2.2.8. Adat Istiadat
Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan disuatu daerah.
Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang.
Adat berasal dari bahasa Arab yang berarti cara atau kebiasaan. Adat istiadat juga diartikan suatu kebiasaan yang diterapkan dalam kehidupan secara turun temurun.
Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan disuatu
daerah. Kebiasaan, adat istiadat, dan prilaku masyarakat sering kali merupakan penghalang atau penghambat terciptanya pola hidup sehat dimasyarakat, kemampuan
serta kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat. Provinsi Aceh terdiri atas sembilan suku, yaitu Aceh mayoritas, Tamiang
Kabupaten Aceh Timur bagian Timur, Alas Kabupaten Aceh Tenggara, Aneuk Jamee Aceh selatan, Aneuk Laot, Simeulue, dan Sinabang Kabpayen Simeulue
Gayo Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Tengah. Masing-masing suku mempunyai budaya, bahasa dan pola pikir masing-masing. Bahasa yang umum
digunakan adalah bahasa Aceh. Didalamnya terdapat beberapa dialek lokal, seperti Aceh Rayeuk, dialek Pidie, dan dialek Aceh utara. Sedangkan untuk bahasa Gayo
dikenal dengan dialek Gayo Lut, Gayo Deret dan Gayo Lues. Segala kegiatan dan tingkah laku warga masyarakat bersendikan hukum
syariat Islam. Penerapan syariat Islam diprovinsi Aceh bukanlah hal yang baru. Jauh
Universitas Sumatera Utara
sebelum Republik Indonesia berdiri, tepatnya sejak masa kesultanan, syariat Islam sudah meresap ke dalam diri masyarakat Aceh.
Roesli 2000, mengungkapkan bahwa fenomena kurangnya pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya pengetahuan ibu yang kurang
memadai tentang ASI eksklusif, beredarnya mitos yang kurang baik tentang pemberian ASI eksklusif, serta kesibukan ibu dalam melakukan pekerjaanya dan
singkatnya pemberian cuti melahirkan yang diberikan oleh pemerintah terhadap ibu yang bekerja, merupakan alasan-alasan yang sering diungkapkan oleh ibu yang tidak
berhasil menyusui secara eksklusif. Di Kabupaten Bener Meriah sudah turun temurun mengenal adanya istilah
“DENA” yaitu kepercayaan terhadap adanya kuman didalam air susu ibu, atau istilah lainnya sering disebut dengan susu basi, sehingga banyak ibu-ibu yang percaya
bahwa dirinya terkena DENA ini, ia akan menghentikan pemberian ASInya, diyakini apabila ASI tetap dilanjutkan akan membuat bayinya menjadi sakit, masalah lain
yang masih terjadi dikabupaten Bener Meriah adalah masih banyaknya bayi yang baru lahir diberi madu, air gula, air putih bahkan susu formula, setelah beberapa hari
kelahiran bayi langsung diberi pisang dan air tajin, hal ini biasanya dilakukan oleh nenek dari sibayi, peran orang tua dari si ibu bayi masih dominan didaerah ini, karena
yang merawat ibu setelah bersalin adalah orang tuanya. Fenomena lainnya yang terjadi dikabupaten Bener Meriah pada sebagian
besar ibu-ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya terkait dengan kebiasaan ibu-ibu dengan pantangan makanan-makanan tertentu, yaitu kepercayaan
Universitas Sumatera Utara
tentang makanan yang apabila dikosumsi oleh ibu akan menyebabkan bayinya sakit, diyakini oleh para ibu-ibu menyusui ini terdapat kuman pada susunya, yang ditandai
dengan timbulnya bercak-bercak merah pada tubuh bayi, perut bayi menjadi kembung, bayi menangis setiap disusui, makanan yang dimaksud contohnya seperti
sayur terong, udang, cumi-cumi, ikan tongkol. Jika bayi belum mau menyusui, ibunya akan mengolesi madu pada puting susunya yang ditujukan untuk
menghilangkan rasa amis pada susu kuning colostrum. Sedangkan penelitian yang sama juga mengungkapkan hal yang tidak jauh berbeda, bahwa madu, air madu air
matang dan susu formula diberikan kepada bayi yang baru lahir. Alasan pemberian makananminuman ini adalah ASI belum keluar, agar bayi tidak lapar, disarankan
orang tua dan ibu belum kuat menyusui Widodo, 2001. Demikian pula kebiasaan masyarakat memberikan makanan tambahan kepada bayi sebelum usia enam bulan.
pemberian makanan tambahan pada bayi yang berusia sangat dini sudah diberikan. Hal ini karena ada anggapan bahwa ASI tidak cukup membuat bayi cepat besar dan
kuat Mutiaf, 1998. Kesadaran ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya yang relatif rendah
disebabkan besarnya keyakinan ibu menyusui terhadap adat kebiasaan dilingkungan mereka Zuhara, 2008. Penelitian lain yang berhubungan dengan adat yaitu
penelitian yang dilakukan di Tanah Adat Kajang Ammatoa, Kabupaten Bulukumba hasil penelitian ini menunjukan pola asuh pemberian MP-ASI dimasyarakat Adat
Ammatoa berasal dari pemahaman ibu yang merupakan konsep ibu sendiri yang
Universitas Sumatera Utara
sangat dipengaruhi oleh sanro yang bertindak sebagai dukun atau ahli dalam memberikan informasi dalam masyarakat Ammatoa.
Penelitian lain yang terkait dengan adat ditemukan hasil penelitian sebagian besar responden 70 tidak memberikan ASI eksklusif. Hal ini berarti bahwa
kesadaran ibu untuk memberikan ASInya kepada bayi masih relatif rendah dan besarnya keyakinan ibu menyusui terhadap adat kebiasaan dilingkungan mereka
Zuhara, 2008. Penelitian yang terkait dengan budaya ditemukan hasil budaya yang
mendukung dalam pemberian ASI eksklusif adalah keterikatan keluarga dan sosial sebagai pemberi dukungan untuk memberikan ASI eksklusif. Sedangkan budaya yang
tidak mendukung adalah adanya pantangan dan mitos pada pemberian ASI eksklusif. Firanika, 2010. Penelitian lain yang dilakukan Susilawaty, 2007 menyatakan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara ibu yang tidak bekerja dengan pemberian ASI eksklusif OR adjusted = 3,566, tingkat kepercayaan 95, CI: 1,922 – 6,616;
nilai p = 0,000. Adanya hubungan yang signifikan antara anjuran nilai budaya dengan pemberian ASI eksklusif OR adjusted = 2,660, tingkat kepercayaan 95, 0
1,043 – 5,041, nilai p; 0,003 Budaya suku Sasak yang yang berkaitan dengan kesehatan adalah budaya pemberian nasi papah pada bayi setelah dilahirkan, yang
menyebabkan gagalnya pemberian ASI ekskusif pada bayi.
2.2.9. Pekerjaan