38
adanya teori, proses pengumpulan dan penganalisisan data bisa dilakukan dengan lebih terarah dan terencana.
Untuk itu, penulis menggunakan landasan teoritis sebagai pedoman berpikir dalam melaksanakan penelitian dan membahas hasil penelitian. Landasan teoritis
pada penelitian ini diuraikan dalam tiga bagian 1 fungsionalisme, 2 strukturalisme 3 makna simbol, dan 4 bentuk penyajian.
1.6.2.1 Teori fungsionalisme
Menurut Lorimer et al., teori fungsionalisme adalah salah satu teori yang dipergunakan pada ilmu sosial, yang menekankan pada saling ketergantungan
antara institusi-institusi pranata-pranata dan kebiasaan-kebiasaan pada masyarakat tertentu. Analisis fungsi menjelaskan bagaimana susunan sosial didukung oleh
fungsi institus-institusi seperti: negara, agama, keluarga, aliran dan pasar terwujud. Sebagai contoh, pada masyarakat yang kompleks seperti Amerika Serikat, agama
dan keluarga mendukung nilai-nilai yang difungsikan untuk mendukung kegiatan politik demokrasi dan ekonomi pasar. Dalam masyarakat yang lebih sederhana,
masyarakat tribal, partisipasi dalam upacara keagamaan berfungsi untuk mendukung solidaritas sosial di antara kelompok-kelompok manusia yang
berhubungan dengan kekerabatannya. Meskipun teori ini menjadai dasar bagi para penulis Eropa abad ke-19, khususnya Emile Durkheim, fungsionalisme secara nyata
berkembang sebagai sebuah teori yang mengagumkan sejak dipergunakan oleh Talcott Parsons dan Robert Merton tahun 1950-an. Teori ini sangat berpengaruh
kepada para pakar sosiologi Anglo-Amerika dalam dekade 1970-an. Broinslaw Malinowski dan A.R. Radcliffe-Brown, mengembangkan teori ini di bidang
Universitas Sumatera Utara
39
antroplogi, dengan memusatkan perhatian pada masyarakat bukan Barat. Sejak dekade 1970-an, teori fungsional dipergunakan pula untuk mengkaji dinamika
konflik sosial Lorimer et al. 1991: 112-113. Dalam mengungkapkan tentang teori fungsi, Fungsi musik dimasyarakat
sangatlah beragam, diantaranya seperti : sebagai kepentingan keagamaan dan aliran kepercayaan tertentu. Musik dapat tercipta dari berbagai inspirasi dan pengalaman
pribadi seorang komponis sebagai penciptaanya. Dalam hal pengiringan tari, musik berfungsi sebagai pembuat suasana, penyelaras ritme pola gerak penari, hingga
penyeimbang bagi keharmonisan antara tari dan musik. Radcliffe-Brown mengemukakan bahwa fungsi sangat berkait erat dengan
struktur sosial masyarakat. Bahwa struktur sosial itu hidup terus, sedangkan individu-individu dapat berganti setiap masa. Dengan demikian, Radcliffe-Brown
yang melihat fungsi ini dari sudut sumbangannya dalam suatu masyarakat, mengemukakan bahwa fungsi adalah sumbangan satu bagian aktivitaas kepada
keseluruhan aktivitas di dalam sistem sosial masyarakatnya. Tujuan fungsi adalah untuk mencapai tingkat harmoni atau konsistensi internal, seperti yang
diuraikannya berikut ini.
By the definition here offered ‘function’ is the contribution which a partial activity makes of the total activity of which it is a part. The function
of a particular social usage is the contribution of it makes to the total social life as the functioning of the total social system. Such a view implies that a
social system ... has a certain kind of unity, which we may speak of as a functional unity. We may define it as a condition in which all parts of the
social system work together with a sufficient degree of harmony or internal consistency, i.e., without producing persistent conflicts can neither
be resolved not regulated Radcliffe-Brown, 1952:181.
