pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai, tradisi dan norma; 2 faktor pemungkin yakni akses pelayanan dan komitmnen pemerintahmasyarakat dan 3 faktor penguat yakni
sikap dan perilaku keluarga, teman, tokoh dan petugas kesehatan. Pendapat tersebut memperkuat bahwa pemberian ASI eksklusif juga dipengaruhi oleh faktor pendorong
yang salah satunya adalah menyangkut nilainorma.
5.3. Hubungan Kepercayaan Ibu Menyusui dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar 52,0 ibu mempunyai kepercayaan yang baik tentang ASI eksklusif. Hasil tabulasi silang juga menunjukkan
bahwa dari 54 ibu menyusui yang memiliki kepercayaan baik sebagian besar 74,1 memberikan ASI eksklusif pada bayinya sedangkan pada ibu menyusui dengan
kepercayaan yang kurang baik terbanyak 68,8 tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan ibu menyusui mempunyai
kaitan erat dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil uji statistik juga memperlihatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan ibu menyusui dengan
pemberian ASI eksklusif. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kurniawan 2013 bahwa keyakinan atau kepercayaan dari ibu yang kuat merupakan faktor determinan
yang penting terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Robbins 1996 juga menjelaskan bahwa kepercayaankeyakinan individumasyarakat berpengaruh pada
sikap dan perilaku tertentu termasuk perilaku pemberian ASI eksklusif. Dalam penelitian juga terlihat bahwa sebagian besar 93,1 ibu menjawab bahwa menyusui
bayi secara eksklusif dengan tulus akan memperoleh pahala dari Tuhan. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa ibu percaya bahwa dengan menyusui akan memperoleh pahala, dan ini merupakan kepercayaan yang mempunyai nilai positif sehingga ibu
termotivasi untuk memberikan ASI eksklusif Kepercayaan sangat dipengaruhi oleh faktor sosial budaya masyarakat
setempat. Banyak faktor sosial budaya melatar belakangi perilaku dalam pemberian ASI eksklusif. Seperti di Kabupaten Bener Meriah ada semacam kepercayaan bahwa
dalam air susu ibu terdapat “Dena”yakni kepercayaan masyarakat bahwa dalam ASI terdapat kuman yang ditandai dengan adanya rasa gatal pada puting susu dan bayi
tidak mau disusui. Masayarakat berkeyakinan bahwa “Dena” tersebut akan hilang apabila diobati oleh seorang dukun. Kepercayaan tentunya memberi pengaruh
terhadap pemberian ASI eksklusif walaupun kepercayaan tersebut saat ini sedikit demi sedikit telah hilang dari masyarakat karena adanya promosi ASI eksklusif secara
terus menerus. Keyakinan akan adanya “Dena” menunjukkan bahwa pemberian ASI oleh
seorang ibu juga dipengaruhi oleh kepercayan yang ada dalam masyarakat. Hal ini sesuai dengan penjelasan Abdurrahman 2002 bahwa ada faktor sosial budaya yang
tidak mendukung pemberian ASI seperti kepercayaan memberikan cairan manis ketika bayi lahir sebagai salah satu cara dalam agama. Penelitian Susilawati 2005
juga mengungkapkan bahwa ada hubungan yang erat antara sosial budaya dengan pemberian ASI eksklusif.
Guna mengurangi kepercayaan yang keliru tentang ASI eksklusif maka keluarga perlu diberikan pemahaman yang benar, karena pemahaman keluarga juga
Universitas Sumatera Utara
memegang peranan yang sangat penting. Pemahaman yang kurang dari keluarga mengenai ASI dan manfaatnya mengakibatkan keluarga tidak mampu memberikan
dukungan sosial yang baik terhadap pemberian ASI eksklusif. Oleh karena itu diharapkan adanya perhatian yang besar dari petugas kesehatan setempat untuk
meningkatkan penyuluhan, konseling, dan pendampingan ASI eksklusif kepada ibu serta keluarga khususnya lagi kepada suami yang merupakan orang terdekat dari ibu.
Suami seharusnya adalah orang yang pertama mendukung program ASI eksklusif untuk bayinya. Selain itu tidak ada salahnya jika keluarga juga ikut
mempelajari seluk beluk ASI seperti manfaat ASI, kelebihan ASI dibanding susu formula atau makanan lain. Hal ini sangat penting mengingat di masyarakat masih
banyak kepercayaankeyakinan, anggapan yang kelirutentang ASI eksklusif. Dengan dukungan suami dan keluarga maka seorang ibu merasa mendapat dukungan dalam
pemberian ASI esklusif. Sebagaimana penelitian Ida 2012 juga menjelaskan bahwa dukungan keluarga merupakan faktor yang paling dominan dalam pemberian ASI
eksklusif. Adapun Rayuni 2010 juga mengungkapkan bahwa budaya yang mendukung dalam pemberian ASI eksklusif adalah keterikatan keluarga sebagai
pemberi dukungan untuk memberikan ASI eksklusif.
5.4 Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif