Etika Penggunaan dan Penyajian Gubang

84

3.4 Etika Penggunaan dan Penyajian Gubang

Kesenian Gubang dilakukan dalam berbagai kegiatan baik kegiatan adat maupun hiburan bagi masyarakat Melayu. Dalam setiap kegiatan tersebut, Gubang memiliki penggunaan dan penyajian yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan dari pelaksanannya. Pada awal penciptaannya, kesenian ini dilakukan oleh para nelayan yang tentunya terdiri dari kaum laki-laki. Mereka melakukan gerak-gerak dengan bersenandung dan dipenuhi dengan kegembiraan. Gerak melenggang, melompat manjadi gerak utama dalam penyajiannya. Gubang dalam gerak pada awalnya tidak memiliki pola yang tetap, mereka melakukan gerak berdasakan irama pukulan dayung ke dinding perahu. Gerak yang dibawakan lebih pada improvisasi dari ungkapan rasa senang, yang kemudian dilakukan secara berulang-ulang dan menjadi pola tetap. Penyajian diawali suara bansi yang dilanjutkan dengan pukulan gendang, dan bersamaan diikuti suara gong tawak-tawak diikuti nyanyian senandong menjadi tahapan awal yanag harus dimainkan. Suara bansi yang dipadu dengan nyanyian didong dan senandung, membawa mereka ke dalam suasana khusuk dalam meminta permohonan yang bermakna agar kesenian yang mereka sajikan dapat berjalan dengan baik dan dapat menghibur. Selanjutnya para penari masuk ke arena pentas dengan melakukan gerak langkah double step langkah celatuk, yang kemudian melakukan gerak sembah sebagai penghormatan sebagai akan dimulainya panyajian. Tahapan ini merupakan pembuka dari kesenian Gubang, selanjutnya masuk pada isi atau inti dari Gubang, yang disesuaikan dengan tujuan pelaksanaan penyajian dan diakhiri dengan penutup. Universitas Sumatera Utara 85 Musik dalam hal ini nyanyian didong yang digunakan sebagai awal gubang, menjadi keharusan yang harus dimainkan. Nyanyian sinandong dan didong berisi syair-syair yang bukan hanya sekedar nyanyian sebagai pengiring tari, tetapi nyanyian ini merupakan mantra-mantra pemujaan kepada mahluk gaib yang mereka percayai dapat membantu mereka dari segala kendala dan marabahaya. Nyanyian ini mereka sebut dengan lagu gubang, yang tidak hanya dimainkan untuk mengiringi tarian gubang, tetapi juga dimainkandinyanyikan pada upacara pengobatan syiar mambang, upacara jamu laut, yang digunakan nuntuk memanggil roh-roh gaib. Pukulan gendang yang sangat khas dan hanya dimiliki dalam musil tradisi Tanjung Balai Asahan, menyatu dengan nyanyian serta mempercepat datangnya hal ghaib yang mereka undang. Dalam struktur penyajian gubang ini dibagi menjadi 3 tahapan, dimana penghormatan menjadi tahapan yang harus dilakukan di awal pertunjukan. Penghormatan menjadi penting, karena sebagai suku yang memiliki norma agama dan adat, haruslah memulai segala sesuatu dengan membersihkan diri dari segala hal yang tidak baik, dan menyerahkan semua pada yang kuasa, dan memohon ampun serta memohon pada penonton, bahwa yang dilakukan adalah permainan untuk menghibur. Munculnya wanita sebagai penari dalam kesenian gubang, tidak diketahui kapan pastinya ada. Kegembiraan sebagai inti dari kesenian inilah yang dianggap adanya penari wanita, dimana ketika para pria pulang melaut dengan membawa tangkapan yang banyak, maka kegembiraan dirasakan oleh istri dan semua keluarga. Hal ini dikarenakan, adanya kebersamaan, gotong royong, yang merupakan nilai dalam budaya Melayu, dan lemah lembut yang dimiliki kaum Universitas Sumatera Utara 86 perempuan, akhirnya mengikutsertakan perempuan dalam kesenian ini dan seterusnya meletakkan perempuan sebagai penari dalam kesenian Gubang. Dalam penyajian Gubang, gerak melenggang adalah gerak yang dominan dilakukan dan merupakan gerak dasar dalam tari Melayu. Gerak ini merupakan gerak yang biasa dilakukan ketika berjalan, dengan langkah yang lambat maupun cepat, dengan lambaian tangan yang tidak terlalu membuka ketiak, karna dianggap tidak sopan bagi wanita. Dari gerak melenggang kemudian dimodifikasi atau dikembangkan dalam berbagai motif gerak, seperti kuak, langkah biasa, langkah celatuk. Gerak pada kaki kebanyakan dilakukan dengan langkah double step, langkah ini memberikan arti yang beragam seperti, mewujudkan suasana gembira, suasana sedih, atau suasana kacau. Semua gerak-gerak ini dilakukan sesuai dengan tempo musik yang mengiringi, sehingga musik menjadi tuntunan dalam pergantian gerak, penyamaan gerak di antara penari, selain tentunya sebagai pembentuk suasana dalam tarian. Dalam kegiatan hiburan, gerak-gerak yang dilakukan lebih menunjukkan pada suasana bahagia, gembira, riang, bebas, yang merupakan ungkapan ekspresi masyarakat, tanpa merubah struktur dari penyajiannya. Dalam kegiatan upacara adat yang digunakan sebagai tari persembahan, gerak yang dilakukan lebih tertata, dan penuh kehati-hatian, dikarenaka tariaan ini dilakukan sebagi penghormatan yang menunjukkan adat budaya Melayu dalam menyambut tamu kehormatan. Sementara repertoar lagu sebagai pengiring tidak menunjukkan adanya perubahan dalam struktur penyajiannya. Universitas Sumatera Utara 87

3.5 Latar Belakang Penyelenggaraan Gubang