Universitas Sumatera Utara
40
Dengan tetap bertolak dari teori fungsi, yang kemudian mencoba menerapkannya dalam disiplin etnomusikologi, lebih lanjut secara tegas Merriam
membedakan pengertian fungsi ini dalam dua istilah, yaitu penggunaan dan fungsi. Menurutnya, membedakan pengertian penggunaan dan fungsi adalah sangat
penting. Para pakar etnomusikologi pada masa lampau, tidak begitu teliti terhadap perbedaan ini. Jika kita berbicara tentang penggunaan musik, maka kita menunjuk
kepada keebiasaan the ways musik dipergunakan dalam masyarakat, sebagai praktik yang biasa dilakukan, atau sebagai bagian dari pelaksanaan adat- istiadat,
baik ditinjau dari aktivitas itu sendiri maupun kaitannya dengan aktivitas-aktivitas lain. Lebih jauh Merriam menjelaskan perbedaan pengertian antara penggunaan
dan fungsi sebagai berikut.
Music is used in certain situations and becomes a part of them, but it may or may not also have a deeper function. If the lover uses song to w[h]o his
love, the function of such music may be analyzed as the continuity and perpetuation of the biological group. When the supplicant uses music to
the approach his god, he is employing a particular mechanism in conjunction with other mechanism as such as dance, prayer, organized
ritual, and ceremonial acts. The function of music, on the other hand, is enseparable here from the function of religion which may perhaps be
interpreted as the establishment of a sense of security vis-á-vis the universe. “Use” them, refers to the situation in which music is employed in
human action; “function” concerns the reason for its employment and perticularly the broader purpose which it serves Merriam, 1964:210.
Kajian tentang fungsi musik dalam tari Gubang, ada beberapa teori yang dapat menjelaskannya antara lain: Alan P. Merriam mengatakan 1964:219, “
fungsi musik merupakan masalah yang sangat penting dalam etnomusikologi, karena hal ini menyangkut makna dan tujuan pemakaian musik dalam pandangan
yang luas, artinya mengapa musik tersebut digunakan demikian.”
Universitas Sumatera Utara
41
Berkenaan dengan fungsi musik, menurut Alan P. Merriam terdapat sekurang-kurangnya sepuluh fungsi musik, yaitu 1 fungsi pengungkapan
emosional, 2 funsi penghayatan estetika, 3 fungsi hiburan, 4 fungsi komunikasi, 5 fungsi perlambangan 6 fungsi reaksi jasmani 7 fungsi
pengesahan lembaga social dan upacara keagamaan, 8 fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial, 9 fungsi kesinambungan kebudayaan, dan 10
fungsi pengintegrasian masyarakat. 1964 : 219 - 226 Fungsi musik dimasyarakat sangatlah beragam, diantaranya seperti : sebagai
kepentingan keagamaan dan aliran kepercayaan tertentu. Musik dapat tercipta dari berbagai inspirasi dan pengalaman pribadi seorang komponis sebagai penciptaanya.
Dalam hal pengiringan tari, musik berfungsi sebagai pembuat suasana, penyelaras ritme pola gerak penari, hingga penyeimbang bagi keharmonisan antara tari dan
musik. Dalam hal ini fungsi musik yang dikaji adalah fungsi pengungkapan
emosional,dan fungsi hiburan. Musik dalam tari Gubang mempunyai peran sebagai perantara emosional penari dalam mengekspresikan kegembiraan dengan iringan
lagu didong. musik yang digunakan pun harus sesuai dengan masing-masing tahapan dalam penyajian. Sejalan dengan George dalam sinar 2007:1 musik
adalah ekspresi kultural yang bersifat universal seperti halnya bahasa dan humor satu-satunya ikatan antara musik dan kehidupan adalah emosi, musik tidak terpakai
jika tiada emosi. Dari pernyataan di atas, hal ini menunjukkan bahwa musik sebagai pengiring memberi rasa dalam ungkapan ekspresin gerak, sehingga tercipta suasana
yang sedang dimainkan. Fungsi musik sebagai hiburan , musik pasti mengandung unsur-unsur yang
bersifat menghibur hal ini dapat dinilai dari melodi ataupun liriknya, sloboda
Universitas Sumatera Utara
42
djohan 2005:41 musik melekat hampir pada seluruh aspek kehidupan manusia dan musik tersebut sangat erat kaitannya dengan kegiatan-kegiatan manusia dalam
kehidupan sehari-hari dimana bila sering mendengarkan musik sebagai pelepas kesalahan, hiburan dan lain sebagainya”. Dari pernyataan diatas fungsi musik
sebagai hiburan dalam tari Gubang adalah sebagai hiburan tersendiri bagi pemainnya, dan menjadi hiburan bagi masyarakat luas khususnya Kota Tanjung
Balai. Dari pernyataan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa fungsi musik
pengiring dalam tari Gubang adalah sebagai perantara emosional penari, pemusik dalam menjalin komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada penonton dan
mendapat respon yang baik dari penonton sehingga tercipta suasana yang dapat menghibur penonton.
