Sistem Kekerabatan TINJAUAN UMUM MASYARAKAT

68 kesenian Melayu sebagai materi utama dalam hal ini tari persembahan dengan musik makan siring sebagai pengiring tarian. Selain itu ada juga qasidah, bordah, hadrah, yang sangat kental dengan unsur-unsur islam.

2.5 Sistem Kekerabatan

System kekerabatan pada masyarakat melayu dalam prinsip keturunan, yang mengikat kelompok sosial di Kota Tanjung Balai adalah prinsip bilateral yang menghitungkan hubungan kekerabatan melalui pria ,maupun wanita. Dalam sistem kekerabatan pada masyarakat Kota Tanjung Balai juga dikenal adanya istilah menyebut dan istilah menyapa atau panggilan dalam hubungan antar keluarga, maupun dengan orang lain. Hubungan ini bisa kita lihat apabila Seorang suami menyapa istrinya dengan hoi, ahoi yang artinya dia, bisa juga dengan langsung menyebut namanya atau nama kecilnya. Sebaliknya istrinya dapat memanggil dengan kebiasaan dionyo, yang artinya dianya. Jika sudah mempunyai anak, maka keduanya beralih dengan adat teknonimi, suami menyapa dengan ibumu, sedang istrinya menyapa dengan ayah. Dalam memberikan sebutan untuk anak laki-laki biasa dipanggil dengan ucok, sedangkan sebutan untuk anak perempuan adalah butet. Panggilan untuk saudara sekandung mempunyai cara tersendiri, yaitru untuk saudara laki-laki yang senior biasa dipanggil abah, sama artinya dengan abang. Ini yang membedakan panggilan untuk saudara tidak sekandung. Sedangkan untuk panggilan saudara perempuan yang senior adalah kakak. Panggilan untuk saudara sekandung yang laki-laki maupun yang perempuan ada Sembilan tahapan, anak yang pertama dipanggil ulong, kedua ongah, ketiga alang, keempat uteh, kelima iyong, keenam Universitas Sumatera Utara 69 angga, ketujuh busu, kedepalan uncu, kesembilan ocik yang paling kecil, kemudian anak kesepuluh kembali lagi istilahnya kepada anak yang pertama yaitu ulong dan seterusnya. Sebutan atau sapaan untuk saudara sekandung dari pihak ayah adalah uwak untuk saudara laki-laki atau saudara perempuan yang senior, sedangkan pakcik untuk saudara laki-laki, bunde untuk saudara perempuan yang yunior. Sebutan untuk saudara sekandung dari pihak ibu yang senior baik laki-laki maupun perempuan adalah uwak, kepada adik laki-laki incek, untuk adik perempuan dipanggil ibu. Di sini anak bunde yang laki-laki boleh kawin dengan anak uwak laki-laki yang perempuan yang biasa disebut dengan peseloroan, sama dengan pariban pada suku Batak. Tahap-tahap sepanjang hidup individu pada massyarakat Tanjung Balai dikenal dengan istilah masa bayi, penyapihan, kanak-kanak, remaja, perkawinan dan hidup sesudah nikah, masa tua dan kematian. Masa bayi biasyanya orang tuanya mendatangi rumah dan memperkenalkan kepada tetangga atau kaum kerabat yang belum pernah melihatnya. Kemudian kaun kerabat atau tetangga yang didatangio tersebut langsung memberikan gula kemulut bayi atau menyapukan bedak kemukanya. Kemudian mereka akan memberikan berupa uang yang langsung diikatkan diujung kaiin gendingan si bayi. Memasuki masa remaja bagi laki-laki adalah ditanai dengan peristiwa sunatan. Upacara sunatan bagi keluarga yang mampu seringkali diadakan pesta besar-besaran disertai dengan pertunjukan berupa kesenian silat, gubang, hadrah, atau nassid. Peertun jukan silat biasnaya digunakan untuk mengarak ketempat guru mengaji karena secara tiudak langsung laki-laki yang akan disunat tersebut harus selesai khatam Al Quran. Universitas Sumatera Utara 70 Masa peralihan terpenting dalam hidup adalah perkawinan. Tahapan- tahapan upacara yang dilalui dalam perkawinan cukup banyak, mulai dari menentukan jodoh, merisik, melamar, menentukan hari baik, upacara perkawinan, mebat mengunjungi mertua dan yangh terakhir adalah menetap. khusus disini adat yang paling unik adalah sesudah perkawinan, karena malam pengantin orang tua dari pihak laki-laki memberikan kain putih untuk alas tidur, ini membuktikan apakan pengantin perempuan masih perawan atau tidak, esok harinya pada pagi hari mertua perempuan mendatangi kamar pengantin untuk menaburkan bunga rampai di tempat tidur, lalu kedua telinga menantunya dipegang oleh mertuanya dengan mengucapkan gurus semangatnyo, yang maksudnya adalah biar jangan terkejut semangatnya. Kemudian mertua perempuan memberikan bahan dapur atau bahan belanjaan yang mentah agar dimasak menantunya, setelah masal lalu dianatar oleh kedua pengantin kerumah mertuanya diiringi oleh beberapa anggota keluarga perempuan. Pelaksanaan mebat, adalah berkunjung kerumah mertua dan kerabat yang dekat. Keluarga yang didatangi biasanya selalu memberikan bekal berupa uang ataupun bakal baju atau kain sarung ataupun kain panjang, ini diberikan agar pulangnya pengantin baru tersebut jangan disapo jalan ketegutran. Adat menetap setelah perkawinan yang ideal bagi masyarakat adalah menetap sendiri dalam sebuah rumah tangga. Adat ini umumnya dilakukan pasangan yang sudah mempunyai penghasilan sendiri, misalnya menjadi pegawai negeri, menjadi pedagang atau yang lainnya. Pasangan berusia muda biasanya menetap dulu di rumah orang tua secara virilokal atau uxorilokal, tergantung tempat yang lebih memungkinkan untuk ditinggali. Anak yang kawin belakangan, biasanya anak bungsu, juga menjadikan rumah orang tua sebagai pilihan tenmpat tinggal Universitas Sumatera Utara 71 sementara, namun kadang-kadang akan ditinggali selamanya apabila orang tua kedua belah pihak mengehendaki mereka untuk menempati rumah orang tuanya.

2.6 Mata Pencaharian