Cara Kerja Menyusui Pengertian ASI Eksklusif

d. Bayi dekat ke payudara, hidung berhadapan dengan putting. Posisi menyusui yang benar akan membantu bayi untuk melekat dengan baik pada payudara ibu, apabila posisi menyusu dan perlekatan ke payudara benar maka bayi akan mengisap dengan efektif Depkes RI, 2007.

2.1.5. Cara Kerja Menyusui

Dengan memahami proses menyusui, akan dapat ditentukan apa yang terjadi serta langkah penyelesaian masalah menyusu. a. Anatomi Payudara Puting dan kulit berwarna gelap disekelilingnya yang di sebut areola. Pada areola ada kelenjar-kelenjar kecil yang di sebut “kelenjar montgomery”yang mengeluarkan cairan berminyak untuk menjaga kulit tetap sehat. Didalam payudara ada alveoli, yang berbentuk kantong-kantong kecil terdiri dari “sel-sel pembuat ASI”. Ada jutaan alveoli. Hormonprolaktin merangsang sel-sel alveoli tersebut memproduksi ASI. Di sekeliling alveoli terdapat sel-sel otot, yang dapat berkontraksi dan memerah ASI keluar. Hormon oksitosin membuat sel-sel otot tersebut berkontraksi. Pembuluh kecil atau duktus, mengalirkan ASI keluar dari alveoli. Di bawah areola, pembuluh-pembuluh tersebut melebar, dan membentuk sinus-sinus laktiferus , dimana ASI mengumpul untuk persiapan satu kali menyusui. Pembuluh-pembuluh tersebut menyempit lagi ketika melewati puting. Alveoli dan duktus ini dikelilingi penyangga dan lemak. Lemak dan penyangga ini memberikan bentuk pada payudara menyebabkan perbedaan antara payudara Universitas Sumatera Utara besar dan kecil. Payudara besar dan kecil mempunyai jaringan kelenjar dalam jumlah yang sama banyaknya sehingga keduanya menghasilkan cukup banyak ASI. b. Hormon Prolaktin Ketika bayi menyusui pada payudara rangsangan sensorik mengalir dariputing susu ke otak. Sebagai reaksi, bagian depan anterior kelenjar pituitary di dasar otak mengeluarkan hormon prolaktin. Prolaktin masuk ke dalam darah menuju payudara dan merangsang sel-sel untuk memproduksi ASI. Sebagian besar hormon prolaktin berada dalam darah selama kurang lebih 30 menit setelah proses menyusui, jadi hormon ini membuat payudara memproduksi ASI untuk proses menyusui “berikutnya”. Untuk proses menyusui saat ini, bayi menghisap ASI yang sudah tersedia di dalam payudara. Cara untuk meningkatkan pasokan ASI adalah bila bayi menyusui lebih banyak maka payudara ibu akan lebih banyak menghasilkan ASI. “lebih banyak menyusui lebih banyak produksi ASI”. Kebanyakan ibu dapat memproduksi ASI lebih banyak dari yang dibutuhkan bayi. Bila seorang ibu mempunyai dua bayi dan keduanya menyusu, payudaranya akan memproduksi ASI untuk dua bayi. Bila bayi kurang menyusu, payudara memproduksi ASI lebih sedikit. Bila bayi berhenti menyusu, payudara segera berhenti memproduksi ASI. c. Refleks Oksitosin Ketika bayi menyusu payudara, rangsangan sensorik dari puting dikirim ke otak. Sebagai reaksi, bagian belakang kelenjar pituitary di dasar otak Universitas Sumatera Utara mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin masuk ke dalam darah menuju payudara dan merangsang sel-sel otot di sekeliling alveoli berkontraksi. Kontraksi ini membuat ASI yang terkumpul di dalam alveoli mengalir melalui pembuluh menuju sinus-sinus laktiferus. Kadang-kadang ASI mengalir keluar payudara. Hal ini disebut “refleks oksitosin” atau refleks pengeluaran ASI. Oksitosin diproduksi lebih cepat daripada prolaktin. Hormon ini menyebabkan pengeluaran ASI pada waktu proses menyusui. Oksitosin dapat mulai berfungsi sebelum bayi menghisap bila ibu memikirkan akan menyusui. Bila reflek oksitosin ibu tidak berfungsi dengan baik, bayi dapat mengalami