjadi 60 Km² dengan terbitnya peraturan pemerintah RI No. 20 Tahun 1987 tentang perubahan batas wilayah Kota Tanjung Balai dan Kabupaten Asahan. Akhirnya berdasarkan Sk Gubsu No. 146.13372SK1993 tanggal 28 Oktober 1993, desa dan kecamatan yang ada dimekarkan serta seluruh desa berubah status menjadi kelurahan, berdasarkan Perda No 23 tahun 2001. Kemudian pada tahun 2005 dikeluarkan Peraturan Daerah Perda Kota Tanjung Balai No 4 tanggal 4 Agustus tentang pembentukan kecamatan Datuk Bandar Timur dan No 3 tahun 2006 tanggal 22 Pebruari tentang Pembentukan Kelurahan pantai Johor di Kecamatan Datuk Bandar, maka Kota Tanjung Balai yang semula memiliki 5 Kecamatan berubah menjadi 6 Kecamatan dan 31 Kelurahan. yaitu: Universitas Sumatera Utara 63 1. Kecamatan Datuk Bandar 2. Kecamatan Datuk Bandar Timur 3. Kecamatan Tanjung Balai Selatan 4. Kecamatan Tanjung Balai Utara 5. Kecamatan Sei. Tualang Raso 6. Kecamatan Teluk Nibung. Secara geografis kota Tanjung Balai terletak diantara 2 ฀ 58’ LU dan 99฀ 48’ BT, dengan luas wilayah 60,529 Km² 6.052,9 Ha, berada dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Asahan terdiri dari: 1. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Simpang Empat 2. Sebelah Utara dengan Kecamatah Tanjung Balai 3. Sebelah Timur dengan Kecamatan Sei Kepayang 4. Sebelah Barat dengan Kecamatan Simpang empat Universitas Sumatera Utara 64 Gambar 2.1: Peta Kota Tanjung Balai Universitas Sumatera Utara 65 Topografi daerah ini terdiri dari Asahan Bawah berupa dataran rendah dengan ketinggian dari permukaan laut 0-25 meter. Asahan Tengah berbukit-bukit dengan ketinggian 25-50 meter dari permukaan laut. Asahan Atas yang berbatas dengan Kabupaten Simalungun dan Tapanuli Utara, yang merupakan dataran tinggi. Kota Tanjung Balai sendiri dialiri dengan sungai Asahan dan Sungai Silau serta beberapa sungai yang kecil-kecil. Keadaan topografi datar, berawa-rawa dan sekeliling kota terdapat persawahan pasang surut sumber data statistik kota Tanjung Balai 2010.

2.4 Masyarakat Kota Tanjung Balai