72
wanita ini kebanyakan bekerja sebagai buruh pabrik yang ada di kota Tanjung Balai, atau berjualan dengan membuka warung di rumah. Salah satu pabrik yang
ada di Kota Tanjung Balai yang berada di Kecamatan Teluk Nibung pada saat itu adalah pabrik rokok, yang dibuat dari daun nipah. Pekerjaan di pabrik rokok
dibutuhkan karyawan yang banyak, disebabkan banyak pekerjaan yang masih dilakukan secara manual, sehingga membuka peluang bagi masyarakat untuk
bekerja dan menambah penghasilan. Kehidupan nelayan sangat menjanjikan bagi masyarakat Kota Tanjung
Balai, walau di satu sisi sumber laut yang melimpah membuat sebahagian masyarakat tidak menjadikan sekolah sebagai hal yang utama bagi anak-anak
mereka. Anak-anak usia sekolah lebih memilih bekerja di laut dari pada harus belajar di sekolah. Mereka dengan mudahnya mendapatkan uang hanya dengan
memungut hasil tangkapan para nelayan yang terjatuh atau tercecer, atau membantu mengangkat kerangjang ikan. Disisi lain, kehidupan nelayan menjadi satu insfirasi
bagi para seniman dalam mendapatkan ide-ide baru untuk menciptakan berbagai karya seni yang juga dapat menjadi sumber pendapatan bagi mereka.
2.7 Agama dan Kepercayaan
Menurut Wilkinson dalam Takari dan Dewi 2008:46, “Seorang Melayu adalah beragama Islam. Misalnya masuk Melayu berarti masuk Islam.” Ciri
kemelayuan yang identik dengan Islam ini masih dipertahankan hingga sekarang. Oleh karena itu, Kota Tanjung Balai masih dipandang sebagai daerah Melayu
karena mayoritas penduduknya beragama Islam 81,99, seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
73
Tabel 2.2: Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama NO
Agama JUMLAH
1. Islam
81,99 2.
Protestan 7,78
3. Katholik
1,06 4.
Budha 9,07
5. Hindu
0,08 6.
Lainnya 0,02
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tanjung Balai
Pada awalnya masyarakat Tanjung Balai sebelum Kota Tanjung Balai menjadi pusat pemerintahan Negeri Asahan, mereka menganut kepercayaan
Animisme dan Dinamisme, yang percaya pada segala sesuatu yang dianggap memiliki kekuatan dan dapat membantu mereka. Masuknya Islam, dimana
ajarannya tidak bertentangan dengan kehidupan masyarakatyang kemudian banyak dianut oleh masyarakat, kemudian perlahan berkembang, dan dimasa pemerintahan
Sultan Abdul Jalil, Agama Islam kemudian mulai berkembang dan menjadikan agama mayoritas yang dianut oleh masyarakatnya. Pada masa ini mulailah
kebudayaan Islam mempengaruhi kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Asahan termasuk masyarakat Tanjung Balai. Pengaruh Islam ini begitu kuat dalam
kehidupan masyarakat, dan menjadikannya sebagai pedoman dalam mengembangkan kebudayaan termasuk kesenian. walaupun pengaruh Islam sangat
besar, namun bentuk-bentuk kesenian yang lama tetap dilakukan dengan memasukkan unsure-unsur dalam ajaran islam, sehingga kesenian-kesenian ini bisa
diterima oleh masyarakat, terutama oleh kaum ulama. Pengaruh budaya Islam dapat ditemukan dalam peristiwa budaya yaitu:
Universitas Sumatera Utara
74
1. Apabila seseorang pendatang masuk Islam, maka ia akan disebut “masuk Melayu”, karena orang Melayu harus beragama Islam.
2. Anak laki-laki yang berkhitan maka ia disebut “masuk Melayu” 3. Masuknya penduduk suku Minangkabau, Mandailing dan Jawa yang sudah
menganut agama Islam, makin memperkuat pengaruh Islam di Asahan. 4. Berkembangnya ajaran Tuan Syekh Hasyim Tua yang berasal dari Tapanuli yang
mendirikan ASIT Asahan Syariat Islam Tapanuli pada 14 Desember 1914 5. Berkembang ajaran Muhammadiyah yang dibawa oleh Guru Besar Ustaz Abdul
Hamid yang berasal dari Tanjungbali mendirikan “Madrasatul Ulumil Arabiyah” sebagai pusat pendidikan Agama Islam.
6. Adat istiadat dan seni budaya yang semula dipengaruhi mistik, kemudian berubah, dengan munculnya kesenian yang bernuansa Islam kaligrafi, qasidah,
music gambus dan rebana sebagai media penyebaran agama Islam, yang akhirnya menjadi budaya masayarakat Asahan sampai sekarang.
2.8 Kesenian