kesulitan memperoleh ASI. Tampaknya seolah-olah payudara berhenti memproduksi ASI, padahal sebenarnya payudara memproduksi ASI namun ASI tidak mengalir keluar. d. Membantu dan Menghambat Refleks Oksitosin Perasaan yang positif misalnya perasaan senang, nyaman dan puas bila ibu bersama bayinya, merasa percaya diri bahwa ASI-nya adalah yang terbaik untuk bayinya dapat membantu refleks oksitosin bekerja dan ASI akan mudah mengalir keluar. Sensasi-sensasi seperti menyentuh atau menatap bayinya, atau mendengar bayinya menangis juga dapat membantu refleks oksitosin. Sebaliknya perasaan kurang nyaman misalnya rasa sakit, khawatir atau ragu bahwa ibu tidak punya cukup ASI akan menganggu refleks oksitosin dan menghentikan ASI mengalir. Untungnya refleks ini hanya sementara. Refleks oksitosin menjelaskan dua “butir kunci” tentang perawatan ibu dan bayi: Universitas Sumatera Utara 1. Seorang ibu perlu berada dekat bayinya sepanjang waktu, sehingga ia dapat melihat, menyentuh dan meresponnya. Hal ini membantu tubuh ibu menyiapkan diri untuk menyusui dan membantu pengeluaran ASI. Bila ibu terpisah dari bayinya di antara waktu menyusui, refleks oksitosin mungkin tidak bekerja dengan baik. 2. Perasaan ibu penting sekali membuat ibu merasa baik dan membangun rasa percaya diri untuk membantu ASI keluar dengan lancar. Apabila perasaan khawatir atau membuat ibu tidak percaya diri tidak dapat memberikan ASI. Ibu sering menyadari adanya refleks oksitosin tersebut. Beberapa tanda reflek soksitosin sedang berfungsi aktif dapat di ketahui antara lain : 1. Sensari diperas atau gelenyar tingling sensation di dalam payudara sesaat sebelum menyusui atau pada waktu proses menyusui berlangsung. 2. ASI mengalir dari payudara bila ibu memikirkan bayinya, atau mendengar bayinya menangis. 3. ASI menetes dari payudara sebelah, bila ibu menyusu pada payudara lainnya. 4. ASI memancar halus ketika bayi melepas payudara pada waktu menyusui. 5. Adanya nyeri yang berasal dari kontraksi rahim, kadang diiringi keluarnya darah selama menyusui di minggu pertama kelahiran bayi. 6. Hisapan yang lambat, dalam dan tegukan bayi menunjukkan bahwaASI mengalir ke dalam mulut bayi. Universitas Sumatera Utara Bila ada satu atau lebih tanda atau sensasi tersebut, maka refleks oksitosin aktif. e. Zat Penghambat Inhibitor dalam ASI Kadang-kadang payudara berhenti menghasilkan ASI, sementara payudara satunya terus menghasilkan ASI-meskipun oksitosin dan prolaktin sama-sama mengalir kedua payudara. Ada satu zat dalam ASI yang dapat mengurangi atau “mencegah” inhibit produksi ASI. Bila ada banyak ASI tertinggal di dalam satu payudara, zat pencegah atau inhibitor tersebut menghentikan sel-sel pembuat ASI agar tidak memproduksi lagi. Penghentian ini membantu melindungi payudara yang di dalamnya masih tertinggal banyak ASI dari bahaya efek kepenuhan. Hal ini juga diperlukan bila bayi meninggal atau berhenti menyusu untuk alasan lainnya. Bila ASI dikeluarkan, baik melalui hisapan bayi atau diperah, inhibitor juga turut dikeluarkan. Payudara akan memproduksi ASI lagi bila bayi berhenti menyusu dari satu payudara, payudara tersebut berhenti memproduksi ASI. Bila bayi lebih banyak menyusu pada satu payudara, payudara tersebut menghasilkan lebih banyak ASI dan ukurannya menjadi lebih besar dibanding payudara satunya. Agar satu payudara terus menghasilkan ASI, maka ASI yang ada di dalamnya harus dikeluarkan, bila bayi tidak dapat menyusu dari salah satu atau keduannya, “ASI harus dikeluarkan dengan cara diperah” untuk memungkinkan produksi ASI berlanjut. Catatan yang harus diperhatikan adalah yang