104
BAB V GUNA DAN FUNGSI GUBANG
Dalam bab ini kajian akan berfokus pada masalah guna dan fungsi dan guna Gubang dalam kebudayaan masyarakat Melayu di Tanjung Balai. Namun
sebelumnya penulis akan mengulas bagaimana pengertian guna dan fungsi yang lazim diterapkan di dalam disiplin etnomusikologi. Adapun latar belakang kajian
guna dan fungsi Gubang ini adalah menurut teori fungsionalisme yang ditawarkan Radcliffe-Brown dan Merriam telah diuraikan pada Bab I.
5.1 Pengertian Penggunaan dan Fungsi
Mengikut Bronislaw Malinowski, yang dimaksud fungsi itu intinya adalah bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu
rangkaian dari sejumlah keinginan naluri makhluk manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya. Kesenian sebagai contoh daripada salah satu unsur
kebudayaan, terjadi karena mula-mula manusia ingin memuaskan keinginan nalurinya terhadap keindahan. Ilmu pengetahuan juga timbul karena keinginan
naluri manusia untuk tahu. Teknologi muncul di dalam kebudayaan manusia, untuk mempermudah dan mengefisienkan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh
manusia, sekali gus dalam konteks kekinian adalah untuk komunikasi. Namun demikian dalam konteks kebudayaan pada umumnya, banyak pula
aktivitas kebudayaan yang terjadi karena kombinasi dari beberapa macam human need itu. Dengan pemahaman ini seorang peneliti bisa menganalisis dan
Universitas Sumatera Utara
105
menerangkan banyak masalah dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan manusia.
11
Selanjutnya Soedarsono 2002, 123 mengemukakan fungsi seni pertunjukan dalam kehidupan manusia secara garis besar bisa dikelompokkan
5.2 Fungsi Gubang
Kesenian Gubang disajikan selalu terkait dengan upacara adat maupun hiburan bagi masyarakat Melayu. Untuk melihat fungsi Gubang penulis mengacu
kepada fungsi musik Melayu yang mengiringi aktivitas menari yang dikemukakan oleh Merriam 1964: 219-227 mengemukakan tentang sepuluh fungsi musik, yaitu:
1 fungsi pengungkapan emosional the function of emotional; 2 fungsi penghayatan estetis the function of aestetic; 3 fungsi hiburan the function of
entertainment; 4 fungsi komunikasi the function of communication; 5 fungsi perlambangan the function of symbolic representation; 6 fungsi reaksi jasmani
the function of physical response; 7 fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial the function of enforcing conformity to social norms, 8 fungsi pengesahan
lembaga sosial dan upacara keagamaan the function of validation of social instituation and religious rituals; 9 fungsi kesinambungan budaya the function
of contribution to the continued and stability of culture; 10 fungsi pengintegrasian masyarakat the function of contribution the integration of society
11
Lihat Koentjaraningrat penye. Sejarah Teori Antropologi I 1987:171. Abstraksi tentang fungssi yang ditawarkan oleh Malinowski berkaitan erat dengan usaha kajian etnografi
dalam antropologi. Pemikiran Malinowski mengenai syarat-syarat metode etnografi berintegrasi secara fungsional yang dikembangkan dalam kuliah-kuliahnya tentang metode-metode penyelidikan
lapangan dalam masa penulisan buku etnografi mengenai kebudayaan masyarakat Trobiands, selanjutnya menyebabkan bahwa konsepnya mengenai fungsi sosial dari adat, tingkah laku manusia,
dan institusi-institusi sosial menjadi mantap Koentjaraningrat, 1987:67.
Universitas Sumatera Utara
106
menjadi 3 fungsi primer, yaitu: 1 seni sebagai sarana ritual; 2 seni sebagai sarana hiburan pribadi; dan 3 seni sebagai presentasi estetis.
Dalam hal ini penulis membahas berdasarkan penggabungan dari kedua pendapat Soedarsono dan Merriam tentang music dan tari serta menyesuaikannya
dalam kesenian Gubang, yaitu:
5.2.1 Fungsi Sebagai Hiburan
Sebagai seni yang berfungsi hiburan, kesenian gubang sangat akrab bagi masyarakat Melayau Tanjuingbalai Asahan. Sesuai dengan proses penciptaannya
yang mengutamakan kegembiraan, kesenian ini selalu disajikan atau disertakan dalam setiap kesempatan. Masyarakat Melayu menjadikan Gubang sebagai materi
utama dalam acara-acara mereka. Setiap kesempatan mereka dapat menyajikannya, dengan musik yang sederhana terdiri dari bansi, gong, gendang, yang saat ini sudah
ditambah dengan biola atau akordion, membuat pertunjukan Gubang semakin disenangi.
Masyarakat Tanjung Balai menghibur dirinya dengan membuat acara dengan mempertunjukkan gubang, dan hal ini akan terlihat, apabila mereka
mendengar sinandong diikuti dengan irama musiknya yang khas, maka secara sadar mereka menari dengan rasa gembira. Berhubungan dengan fungsi seni sebagai
hiburan, Merriam mengemukakan, Music provides an entertainment function is all societies. It needs only to be
pointed out that a distinction must be probably be drawn between “pure” entertainment, which seems to be a particular feature of music in western
society, and entertainment combined with other function. The latter may well be a more prevalent feature of non literate societes Merriam, 1964:
223.
