54
BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT
DAN BUDAYA MELAYU DI TANJUNG BALAI
2.1 Suku Melayu
Dalam usaha memberikan gambaran tentang kesenian gubang, maka penjelasan tentang kata Melayu menjadi penting, sebagai upaya kita dalam
memahami keberadaan Gubang. Sampai saat ini defenisi kata Melayu memiliki banyak pengertian dan makna yang berbeda dari masing-masing pendapat. Kata
Melayu memiliki arti yang berbeda sesuai dengan konteks di dalam penggunaannya. Hal ini disebabkan karena ada beberapa pengertian berdasarkan
“bahasa,” pengertian “ras,” pengertian etnis “suku bangsa,” dan ada pula pengertian Melayu berdasarkan kepercayaan atau religi Lukcman Sinar, 2005:1.
Menurut berbagai sumber sejarah yang dapat disimpulkan, kata Melayu dikatakan sebagai sebuah kelompok etnik,yang dapat ditelusuri melalui munculnya
istilah Melayu. Istilah ini muncul berdasarkan cerita dari sebuah kerajaan di daerah Jambi yang ada pada masa kerajaan Sriwijaya.
Pada masa itu kata Melayu dipakai sebagai nama tempat yang menunjukkan daerah Jambi sekarang, hal ini dapat
ditelusuri dan sudah disebut dalam catatan I-Tsing yang mengunjungi Sriwijaya pada tahun 685 M.
Berdasarkan kronik dinasti I-Tsing di Cina, terdapat nama kerajaan di Sumatera yang disebut Mo-Lo-Yue. I-Tsing adalah seorang pendeta
Budha yang dalam perjalanannya menuju India pernah tinggal di kerajaan Sriwijaya untuk mempelajari bahasa Sansekerta selama enam bulan. Setelah itu ia kemudian
Universitas Sumatera Utara
55
pergi ke kerajaan Melayu dan tinggal disana selama enam bulan sebelum melanjutkan perjalanannya ke Keddah dan India. Luckman Sinar: 2002:1
Pemahaman selanjutnya tentang kata Melayu adalah sebagai ras, budaya dan orang yang menganut ajaran Islam atau agama Islam. Istilah Melayu biasanya
dipergunakan untuk mengidentifikasi semua orang dalam rumpun Melayu Austronesia yang meliputi wilayah Semenanjung Malaya, kepulauan nusantara,
kepulauan Filipina dan pulau-pulau di lautan Fasipik Selatan. Dalam pengertian umum orang Melayu adalah mereka yang memiliki ras Melayu. Suku Melayu
adalah golongan bangsa, yang menyatukan dirinya dalam perbauran ikatan perkawinan antar suku bangsa dan dalam kehidupan sehari-hari mereka
menjalankan adat resam dan bahasa Melayu secara sadar dan berkelanjutan T. Lah Husni, 1975:7.
Sejalan dengan itu, menurut Sinar 2002:17, definisi Melayu sejak peng- Islamannya di abad ke 15 M sebagaimana dikemukakan oleh penguasa kolonial
Belanda dan Inggris serta para sarjana asing lainnya adalah sebagai berikut: “seseorang disebut Melayu apabila ia beragama Islam, berbahasa Melayu sehari-
hari dan beradat istiadat Melayu”. Adapun adat Melayu itu adalah “adat bersendi hukum syarak, syarak bersendi kitabullah”. Sehingga orang Melayu adalah etnis
yang ada karena adanya persamaan budaya yang dilakukannya dalam kehidupan, dan bukan harus secara geneologis atau keturunan.
Dalam menjalani kehidupannya, suku Melayu berazaskan pada lima falsafah dasar yakni:
1. Melayu itu Islam, yang sifatnya universal dan demokratis bermusyawarah.
2. Melayu itu berbudaya, yang sifatnya nasional dalam bahasa, sastra, musik, tari,
pakaian, tersusun dalam tingkah laku dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
56
3. Melayu itu beradat, yang sifatnya regional kedaerahan dalam Bhinneka
Tunggal Ika, dengan tepung tawar, balai pulut kuning
6
4. Melayu itu terurai, yang tersusun dalam masyarakat yang rukun dan tertib
mengutamakan ketentraman dan kerukunan, hidup berdampingan dengan harga menghargai timbal balik, bebas tapi terikat dalam masyarakat.
, dan lain-lain yang mengikat tua dan muda
5. Melayu itu berilmu, artinya pribadi yang di arahkan kepada ilmu pengetahuan
dan ilmu keagamaan agar bermarwah dan disegani orang untuk kebaikan umum Ke lima falsafah dasar ini menjadi pegangan bagi orang Melayu, dengan
menjadikan Islam sebagai agama yang dianut menjadi dasar, pedoman dalam setiap sendi-sendi kehidupan. Ajaran Islam tidak bertentangan dengan adat dan kebiasaan
kehidupan masyarakat, berdampingan dengan pola berprikemanusiaan dan ber- Tuhan. Dalam budaya tidak bertentangan dengan masyarakat yang ingin beradab
dan meningkatkan lahiriah dan batiniah. Adat tidak bertentangan dengan masyarakat yang ada rasa kekeluargaan dan bukan individualistis. Berurai tidak
bertentangan dengan masyarakat yang tahu harga diri yang ingin kebenaran, keadilan, dan kemakmuran yang merata dalam kehidupan. Berilmu tidak
bertentangan dengan masyarakat yang ingin maju untuk kepentingan diri dan
6
Tepung tawar adalah acara dalam memberikan ucapan doa, pada seseorang dengan menaburkan bunga dan percikan air di kepala dan tangan. Biasanya yang memberikan adalah orang
tua ataupun keluarga dari penerima tepung tawar. Balai atau bale adalah sebuah kotak yang terbuat dari kayu berbentuk segi empat bersusun tiga buah kotak kecil disusun paling atas, lalu kotak
sedang dan terakhir kotak besar dan diberi penyangga di bawahnya yang diberi ornament motif Melayu di sekeliling kotak, digunakan sebagai tempat meletakkan pulut ketan, serta diberi hiasan
berupa kertas warna warni yang dibuat seperti bendera dan ditusukkan di pulut serta diberi hiasan berupa wadah telur kadang-kadang di atas pulut diberi daging atau ayam yang sudah di masak.
Tepak Sirih adalah sebuah kotak yang berbentuk empat persegi panjang terbuat dari kayu, berisi, dan bersekat-sekat sebagai tempat sirih dan kelengkapannya, tepak sirih ini ditujukan bagi tamu-tamu
sebagai penghormatan.
Universitas Sumatera Utara
57
masyarakatnya. pengabdian adalah pada Allah, manusia dan lingkungan, untuk kebahagiaan diri sekarang dan nanti.
Selanjutnya menurut Husni 1975:100, sebutan bagi orang Melayu Sumatera Timur, adalah turunan campuran antara orang Melayu yang datang dari
Johor, Malaka, Riau dan sukubangsa yang datang dari Aceh, Karo, Mandailing, Jawa, Bugis, Minang dan lainnya seperti Arab, India yang merasa dan
mengamalkan adat resam Melayu serta beragama Islam. kelompok-kelompok etnik ini memakai bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar dalam pergaulan antara
sesamanya dan dengan orang daerah lain. Demikian juga dengan masyarakat kota Tanjung Balai yang penduduknya mayoritas memeluk agama Islam menyebut
dirinya dengan suku Melayu atau biasa disebut dengan suku Melayu Asahan.
2.2 Struktur Masyarakat Melayu