mengendalikan produksi ASI, mengendalikan produksi hormone prolaktin, reflek soksitosin dan zat Universitas Sumatera Utara inhibitor didalam payudara adalah “hisapan bayi mengendalikan semuanya, hisapan bayilah yang membuat payudara menghasilkan ASI”. Agar ibu mengasilkan cukup ASI, bayinya harus sering menyusu dengan cara benar. f. Refleks-refleks pada Bayi Ada tiga refleks utama pada bayi yaitu : 1. Refleks mencari puting reflex “Rooting” Ketika ada sesuatu menyentuh bibir atau pipi, bayi akan membuka mulut dan menggerakkan kepala untuk menemukannya. Bayi menggerakkan lidah kebawah dan kedepan ini di sebut refleks rooting mencari puting. Biasanya yang dicari adalah payudara. 2. Refleks menghisap Ketika ada sesuatu menyentuh langit-langit mulutnya, bayi mulai menghisap. 3. Refleks menelan Ketika mulutnya terisi ASI, bayi akan menelannya. Semua refleks yang terjadi secara otomatis tanpa bayi harus belajar melakukannya Depkes RI, 2007. 2.1.6. Faktor Penghambat Pemberian ASI Eksklusif yang Merupakan Anggapan yang Salah tentang Menyusui a. ASI Tidak Keluar Sedikit Banyak ibu yang menyangka ASI-nya tidak keluar hanya karena jumlahnya sangat sedikit dihari pertama. ASI akan keluar sedikit demi sedikit, baru berkembang lebih banyak setelah diisap, prinsipnya semakin banyak diisap, Universitas Sumatera Utara semakin banyak ASI dibuat dipayudara. Jadi, sekalipun pada hari pertama yang keluarnya hanya sedikit, tetaplah menyusui. Isapannnya akan merangsang produksi ASI, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana perlekatan bayi, posisi bayi waktu menyusu, dengan perlekatan yang baik dan posisi yang baik akan menciptakan menyusui yang efektif sehingga payudara akan membuat ASI lebih banyak lagi Budiasih, 2006. b. Takut Payudara “Turun” Pada saat mencapai usia tertentu, payudara seorang wanita tak lagi sekencang waktu remaja. Selain faktor usia, banyak faktor lain yang menjadi penyebabnya diantaranya pengunaan penutup payudara yang tidak cukup kuat menopang payudara, akibatnya payudara terlihat “turun”. c. Takut Badan menjadi “Melar” Banyak ibu yang menolak menyusui karena takut badanya gemuk, justru ibu yang mengurus sendiri bayinya, terutama menyusui, akan lebih banyak beraktivitas, lebih sering bangun untuk menyusui dan cadangan untuk membuat ASI diambil cadangan yang ada ditubuh ibu. Dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya ditambah lagi bayi yang mengurus adalah penjaga bayi mulai dari merawat bayi dan memberi susu formula adalah orang lain, ibu lebih banyak tidur, lebih sedikit beraktivitas dan cadangan untuk membuat ASI tidak diambil dari tubuh ibu, maka bisa ditebak ibu tersebut akan melar badannya Budiasih, 2006. Universitas Sumatera Utara d. Bayi menjadi Sering Diare Banyak ibu yang menganggap bayinya diare karena BAB-nya cair. Ibu-ibu mengira, buang air besar bayinya akan serupa dengan buang air besar anak atau orang dewasa, ASI yang diduga menyebakan bayinya diare. Bayi yang berumur dibawah satu bulan, bahkan wajar jika bayi BAB 10 kali sehari. Ini adalah mekanisme alami pembersihan usus, bayi usia 3-5 bulan, juga wajar jika BAB nya 3-5 kali sehari. Tak ada ASI yang tidak cocok untuk bayinya. Bayi dan ASI sudah menjadi pasangan yang sudah dibuat Allah dalam tubuh ibu Budiasih, 2006. e. Anak Kurang Montok, Lebih Montok Anak Susu Formula Dalam pandangan mata kasar mungkin benar. Susu formula memang lebih cepat merasa kenyang. Jika bayi cukup agresif makannya, bukan tak mungkin ia terlihat lebih gendut dibandingkan anak seusianya yang minum ASI saja. Susu sapi memang dirancang membuat badan lebih besar