Universitas Sumatera Utara
107
Dalam kegiatan hiburan, Gubang ini pun sering disajikan atau dipertunjukkan untuk menghibur para tetamu yang berkunjung ke daerah Tanjung
Balai. Kompetisi Gubang dalam kegiatan hari jadi atau ulang tahun Kota Tanjung Balai juga dilakukan, sebagai upaya dalam pelestarian dan pengembangan
kesenian. selain sebagai hiburan yang menarik untuk masyarakat. gubang juga. Adanya kompetisi dalam pertunjukan gubang, menjadi salah satu penyebab
terjadinya perubahan dalam struktur penyajian maupun masuknya penari laki-laki. Perubahan ini tidak menjadi satu masalah yang harus dipersoalkan, masyarakat
tanujngbalai menerima dengan adanya kreatifitas dari para seniman. Hal ini dikarenakan, perubahan ini justru menjadikan gubang semakin dikenal walau
bentuk penyajiannya akan berbeda dari satu kelompok dengan kelompok lain, sehingga menambah perbendaharaan kesenian gubang, dan menjadikannya sebagai
ciri dari kesenian yang ada di Tanjung Balai Sebagai sebuah kesenian yang bersifat hiburan, gubang dapat dilihat dari
berbagai kalangan, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, tanpa ada aturan yang harus dilakukan baik pemain maupun penonton. Masyarakat bebas melihat namun
tidak mengganggu jalannya pertunjukan, sehingga penyajian dapat dinikmati dengan baik.
5.2. 2. Fungsi sebagai Sarana Ritual
Bentuk penyembahan terhadap hal-hal gaib yang dipercayai oleh masyarakat Melayu merupakan kepercayaan yang telah diwarisi secara turun-
temurun, dengan menyertakan berbagai kelengkapan dalam acara ritualnya. Dalam menyikapai kepercayaan ini, suku Melayu melakukan berbagai kegiatan pada
upacara adat, sebagai penghormatan atas kepercayaan yang sudah lama ada.
Universitas Sumatera Utara
108
Sehingga upacara adat menjadi bahagian yang tidak terpisahkan dalam keseharian, mereka melakukannya untuk tujuan tertentu sesuai dengan kebutuhan. Kegiatan
pemujaan dan penyembahan kepada roh nenek moyang ini diwujudkan dalam suatu bentuk upacara dengan menyertakan gubang sebagai pendukung sebelum
pelaksanaan upacara dilakukan. Pada pelaksanaannya ada berbagai sarana yang diperlukan, sebagai syarat
utama maupun pendukung yang harus disiapkan. Kesenian Gubang juga menjadi salah satu unsur yang disertakan pada upacara adat seperti upacara pengobatan pada
acara syiar mambang. Kehadiran gubang bukan sebagai syarat utama, melainkan sarana hiburan
sebelum ataupun sesudah pelaksanaan upacara, tetapi menurut kepercayaan mereka, gubang dipercayai dapat memberikan semangat agar pelaksanaan upacara dapat
dilakukan dengan maksimal. Senandung dan nyanyian didong sebagai pengiring pada Gubang, mampu uantuk mempercepat datangnya mahluk gaib dalam
membantu pengobatan yang dilakukan. Selain itu gerak monoton yang dilakukan secara berulang juga dipercayai dapat membuat seseorang terbius tidak sadarkan
diri, sehingga memudahkan untuk menjadi media berkomunikasi dengan mahluk gaib.
Penyajian gubang juga dilakukan pada upacara penyambutan tamu kehormatan. Penyajian pada acara ini berbeda dengan penyajian pada upacara
pengobatan. Pada acara penyambutan, kesenian Gubang disajikan sebagai persembahan pada para tetamu yanag datang, baik kedua pengantin, maupun dalam
menyambut tamu kehormatan. Penyajian gubang dilakukan di awal acara, sehingga para tetamu belum bisa duduk di tempatnya apabila kesenian gubang belum selesai
Universitas Sumatera Utara
109
disajikan. Sehingga gubang dapat dikatakan tari upacara, dikarenakan disajikan pada awal acara dan menjadi pokus utama sebelum kegiatan dilakukan.
Sebagai sarana ritual, kesenian gubang dalam penyajiannya memiliki aturan yang menjadi dasar dalam konsep penyajiannya. Tahapan awal berupa penyajian
musik yang menjadi kekuatan bagi mereka dalam mengungkapkan permohonan pada yang kuasa, harus disampaikan. Melalui syair-syair dengan nyanyian didong,
berisi pemujaaan, penghormatan harus dilakukan. Adapun isi syair dalam nyanyian didong antara lain:
Oooooooooooooouuuuuuuuuuuuuuu…………… Batolurlah kau sinangin
Batolur sepanjang pante Barombus lah kau angin
Supaya lokas kami sampe Syair ini lah yang dipercayai sebagai mantra-mantra yang dapat memanggil
angin dan dinyanyikan dalam kesenian Gubang. Kemudian dilanjutkan dengan masuknya penari yang melakukan gerak lenggang double step.
Irama musik yang menigiringi tarian dibawakan dan dijadikan sebagai ketukan, serta pembawa
semangat bagi para penari dalam penyajiannya. Dalam upacara adat perkawinan, gubang disajikan sebagai bentuk hubungan
yang baik dalam keseluruhan acara. Gubang disajaikan dalam dua bentuk kegiatan yaitu pada acara awal menyambut pengantin, dan setelah acara adat dilakukan yang
bertujuan sebagai hiburan. pada dasarnya semua awal dari aktivitas ini membunyikan musik dalam hal ini keseluruhan instrumen yang digunakan serta
pengutamaan dari nyanyian didong untuk tetap memohon dan menyembah kepada
Universitas Sumatera Utara
110
Tuhan, supaya setiap aktivitas atau kegiatan upacara berjalan dengan lancar dan baik pula.
5.3 Fungsi Kesinambungan Budaya