75 5
Kemampuan motorik Jika dilihat dari saat kegiatan observasi yang dilakukan sebelum
penelitian sampai kegiatan penelitian selesai tidak terlihat adanya gangguan fisik yang dimiliki oleh subjek. Dilihat dari kemampuan motorik
kasarnya subjek dapat berjalan dengan seimbang bahkan sering juga berlari saat menghindari sesuatu yang tidak diinginkan. Begitupun jika
dilihat dari kemampuan motorik halusnya subjek sudah baik, dari menggunting sampai mengiris sesuatu. Dalam artian secara keseluruhan
subjek tidak memiliki hambatan yang berarti dalam fisik dan kemampuan motoriknya.
3. Deskripsi Kemampuan Pra Tindakan Pembelajaran Shalat pada Anak
Autisme
Kemampuan pelaksanaan shalat dalam pembelajaran agama Islam anak autisme kelas XI SMALB sebelum diberikan tindakan kemampuan pra tindakan
dengan subjek yang diikutsertakan berjumlah satu orang. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat diketahui bahwa kemampuan pelaksanaan shalat
dalam pembelajaran agama Islam masih kurang. Pencapaian skor yang diperoleh anak autisme dilakukan melalui tes kemampuan pelaksanaan shalat, untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan awal yang dimiliki oleh anak. Hasil tes kemampuan pra tindakan pelaksanaan shalat dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
76 Tabel 5. Hasil Tes Kemampuan Pra Tindakan Pelaksanaan Shalat pada
Pembelajaran Agama Islam Anak Autisme.
Nama Subjek
Skor Maksimal
Nilai KKM
Total Skor yang Dicapai
Nilai Pencapaian
Kategori
GN 112
70 48
42,8 Kurang
Tabel di atas menunjukkan bahwa skor yang diperoleh GN yaitu 48, nilai tersebut didapatkan dari aspek yang telah ditetapkan yaitu, mempraktikkan
gerakan-gerakan shalat dengan skor 14, melafalkan bacaan-bacaan shalat dengan skor 20, dan menyusun langkah-langkah rukun-rukun shalat dengan skor 14. Skor
yang diperoleh oleh subjek sebesar 48, lalu skor tersebut di konversikan menjadi nilai pencapaian melalui hitungan rumus yang telah ditetapkan sebagai berikut:
Nilai :
� �ℎ �� �
ℎ �� � �ℎ
�
x 100 :
4
� : 42,8
Hasil dari hitungan tersebut menunjukan nilai pencapaian yang di raih subjek sebesar 42,8. Hasil dari perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan
kriteria ketuntasan minimal KKM yang telah ditetapkan yaitu sebesar 70, untuk lebih jelasnya perbandingan tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
77 Gambar 10. Grafik kemampuan pra-tindakan anak autis dalam pembelajaran
shalat. Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan subjek dalam
pelaksanaan shalat masih kurang dan belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal KKM yang telah ditetapkan yaitu sebesar 70. Bahkan skor yang diperoleh GN
dalam kategori kurang. Oleh sebab itu itu, berdasarkan hal tersebut guru dan peneliti menegaskan kemampuan pelaksanaan shalat dalam pembelajaran agama Islam
masih kurang. Saat pre-test berlangsung, subjek menunjukan perilaku stereotinya seperti
tepuk tangan dan jalan-jalan dikelas, sehingga peniliti mengulangi point test yang sedang berlangsung, selain perilaku stereotip yang keluar saat pre-test sedang
berlangsung, subjek juga sering melakukan echolalia seperti yang sering dilakukan subjek saat proses berlangsung. Adapun kata-kata yang sering diucapkan seperti
sirup ABC, Alfamart ya, dan aircraft, dan belajar shalat ya, kata-kata yang diucapkan pertama kali oleh guru saat mau mulai pembelajaran. Subjek dapat
menyelesaikan pre-test hingga selesai, meskipun pada beberapa point harus diulang
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
GN 70
42.8
KKM Pre-test
78 karena perilaku stereotip dan echolalia-nya untuk mengetahui kemampuan subjek
sebenarnya.
4. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I