Budiasih, 2006. f. Informasi yang Kurang atau Salah Ada klinik atau rumah sakit yang buru-buru menyarankan memberi susu formula atau bahkan langsung memberi susu formula pada bayi baru lahir. Ini bukan hanya sekedar merampas hak ibu untuk memberi ASI eksklusif, tetapi juga sudah melanggar etika. g. Pendapat Orang Sekitar Mungkin ibu sering mendengar komentar, sindiran bahkan celaan ketika seorang ibu hanya memberi ASI saja, sementara lingkungan berpendapat seharusnya bayi Universitas Sumatera Utara diberi susu sambungan atau bahkan makanan. Bayi seumuran itu seharusnya sudah makan, sementara ibu yang memberi susu formula atau memberi makanan pada bayi mendapat dukungan untuk membela diri, dengan alasan menangis saja tandanya masih lapar tidak cukup dengan ASI saja. Biasanya intervensi atau pengaruh orang lain sangat bergantung pada keteguhan seseorang. Semakin kita bisa menampilkan sikap konsisten dalam kehidupan sehari-hari, semakin kecil kemungkinan orang lain akan mempengaruhi keputusan kita Budiasih, 2006. h. Godaan Susu Formula Menyusui sebenarnya adalah kegiatan yang bersifat naluriah. Kemajuan teknologi yang mampu mengolah susu sapi menjadi susu formula telah bertindak secara “berlebihan” dengan mencoba mengeser secara halus tentu saja peran menyusui dari ibu untuk bayinya. Iklan pun dibuat sehingga susu formula terlihat sangat hebat diklaim dapat membuat anak montok, pintar dan menggemaskan. Pokoknya, bayi harus minum susu formula Budiasih, 2006. Ada beberapa bahaya pemberian susu formula : 1 dapat menganggu ikatan psikologis hubungan antara ibu dan bayi, 2 lebih besar kemungkinannya untuk menderita diare, infeksi saluran pernapasan, infeksi telinga dan infeksi lainnya, 3 Diare kemungkinan akan persisten atau menetap, 4 bayi bisa mengalami kondisi alergi seperti eksim dan asma, 5 bayi bisa mengalami intoleran terhadap susu hewan yang bisa menyebabkan diare, ruam, dan gejala lainnya seperti muntah, 6 bayi kemungkinan menjadi kegemukan dan meningkatkan resiko menderita kencing manis diabetes Kemenkes RI, 2010. Universitas Sumatera Utara

2.2. Sosial Budaya

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sei Sikambing Medan Tahun 2012

1 48 56

Kepatuhan Ibu Menyusui Dalam Memberikan Asi Eksklusif Pada Bayi Baru Lahir Di Desa Sidodadi Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang

10 100 54

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pola Pemberian Asi, MP-ASI Dan Pola Penyakit Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Dusun III Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

1 36 58

Pengaruh Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2007

0 27 61

Hubungan Motivasi Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Dusun XVI Sidomulyo Desa Klumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 55 88

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KABUPATEN BENER MERIAH TAHUN 2013 Data Demografi

0 0 26

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian ASI Eksklusif - Hubungan Sosial Budaya Ibu Menyusui dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013

1 2 62

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Sosial Budaya Ibu Menyusui dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013

0 0 13

Hubungan Sosial Budaya Ibu Menyusui dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013

0 2 17

HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU MENYUSUI DI POSYANDU WILAYAH DESA SRIGADING SANDEN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Sosial Budaya dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui di Pos

0 0 12