Dalam kaitannya dengan tari Gubang pada kebudayaan Melayu di Kota Tanjung Balai, maka tari ini adalah salah satu aktivitas dari sekian banyak aktivitas
etnik Melayu, yang tujuannya adalah untuk mencapai harmoni atau konsistensi internal. Tari Gubang dan musik iringannya adalah bahagian dari sistem sosial yang
bekerja untuk mendukung tegaknya budaya Melayu. Curt Sachs 1963:5 seorang ahli musik dan tari dari Belanda
mengemukakan dalam bukunya yang berjudul World History of the Dance mengutarakan bahwa fungsi tari secara mendasar ada dua, yaitu 1 Tari berfungsi
untuk tujuan magis, dan 2 Tari berfungsi sebagai media hiburan atau tontonan. Pakar lainnya Gertrude Prokosch Kurath yang mengemukakan adanya 14 fungsi
tari dalam masyarakat, yaitu 1 sebagai media inisiasi upacara pendewasaan, 2 sebagai media percintaan, 3 sebagai media persahabatan atau kontak sesial, 4
Universitas Sumatera Utara
43
sarana untuk perkawinan atau pernikahan, 5 sebagai pekerjaan atau matapencaharian, 6 sebagai media untuk sarana kesuburan atas pcrtanian, 7
sebagai sarana untuk perbintangan, 8 sebagai sarana untuk ritual perburuan, 9 sebagai imitasi satwa, 10 sebagai imitasi peperangaa, 11 sebagai sarana
pengobatan, 12 sebagai ritual kematian, 13 sebagai bentuk media untuk pemanggilan roh, dan 14 sebagai komedian lawak.
Dari empat belas fungsi yang dikemukakan oleh Sachs seperti tersebut di atas, maka salah satu fungsi tari Gubang yang paling utama adalah fungsinya
sebagai sarana untuk magis, yaitu memohon diturunkannya angin oleh Tuhan, pada saat nelayan mengalami mati angin di laut. Namun ketika tari ini dipentaskan untuk
ekspresi estetis, maka fungsi utamanya adalah hiburan dan juga memperkuat identitas kebudayaan.
Anthony V. Shay dalam disertasinya yang berjudul: The Function of Dance in Human Society, membagi tari dalam 6 fungsi, yaitu 1 sebagai refleksi dari
organisasi sosial, 2 sebagai sarana ekspresi sekuler serta ritual keagamaan, 3 sebagai aktivitas rekreasi atau hiburan, 4 sebagai ungkapan serta pembebasan
psikologis, 5 sebagai refleksi nilai-nilai estetik atau murni sebagai aktivitas estetis, dan 6 sebagai refleksi dari kegiatan ekonomi.
Kalau ditinjau dari teori fungsi tari yang dikemukakan Shay ini, maka tari Gubang dalam kebudayaan Melayu di Tanjung Balai adalah sebagai refleksi
organisasi sosial Melayu. Juga berfungsi sebagai ekspresi ritual keagamaan, hiburan, estetik, dan juga ekonomi.
Sementara pakar tari lndonesia yaitu Narawati dan R.M. Soedarsono membedakan fungsi tari menjadi dua, yaitu 1 kategori fungsi tari yang besifat
primer, yang dibedakan menjadi tiga, yaitu: a fungsi tari sebagai sarana ritual, b
Universitas Sumatera Utara
44
fungsi tari sebagai ungkapan pribadi, dan c fungsi tari sebagai presentasi estetik, dan 2 kategori fungsi tari yang bersifat sekunder, yaitu lebih mengarah pada aspek
komersial atau sebagai lapangan mata pencaharian Narawati dan Soedarsoso, 2005: 15-16.
Berdasarkan teori fungsi tari dari Narawati dan Soedarsono ini, maka fungsi tari Gubang dalam kebudayaan Melayu Tanjung Balai, mencakup baik itu fungsi
primer dan juga fungsi sekunder. Di dalam kegiatan tari ini terdapat fungsi ritual, ungkapan pribadi, estetik, dan mata pencaharian.
1.6.2.2 Teori struktur