71 mendapatkan penanganan yang maksimal karena mengingat jumlah tenaga
pendidik yang masih kurang dan belum mencukupi jika harus menangani semua anak dalam satu waktu. Sebab dalam proses pembelajaran di Sekolah Khusus
Autisme Bina Anggita Yogyakarta dilakukan dengan sistem pembelajaran satu guru satu anak. Adapun untuk anak-anak yang sudah dapat dikondisikan dalam artian
perilakunya sudah tertata, mudah mendapatkan intruksi, diterapkan satu guru dua anak atau dua guru untuk tiga anak sesuai kelas yang telah ditentukan.
2. Deskripsi Subjek Penelitian
a Identitas Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah anak autis yang duduk di kelas XI SMALB di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta. Subjek dari
penelitian ini berjumlah satu orang berjenis kelamin laki-laki. Keterangan mengenai subjek diperoleh dari guru, orang tua, dan pengamatan peneliti
terhadap subjek. Identitas dan karakteristik subjek dijelaskan sebagai berikut: Nama
: GN Kelas
: XI SMALB Tempat, tanggal lahir
: Yogyakarta, 15 Oktober 1995 Usia
: 21 Tahun Agama
: Islam Alamat
: Mess Rajawali AAU, Yogyakarta Nama ayah
: SD Nama ibu
: MP Anak ke
: 2
72 Jumlah saudara
: 1 kandung Tinggal bersama
: Orang tua Bahasa sehari-hari
: Bahasa Indonesia
b Karakteristik Subjek
Subjek dalam penelitian ini pada umumnya memiliki karakteristik sama dengan anak autis lainnya, seperti sulit berintaraksi sosial dan memiliki
perilaku stereotip seperti tepuk tangan serta dalam bahasa seperti ekolalia. Tetapi disamping itu subjek sudah memiliki kemampuan bina diri yang baik
bahkan subjek memiliki perilaku istimewa yaitu tidak senang jika ada sampah dilingkunganya, jika ada sampah subjek pasti langsung membuangya ke tempat
sampah, meskipun terkadang hal tersebut menganggu proses pembelajaran dan menghiraukan apapun yang ada dilingkungannya. Selain itu subjek senang
sekali bersih-bersih lingkungan, seperti menyapu, mencuci piring dan gelas, memasukan galon pada tempatnya, dan membuang sampah. Subjek mudah
diberi intruksi, namun dalam komunikasi subjek hanya mampu komunikasi satu arah, artinya mudah menerima intruksi tapi jarang menerima tanggapan
apapun. Subjek mempunyai kecenderungan suka menyendiri dan tidak menghiraukan keberadaan orang lain di sekitar. Apabila dipanggil tidak segera
menengok atau mendekat pada sumber suara. Subjek akan menengok apabila dipanggil berulang kali dangan penegasan yang meningkat. Apabila ada hal
baru yang terlihat subjek maka, subjek akan mendekat dan memperhatikannya tanpa menghiraukan kondisi lingkungan sekitarnya. Berikut akan dijabarkan
secara spesifik karateristik yang dimiliki subjek, yaitu :
73 1
Kemampuan kognitif Dalam bidang tertentu subjek memiliki kemampuan yang baik seperti
dalam bidang matematika, kemampuan subjek dalam matematika sebanding dengan anak normal bahkan dapat dibilang melebihi
kemampuan anak normal, begitupun dengan kemampuan menulis dan membaca sudah baik, serta menggambar bahkan sampai desain grafis dasar
subjek mampu menirukan jika subjek sudah mengetahui polanya. Dalam mengerjakan penugasan dari guru subjek memiliki karakteristik
perfectsionis dalam artian jika mengerjakan sesuatu harus sedetail mungkin terhadap apa yang ditirukan.
2 Kemampuan Bahasa dan komunikasi
Dalam kemampuan berbahasa sebenarnya sudah memiliki artikulasi yang baik, artinya dia sudah dapat berbicara dengan baik dan jelas namun
tidak mempunyai motivasi untuk berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain, hanya menjawab seadanya lawan bicaranya, itupun yang
kontekstual dan sedikit harus diberi penegasan. Dalam artian motivasi untuk berbahasa produktif masih rendah, Namun sebaliknya bahasa
reseptif subjek sudah baik, itu dapat dilihat bagaimana subjek memahami intruksi, subjek sudah baik dalam menerima intruksi dari guru walaupun
terkadang perlu adanya penegasan. Selain daripada itu, subjek sering terkadang melakukan echolalia atau berbicara tanpa makna ketika proses
pembelajarannya berlangsung, seperti berbicara “sirup ABC”, “alfamart
74 ya”, dan SCTV atau dalam kata lain, melihat apa yang sering diucapkan
subjek mengucapkan kata-kata yang sering muncul di iklan televisi. 3
Kemampuan interaksi sosial Kemampuan subjek dalam berinteraksi sosial masih rendah, subjek
sering suka menyendiri dan menghiraukan apa yang terjadi di sekitar dan tidak mempunyai motivasi untuk memulai pembicaraan dengan orang lain,
dan berbicara seperlunya. Namun subjek tidak menolak jika ada kelas klasikal, seperti menari, senam atau cooking class.
4 Perilaku
Dalam perilaku subjek sebenarnya sudah tertata, dari bina diri sampai menjaga kebersihan lingkungan sudah baik bahkan seperti yang sudah
dibahas diatas subjek memiliki perilaku istimewa yaitu tidak senang jika ada sampah dilingkunganya, jika ada sampah subjek pasti langsung
membuangya ke tempat sampah, meskipun terkadang hal tersebut menganggu proses pembelajaran dan menghiraukan apapun yang ada
dilingkungannya. Selain itu subjek senang sekali bersih-bersih lingkungan, seperti menyapu, mencuci piring dan gelas, dan membuang
sampah. Emosi subjek terbilang datar, tidak mudah marah juga jika mendapatkan apa dia suka tidak menampilkan ekspresi yang berlebihan.
Adapun subjek memiliki perilaku stereotip, seperti tepuk tangan dan menggerakan tangan kekanan dan kekiri secara berulang-ulang. Perilaku
tersebutlah yang sering muncul ketika proses pembelajaran sedang berlangsung yang tentunya sedikit menghambat dalam pembelajaran.
75 5
Kemampuan motorik Jika dilihat dari saat kegiatan observasi yang dilakukan sebelum
penelitian sampai kegiatan penelitian selesai tidak terlihat adanya gangguan fisik yang dimiliki oleh subjek. Dilihat dari kemampuan motorik
kasarnya subjek dapat berjalan dengan seimbang bahkan sering juga berlari saat menghindari sesuatu yang tidak diinginkan. Begitupun jika
dilihat dari kemampuan motorik halusnya subjek sudah baik, dari menggunting sampai mengiris sesuatu. Dalam artian secara keseluruhan
subjek tidak memiliki hambatan yang berarti dalam fisik dan kemampuan motoriknya.
3. Deskripsi Kemampuan Pra Tindakan Pembelajaran Shalat pada Anak